Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada 
di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab 
suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup yang akan memberi 
bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan 
bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan 
persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu mereka 
akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang baik 
yang diredhai oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang 
dapat mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah 
tenggelam binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah agar 
diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya 
kepada kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia 
berpuasa selama tiga puluh hari penuh, iaitu semasa bulan Zulkaedah. 
Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan 
bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus 
menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan 
bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap 
akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan 
dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat yang 
datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat itu kepadanya: "Hai 
Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu untuk 
menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap, 
padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami 
adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat 
tindakanmu itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama 
sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat 
puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih di antara pengikutnya 
untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun sebagai 
wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan selama 
kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit Thur 
Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan ketika ia 
ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang diri mendahului 
kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul di belakangku, 
wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk mencapai 
redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhanku, 
nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat 
bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala, 
maka nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi Musa 
mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang 
seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa 
menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah seluruh 
tubuhnya dan jatuh pengsan. Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, 
bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada Allah atas 
kelancangannya itu dan berkata: "Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, 
ampunilah aku dan terimalah taubatku dan aku akan menjadi orang yang 
pertama beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab 
suci "Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut 
sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci 
dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang diredhai 
oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan firman-Nya: "Wahai 
Musa, sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari manusia-manusia 
yang lain di masamu, untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan 
kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan kepadamu keistimewaan 
dengan dapat bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka bersyukurlah atas 
segala kurnia-Ku kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa yang Aku 
tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun 
tuntunan dan pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il ke jalan yang 
benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat bagi 
mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar mematuhi perintah-perintah-
Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di tempat-tempat orang-
orang yang fasiq." 
Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha" ayat 83 dan 84 dan 
surah "Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana berikut :~
"83~ Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?" 84~ 
Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera 
kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 ~ 
84 }
"142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat} sesudah 
berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu 
dengan sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu yang telah 
ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada 
saudaranya, iaitu Harun: "Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku dan 
perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat 
kerosakan". 143~ Dan tatkala Musa datang untuk {munajat} dengan {Kami} 
pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman {langsung} 
kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah {Zat Engkau} 
kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu 
sesekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika 
ia tetap di tempatnya {sebagai sediakala} nescaya kamu dapat melihat-Ku." 
Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung 
itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka setelah Musa sedar 
kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku 
orang yang pertama beriman." 144~ Allah berfirman: "Hai Musa 
sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia yang lain {di masamu} 
untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku sebab 
itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan 
hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." 145~ Dan Kami 
telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat} segala sesuatu sebagai pengajaran 
bagi sesuatu. Maka Kami berfirman: "Berpeganglah kepadanya dengan teguh 
dan suruhlah kaummu berpegang kepada {perintah-perintahnya} yang 
sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-
orang yang fasiq." { Al-A'raaf: 142 ~ 145 }
Tiada ulasan:
Catat Ulasan