Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama 
Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia beriman 
kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua 
perjalanan dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam 
bidang perternakan yang berhasil dengan baik binatang ternaknya 
berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah 
berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan 
. Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternakan serta 
harta milik perusahaan mereka di bahagi dan berpisahlah Luth dengan 
Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama 
Sadum. 
Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat 
moralnya,rosak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai 
kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran 
bermaharajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan 
perampasan harta milik merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat 
menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan 
perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi 
ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan 
lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis 
kemungkaran ini begitu bermaharajalela di dalam masyarakat 
sehinggakan ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari 
diganggu oleh mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga 
maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak 
menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika 
pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok 
maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi 
korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu 
seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya 
pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya 
dan sedemikian paras penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai 
pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan 
,kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih 
,bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan 
beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan 
diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan 
syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahawa Allah telah 
mencipta mereka dan alam sekitar mereka tidak meredhai amal 
perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan 
tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahawa Allah akan 
memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang 
berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat 
sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya dengan 
memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.
Allah SWT berfirman: 
"Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka 
Luth, berkata kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? 
Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) 
kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." 
(QS. asy-Syu'ara: 160-163) 
Dengan kelembutan dan kasih sayang semacam ini, Nabi Luth berdakwah 
kepada kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah 
kepada Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka 
untuk melakukan kejahatan dan kekejian. Namun dakwah beliau 
berhadapan dengan hati yang keras dan jiwa yang sakit serta penolakan 
yang berasal dari kesombongan. 
Kaum Nabi Luth melakukan berbagai kejahatan yang tidak biasa 
dilakukan oleh penjahat manapun. Mereka merampok dan berkhianat 
kepada sesama teman serta berwasiat dalam kemungkaran. Bahkan 
catatan kejahatan mereka ditambah dengan kejahatan baru yang belum 
pernah terjadi di muka bumi. Mereka memadamkan potensi kemanusiaan 
mereka dan daya kreativiti yang ada dalam diri mereka. Yaitu kejahatan 
yang belum pernah dilakukan seseorang pun sebelum mereka di mana 
mereka berhubungan seks dengan sesama kaum lelaki (homo seks). 
Allah SWT berfirman: 
"Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: 
"Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu 
melihat(nya). Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) 
nafsu(mu), bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum 
yang tidak dapat mengetahui (akibat perbuatanmu)." (QS. an-Naml: 
54-55) 
Nabi Luth menyampaikan dakwah kepada mereka dengan penuh 
ketulusan dan kejujuran, namun apa gerangan jawapan dari kaumnya: 
"Maka tidak lain jawapan kaumnya melainkan mengatakan: 'Usirlah 
Luth beserta keluarganya dari negerimu; kerana sesungguhnya 
mereka itu orang-orang yang (mendakwahkan dirinya) bersih.'" (QS. 
an-Naml: 56) 
Mengapa mereka menjadikan sesuatu yang patut dipuji menjadi sesuatu 
yang tercela yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak 
bahawa jiwa kaum Nabi Luth benar-benar sakit dan mereka justru 
menganiaya diri mereka sendiri serta bersikap angkuh terhadap 
kebenaran. Akhirnya, kaum lelaki cenderung kepada sesama jenis 
mereka, bukan malah cenderung kepada wanita. Sungguh aneh ketika 
mereka menganggap kesucian dan kebersihan sebagai kejahatan yang 
harus disamakan. Mereka orang-orang yang sakit yang justru menolak 
ubat dan memeranginya. Tindakan kaum Nabi Luth membuat had beliau 
bersedih. Mereka melakukan kejahatan secara terang-terangan di 
tempat-tempat mereka. Ketika mereka melihat seorang asing atau 
seorang musafir atau seorang tamu yang memasuki kota, maka mereka 
menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth, "sambutlah tamu-
tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum lelaki." Mulailah 
perilaku mereka yang keji itu terkenal. 
Nabi Luth memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth 
mengemukakan argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan 
tahun demi tahun berlalu, dan Nabi Luth terus berdakwah. Namun tak 
seorang pun yang mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya 
kecuali keluarganya, bahkan keluarganya pun tidak beriman semuanya. 
Isteri Nabi Luth kafir seperti isteri Nabi Nuh: 
"Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan bagi orang-
orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba 
yang soleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu 
berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak 
dapat membantu mereka sedikit pun dari (seksa) Allah; dan dikatakan 
(kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang 
masuk neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10) 
Jika rumah adalah tempat istirahat yang di dalamnya seseorang 
mendapatkan ketenangan, maka Nabi Luth terseksa, baik di luar rumah 
mahupun di dalamnya. Kehidupan Nabi Luth dipenuhi dengan mata rantai 
penderitaan yang keras namun beliau tetap sabar atas kaumnya. 
Berlalulah tahun demi tahun tetapi tak seorang pun yang beriman 
kepadanya, bahkan mereka mulai mengejek ajarannya dan mengatakan 
apa saja yang ingin mereka katakan: 
"Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-
arang yang benar." (QS. al-'Ankabut: 29) 
Ketika terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus asa kepada mereka dan ia 
berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang-
orang yang membuat kerosakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari 
tempat Nabi Ibrahim menuju desa Nabi Luth. Mereka sampai saat Ashar. 
Mereka mencapai pagar-pagar Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah 
tanah yang penuh dengan tanaman yang hijau. 
Sementara itu, anak perempuan Nabi Luth berdiri sedang memenuhi 
tempat airnya dari air sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga 
menyaksikan mereka. Ia tampak kehairanan melihat kaum lelaki yang 
memiliki ketampanan yang mengagumkan. Salah seorang malaikat 
bertanya kepada anak kecil itu: "Wahai anak perempuan, apakah ada 
rumah di sini?" Ia berkata (saat itu ia mengingat kaumnya), "Hendaklah 
kalian tetap di situ sehingga aku memberitahu ayahku dan kemudian 
akan kembali pada kalian." Ia meninggalkan wadah airnya di sisi sungai 
dan segera menuju ayahnya. 
"Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku 
belum pernah melihat wajah-wajah seperti mereka," kata anak itu 
dengan nada gugup. Nabi Luth berkata kepada dirinya sendiri: Ini adalah 
hari yang dahsyat. Beliau segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika 
Nabi Luth melihat mereka, beliau merasakan kehairanan yang luar biasa. 
Beliau berkata: "Ini adalah hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada 
mereka: "Dari mana mereka datang dan apa tujuan mereka?" Mereka 
malah terdiam dan justru memintanya untuk menjamu mereka." Nabi 
Luth tampak malu di hadapan mereka, kemudian beliau berjalan di 
depan mereka sedikit lalu beliau berhenti sambil menoleh kepada 
mereka dan berkata: "Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di 
muka bumi ini selain penduduk negeri ini." Beliau mengatakan demikian 
dengan maksud agar mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam 
di negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Luth dan 
mereka tidak memberikan komentar atasnya. 
Nabi Luth kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu berusaha 
untuk mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth 
memberitahu mereka bahawa penduduk desanya sangat jahat dan 
menghinakan tamu-tamu mereka. Di samping itu, mereka juga membuat 
kerosakan di muka bumi dan seringkali terjadi pertentangan di dalam 
desanya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan agar para tamunya 
membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya tanpa harus 
melukai perasaan mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada 
tamu. Nabi Luth berusaha dan mengisyaratkan kepada mereka untuk 
melanjutkan perjalanannya tanpa harus mampir di negerinya. Namun 
tamu-tamu itu sangat menghairankan. Mereka tetap berjalan dalam 
keadaan diam. Ketika Nabi Luth melihat tekad mereka untuk tetap 
bermalam di kota, beliau meminta kepada mereka untuk tinggal di suatu 
kebun sehingga datang waktu Maghrib dan kegelapan menyelimuti segala 
penjuru kota. Nabi Luth sangat bersedih dan dadanya menjadi sempit. 
kerana rasa takutnya dan penderitaannya sehingga ia lupa untuk 
memberi mereka makanan. Kegelapan mulai menyelimuti kota. Nabi 
Luth menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang 
pun dari penduduk kota yang melihat mereka. Namun isterinya melihat 
mereka sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memberitahu mereka 
kejadian yang dilihatnya. Kemudian tersebarlah berita dengan begitu 
cepat dan selanjutnya kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT 
berfirman: 
"Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada 
Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya kerana 
kedatangan mereka, dan dia berkata: 'Ini adalah hari yang amat sulit.' 
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan sejak 
dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji." 
(QS. Hud: 77-78) 
Mulailah terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth bergegas menuju 
padanya. Nabi Luth bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang 
memberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk 
mencari isterinya namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah 
kesedihan Nabi Luth. 
Kaum Nabi Luth berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth keluar kepada 
mereka dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka diajak 
berfikir secara sehat? Bagaimana seandainya mereka diajak menggunakan 
fitrah yang sehat? Bagaimana seandainya mereka tergugah dengan 
kecenderungan yang sehat terhadap jenis lain yang Allah SWT ciptakan 
untuk mereka? Bukankah di dalam rumah mereka terdapat kaum wanita? 
Seharusnya wanitalah yang menjadi kecenderungan mereka, bukan malah 
mereka cenderung kepada sesama lelaki. 
"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeriku) mereka 
lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah 
kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di 
antaramu seorang yang berakal." (QS. Hud: 78) 
"Inilah puteri-puteri (negeriku)." Apa yang dimaksud dengan pernyataan 
tersebut? Nabi Luth ingin berkata kepada mereka: "Di hadapan kalian 
terdapat wanita-wanita di bumi. Mereka lebih suci bagi kalian dalam 
bentuk kesucian jiwa dan fizik. Ketika kalian cenderung kepada mereka, 
maka kecenderungan itu merupakan pelaksanaan dari fitrah yang sehat." 
"Maka bertakwalah kalian kepada Allah." Nabi Luth berusaha menjamah 
jiwa mereka dari sisi takwa setelah menjamahnya dari sisi fitrah. 
Bertakwalah kepada Allah SWT dan ingatlah bahawa Allah SWT 
mendengar dan melihat serta akan murka dan menyeksa orang-orang 
yang derhaka. Seharusnya orang yang berakal sehat menghindari murka-
Nya. 
"Dan janganlah kalian mencemarkan namaku terhadap tamuku ini." Ini 
adalah usaha gagal dari beliau yang mencuba menggugah kemuliaan dan 
tradisi mereka sebagai orang Badwi yang harus menghormati tamu, bukan 
malah menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu seorang yang 
berakal?" Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang mempunyai 
fikiran yang sehat? Tidakkah di antara kalian terdapat laki-laki yang 
berakal? Apa yang kalian inginkan jika memang terwujud, maka itu 
hakikat kegilaan. Akal adalah sarana yang tepat bagi kalian untuk 
mengetahui kebenaran. Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas 
kebenarannya jika kalian memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri." 
Kaumnya menunggu hingga beliau selesai dari nasihatnya yang singkat 
lalu mereka tertawa terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth yang suci itu 
tidak mampu mengubah pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan 
fikiran yang bodoh: 
"Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahawa kami 
tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan 
sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami 
kehendaki.'" (QS. Hud: 79) 
Demikianlah tampak dengan jelas bahawa kebenaran tersembunyi di 
balik pengkaburan, suatu hal yang diketahui oleh dunia semuanya. 
Mereka tidak mengatakan kepadanya apa yang mereka inginkan kerana 
dunia mengetahuinya dan selanjutnya ia juga mengetahui, yakni isyarat 
yang buruk pada perbuatan yang buruk. 
Nabi Luth merasakan kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah 
kaumnya. Dengan marah Nabi Luth memasuki rumahnya dan menutup 
pintu rumahnya. Ia berdiri mendengarkan tertawa dan celaan serta 
pukulan terhadap pintu rumahnya. Sementara itu, orang-orang asing yang 
dijamu oleh Nabi Luth tampak duduk dalam keadaan tenang dan terpaku. 
Nabi Luth merasakan kehairanan dalam dirinya ketika melihat 
ketenangan mereka. Dan pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu 
semakin kencang. Mulailah kayu-kayu pintu itu tampak rosak dan lemah, 
lalu Nabi Luth berteriak dalam keadaan kesal: 
"Luth berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk 
menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang 
kuat (tentu aku lakukan).'" (QS. Hud: 80) 
Nabi Luth berharap akan mendapatkan kekuatan sehingga dapat 
melindungi para tamunya. Beliau mengharapkan seandainya terdapat 
benteng yang kuat yang dapat melindunginya, yaitu benteng Allah SWT 
yang di dalamnya para nabi dan kekasih-kekasih-Nya dilindungi. 
Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah berkata saat membaca ayat 
tersebut: "Allah SWT menurunkan rahmat atas Nabi Luth. Ia berlindung 
pada benteng yang kukuh." Ketika penderitaan mencapai puncaknya dan 
Nabi Luth mengucapkan kata-katanya yang terbang laksana burung yang 
putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba bangkit. Mereka 
memberitahunya bahawa ia benar-benar akan terlindung di bawah 
benteng yang kuat: 
"Para utusan (malaikat) berkata: 'Hai Luth sesungguhnya kami adalah 
utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat 
mengganggu kamu." (QS. Hud: 81) 
Jangan berkeluh kesah wahai Luth dan jangan takut. Kami adalah para 
malaikat, dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu. Tiba-tiba pintu 
terbelah. Jibril bangkit dan ia menunjuk dengan tangannya secara cepat 
sehingga kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka tampak 
serampangan di dalam dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka 
mengira bahawa mereka memasukinya. Jibril as menghilangkan mata 
mereka. 
Allah SWT berfirman: 
"Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) 
tamunya (kepada mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka 
rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya 
pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal." (QS. al-Qamar: 
37-38) 
Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth dan memerintahkan kepadanya 
untuk membawa keluarganya di tengah malam dan keluar. Mereka 
mendengar suara yang sangat mengerikan dan akan menggoncangkan 
gunung. Seksa apa ini? Ini adalah seksa dari bentuk yang aneh. Para 
malaikat memberitahunya bahawa isterinya termasuk orang-orang yang 
menentangnya. isterinya adalah seorang kafir seperti mereka, sehingga 
jika turun azab kepada mereka, maka ia pun akan menerimanya. 
Keluarlah wahai Luth kerana keputusan Tuhanmu telah ditetapkan. Nabi 
Luth bertanya kepada malaikat: "Apakah sekarang akan turun azab 
kepada mereka?" Para malaikat memberitahunya bahawa mereka akan 
terkena azab pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat? 
Allah berfirman SWT: 
"Pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di 
akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang 
tertinggal, kecuali isterimu Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang 
menimpa mereka kerana sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada 
mereka adalah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" 
(QS. Hud: 81) 
Nabi Luth keluar bersama anak-anak perempuannya dan isterinya. 
Mereka keluar di waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian 
datanglah perintah Allah SWT: 
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu 
yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka 
dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang 
diberi tanda oleh Tuhanmu, dan seksaan itu tiadalah jauh dari orang-
orang yang lalim. " (QS. Hud: 82-83) 
Para ulama berkata: "Jibril menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh 
kota mereka. Jibril mengangkat semuanya ke langit sehingga para 
malaikat mendengar suara ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing 
mereka. Jibril membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya ke 
bumi. Saat terjadi kehancuran, langit menghujani mereka dengan batu-
batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu yang keras dan kuat yang datang 
silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani mereka sehingga kaum 
Nabi Luth musnah semuanya. Tiada seorang pun di sana. Semua kota-
kota hancur dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air dari bumi. 
Hancurlah kaum Nabi Luth dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth 
mendengar suara-suara yang mengerikan. isterinya melihat sumber suara 
dan dia pun musnah." 
Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth: 
"Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri 
kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali 
sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami 
tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut 
kepada seksa yang pedih. " (QS. adz-Dzariyat: 35-37) 
"Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih 
tetap (dilalui manusia)." (QS. al-Hijr: 76) 
"Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan 
melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. 
Maka apakah kamu tidak memikirkannya." (QS. ash-Shaffat: 137-138) 
Yakni ia adalah bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama 
berkata: "bahawa kota-kota yang tujuh menjadi danau yang aneh di mana 
airnya asin dan deras airnya lebih besar dari derasnya air laut yang asin. 
Dan di dalam danau ini terdapat batu-batu tarnbang yang mencair. Ini 
mengisyaratkan bahawa batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth 
menyerupai butiran-butiran api yang menyala. Ada yang mengatakan 
bahawa danau yang sekarang bernama al-Bahrul Mayit yang terletak di 
Palestina adalah kota-kota kaum Nabi Luth." 
Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth dari bumi. Akhirnya, Nabi Luth 
menemui Nabi Ibrahim. Beliau menceritakan berita tentang kaumnya. 
Beliau hairan ketika mendengar bahawa Nabi Ibrahim juga 
mengetahuinya. Nabi Luth terus melanjutkan misi dakwahnya di jalan 
Allah s.w.t seperti Nabi Ibrahim. Mereka berdua tetap menyebarkan 
Islam di muka bumi. 
Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah 
diantaranya surah "Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75 , surah "Asy-Syu'ara" ayat 
160 sehingga ayat 175 , surah "Hud" ayat 77 sehingga ayat 83 , surah "Al-
Qamar" ayat 33 sehingga 39 dan surah "At-Tahrim" ayat 10 yang 
mengisahkan isteri Nabi Luth yang mengkhianati suaminya. 
Tiada ulasan:
Catat Ulasan