Chris Jackson/Getty Images
Es Kutub Utara Benar-Benar Mencair!!
Mencairnya es di laut Kutub Utara telah menyebabkan jalur yang mengelilingi daerah Barat Laut dan Timur laut terbuka bersamaan, ini adalah pertama kalinya dalam sejarah manusia dapat berlayar mengelilingi Kutub Utara.
Foto satelit daerah Kutub Utara yang
diumumkan baru-baru ini menunjukkan, es di kutub utara telah mencair dan
menyebabkan jalur Barat Laut dan Timur Laut di kutub utara terbuka
secara bersamaan minggu lalu, ini adalah pertama kalinya ma-nusia dapat
berlayar mengelilingi kutub utara dengan tanpa hambatan sama sekali,
namun hal ini juga menunjukkan bahwa proses pemanasan global menjadi
lebih cepat daripada perkiraan.
Bongkahan es terakhir pun telah lenyap
Harian Independent Inggris dalam
artikelanya pada 31 Agustus lalu memberitakan, ilmuwan dari Universitas
Bremen Jerman telah mengumumkan sejumlah foto yang telah diambil dari
satelit milik NASA yang menunjukkan bahwa jalur Barat Laut pada akhir
pekan minggu lalu telah terbuka, sementara bongkahan es terakhir yang
menutupi jalur yang menembus Laut Laptev-Siberia mengarah ke Rusia juga
telah mencair beberapa hari setelahnya.
Ini adalah pertama kali-nya kedua jalur
pintas tersebut terbuka setelah 125.000 tahun lamanya, juga merupakan
salah satu fenomena pemanasan global paling mencengangkan yang muncul di
kutub utara selama 1 bulan terakhir ini. Seorang professor tentang
pakar lautan es dari Pusat Informasi Es dan Salju Amerika (NSIDC),
mengatakan, ini merupakan suatu "Kejadian besar bersejarah", dan semakin
lanjut membuktikan bahwa gunung es di kutub utara kemungkinan telah
memasuki "pusaran maut" yang tidak dapat diselamatkan lagi.
Pemanasan global semakin cepat, para ahli terkejut
Minggu lalu NSIDC pernah mengeluarkan
peringatan bahwa dalam beberapa minggu ke depan jumlah gunung es di
kutub utara kemungkinan akan menyusut bahkan lebih sedikit dari rekor
terendah tahun lalu. Ilmuwan asal Amerika, Moslowski, dalam laporan yang
dipublikasikan tahun ini meramalkan, dalam tempo 5 tahun musim panas di
kutub utara bakal tidak ada es sama sekali, selain itu kecepatan
mencairnya es kemungkinan juga akan bertambah cepat. Hal yang memicu
adanya argumen-argumen seperti ini adalah karena jumlah lapisan es yang
mencair di kutub utara telah mencapai skala yang seharusnya baru akan
terjadi pada tahun 2050 mendatang.
Keuntungan transportasi laut, jarak tempuh pelayaran berkurang ribuan mil
Jalur Barat Laut kutub utara ini
melewati Canada, dan jalur Timur Laut melewati Rusia mengelilingi kutub
utara. Tahun 2005 jalur Timur Laut pernah sekali terbuka, waktu itu
jalur Barat Laut masih tetap tertutup, tahun lalu keadaannya terbalik,
dan sekarang kedua jalur itu terbuka bersamaan. Pihak yang paling
mendambakan terjadinya hal ini seharusnya adalah perusahaan pelayaran,
sebab dengan terbukanya kedua jalur ini akan dapat memperpendek jarak
tempuh pelayaran sebanyak ribuan mil. Terbukanya jalur pelayaran Timur
Laut ini telah memperpendek jarak pelayaran antara Jerman dan Jepang
sebanyak 4.000 mil, dan sudah ada perusahaan pelayaran yang bersiap-siap
untuk membuka jalur pelayaran Timur Laut tahun depan. (Guan
Shuping/lie/erabaru - http://www.indonesiaindonesia.com/f/36410-es-kutub-utara-mencair/
Kutub Selatan Mencair, Bongkahan Es Raksasa Terdampar di Australia
Kurang lebih Seminggu yang lalu
Australia dikejutkan dengan terdamparnya gunung es berdiameter raksasa
di wilayah perairan Australia. Bongkahan es raksasa tersebut
diperkirakan berasal dari kutub selatan. Bagaimana bisa??
Kita mengetahui "Global Warming" memang
memberi pengaruh besar terhadap kehidupan dan bumi kita terlebih dalam
10 tahun terakhir. Tapi siapa yang menyangka kalau dampak besarnya sudah
bisa terlihat sangat jelas sekarang. Memang dalam beberapa tahun
terakhir sangat banyak dampak-dampak luar biasa dari Global Warming,
seperti meningkatnya suhu global secara drastis, cuaca dan iklim yang
semakin kacau dan sulit untuk diprediksi, El-nino yang semakin sulit
untuk diatasi, meningkatnya permukaan laut, dll.
Namun dampak terbesar yang baru saja
terjadi akhir-akhir ini adalah terdamparnya gunung es di perairan
Australia. Berikut keterangan yang saya kutip dari kompas.com
23 November 2009
Bongkahan es raksasa yang jumlahnya
ratusan bergerak dari Antartika menuju pulau-pulau di Selandia Baru.
Bongkahan es yang besarnya seperti stadion itu dikhawatirkan Pemerintah
Selandia Baru mengancam pelayaran. Hasil pemotretan satelit menunjukkan,
bongkahan besar es baru saja melewati kawasan pulau Auckland dan menuju
pulau utama South Island, sekitar 450 kilometer arah timur laut.
"Peringatan berlaku bagi semua kapal di
kawasan itu agar waspada terhadap keberadaan bongkahan es," kata juru
bicara kelautan Selandia Baru, Ross Henderson, seperti dilaporkan AFP.
Keberadaan bongkahan es dalam kelompok besar itu disampaikan ahli
gletser dari Divisi Antartika Australia.
Mereka terus memantau pergerakan
bongkahan-bongkahan es tersebut. Menurut mereka, bongkahan es itu
merupakan bagian dari bongkahan raksasa yang Oktober lalu terlihat di
sekitar Pulau Macquarie, Australia.
Saat itu, dua bongkahan besar—yang
pertama selebar dua kilometer dan kedua sebesar stadion olimpiade
Beijing terpantau di sana. Sementara itu, yang terpantau menuju Selandia
Baru hari Senin lalu sudah terpecah-pecah dalam berbagai ukuran.
Beberapa di antaranya memiliki lebar 200
meter. "Semua berasal dari satu bongkahan besar, yang mungkin luasnya
30-an kilometer persegi di Antartika sana," kata salah satu ahli
gletser, Neal Young. Meningkatnya suhu global dan muka laut karena
pemanasan global dituding sebagai penyebabnya.
Setelah tiga tahun Menurut Neal Young,
bongkahan es dalam jumlah besar terakhir terlihat mengapung di dekat
Selandia Baru pada tahun 2006 lalu. Saat itu, hanya berjarak 25
kilometer dari garis pantai—kejadian pertama setelah tahun 1931.Ia yakin
akan semakin sering melihat kejadian serupa bila suhu global terus
meningkat.
Sejumlah ahli tidak yakin akan hal ini.
Berkurangnya luasan es Antartika di Kutub Selatan telah teridentifikasi
beberapa tahun terakhir. Namun, berkurangnya lapisan es di kawasan
Antartika timur dalam jumlah besar, selama tiga tahun terakhir, dinilai
para ahli sebagai "kejutan". Tidak seperti lapisan es di Antartika
barat, yang selama ini dikenal rentan dan tidak stabil, lapisan es di
Antartika timur dikenal sangat stabil.
Menurut kutipan diatas kutub selatan
mulai mencair dan bongkahan2 esnya memasuki kawasan Australia. Yang
membuat saya terkejut adalah Belum lama ini sebuah foto satelit
menangkap sebuah bongkahan dari pecahan gunung es di Antartika (Kutub
Selatan) telah hanyut hingga menuju perairan Australia sekitar Macquarie
Island di ikuti 100 potongan es kecil menuju arah Selandia Baru.
Diperkirakan bongkahan es yang
ditandai lingkaran merah pada gambar diatas adalah bongkahan es yang
terdampar di perairan Australia baru-baru ini. Besarnya bongkahan gunung
es yang larut terbawa arus tersebut setara dengan 2 kali luas Hongkong.
Ukurannya inilah yang membuat saya terkejut, bayangkan 2x ukuran
Hongkong?!.
Seorang Ahli Gunung Es Glaciologist Neal
Young dikutip AFP mengatakan hal ini pernah terjadi dahulu kala, namun
saat ini siklus ini terjadi kembali. Hongkong Memiliki Luas 49 km
persegi, sedangkan bongkahan gunung es tersebut memiliki panjang hingga
19, 2 (hampir 20 km) dengan lebar 5 km.
Untuk lebih jelasnya lagi berikut saya berikan beberapa gambar yang bisa saya peroleh.
Gambar diatas adalah gambar bongkahan es raksasa yang baru2 ini terdampar di perairan Australia
Gambar diatas adalah bongkahan es tersebut yang diambil dari satelit
Nah, ini dia yang membuat kita warga Indonesia patut merasa cemas.
Jika dilihat dari jalurnya seperti gambar diatas, bukan tidak mungkin
jika suatu saat bongkahan2 es tersebut memasuki perairan Indonesia dan
menyebabkan dampak yang negatif. (Sumber:http://rensenpelawi.blogspot.com/2009/12/kutub-selatan-mencair-bongkahan-es.html)
Semakin banyak es mencair
Jauh dibawah permukaannya yang beku, kutub menyimpan rahasia kuno bumi, ketika es menutupi sebagian besar permukaan bumi.
Tetapi bersamaan dengan besarnya
keinginan para ilmuwan untuk mempelajari daerah ini, makin meningkat
pula kekuatiran bahwa es di kedua kutub bumi mencair dengan tingkat yang
sangat cepat.
Ini jelas terlihat di laut Artik, lautan yang sangat dingin, yang mengitari Kutub Utara, yang menimpa es abadi.
Ini jelas terlihat di laut Artik, lautan yang sangat dingin, yang mengitari Kutub Utara, yang menimpa es abadi.
Seperti diketahui, di Kutub Utara dan
Selatan terdapat dua jenis, yaitu es musiman, yang terbentuk saat musim
dingin tiba, dan es abadi, yang tebal dan tidak mencair sepanjang tahun.
Namun penelitian selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan dramatis dalam es abadi.
Namun penelitian selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan dramatis dalam es abadi.
Dr. Son Nghiem adalah ilmuwan di badan
antariksa NASA, yang menggunakan pantauan citra satelit untuk menentukan
seberapa banyak es abadi yang cair.
"Yang kami amati adalah penurunan
drastis es abadi dan luas penurunan bisa dikatakan sangat luas. Pada
tahun 2005 terjadi pengurangan hingga 14 persen atau wilayah seluas
Texas maupun Turki," tuturnya.
Pola lama menghilang
Sementara itu laju mencairnya es musiman di kawasan Artik juga semakin meningkat saja dalam satu dasa warsa terakhir ini.
Biasanya setiap musim gugur, dengan arus
dingin yang bergerak, maka daerah yang mencair biasanya beku kembali.
Tetapi pola seperti itu ternyata tidak terjadi lagi terjadi.
Es musiman yang hilang di musim panas semakin sedikit yang bisa membeku kembali di musim dingin berikutnya.
Dr. Mark Serreze, seorang ilmuwan khusus
yang mengawasi es lautan di Universitas Colorado, mengatakan asumsinya
adalah es Artik akan kembali muncul di musim dingin.
"Tetapi yang kita lihat sekarang adalah
musim dingin tidak mampu mengembalikan es yang sebelumnya hilang. Kami
melihat sendiri kejadian itu pada tahun 2006," tambahnya.
Pada Bulan November, menurut Dr. Mark
Serreze, kawasan Artik kehilangan 2 juta km2 persegi esnya dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya.
"Ini menjelaskan kepada kita bahwa sistem yang selama ini ada ternyata tidak lagi mampu menyembuhkan diri," tuturnya.
Mengancam kehidupan
"Salah satu yang sangat menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara karena akan langsung membawa kapal dari Eropa ke Jepang" - Dr. David Vaughan
Para ilmuwan mengatakan peningkatan suhu
yang disebabkan oleh peningkatan C02, karbon dioksida, di atmosfir bumi
yang menjadi penyebabnya.
Bagaimanapun ada juga faktor-faktor
alam, seperti kencangnya angin yang membawa es Laut Artik ke lautan yang
temperaturnya lebih hangat.
Mencairnya lautan es ini merupakan persoalan hidup mati bagi kehidupan binatang laut di Kutub Utara.
Beruang Kutub, misalnya, seperti menyaksikan dengan mata kepala sendiri habitatnya dimusnahkan.
Situasi begitu mengkhawatirkan sehingga
pemerintah Amerika Serikat akhirnya mau juga mengakui bahwa pemanasan
global yang menjadi penyebab semakin banyaknya es yang mencair di kutub.
Dan ancamannya bukan terhadap ekosistem semata, tetapi juga pada penduduk asli yang hidup di pinggiran Laut Artik.
Apa yang terjadi belakangan merupakan ancaman bagi cara hidup masyarakat yang telah bertahan ribuan tahun.
Edward Itta, Walikota sebuah kota kecil di Alaska Utara, menjelaskan ancaman al bagi kehidupan mereka.
"Musim dingin menjadi lebih pendek,
kurang menggigit, dan salju cair lebih awal, sementara lapisan es lebih
tipis. Semua ini menyulitkan perburuan ikan paus, yang menjadi cara
hidup kami selama seribu tahun lebih."
Edward Itta yang juga merupakan pemburu ikan paus menegaskan bahwa berburu ikan paus merupakan inti kebudayaan mereka.
Kepentingan ekonomi
Salah satu yang dituding mendorong pemanasan global adalah ketergantungan umat manusia terhadap minyak.
Namun di sisi lain banyak yang melihat
melelehnya es di kawasan kutub sebagai kesempatan bagus untuk melakukan
eksplorasi minyak.
Soalnya, diperkirakan sekitar sisa 25% cadangan minyak dunia diperkirakan ada di dasar Laut Artik.
Dan perusahaan-perusahaan minyak sudah tak sabar untuk melakukan eksplorasi.
Selain itu melelehnya gunng-gunung es
juga dianggap membuka jalur perkapalan baru, yang diyakini akan
memperbaiki perekonomian kawasan.
Dr. David Vaughan dari Badan Penelitian Antartika Inggris mengakui godaan keuntungan ekonomi terlalu kuat untuk diabaikan.
"Salah satu yang sangat menggoda adalah
jalur pelayaran laut Utara karena akan langsung membawa kapal dari Eropa
ke Jepang. Kalau itu terjadi maka akan menghemat uang dan waktu,"
katanya.
Selama ini kapal-kapal dari Eropa yang menuju sebagian kawasan Asia harus memutar lewat Terusan Suez.
"Jadi memang ada keuntungan, tetapi juga konsekuensi negatif jelas tidak kalah besarnya dari pemanasan global ini."
40 tahun lagi?
Memang persoalan Artik pada akhirnya
bukan persoalan keilmuan saja, melainkan juga persoalan kepentingan
ekonomi dan teritorial dari beberapa negara seperti Kanada, Rusia,
Amerika Serikat, dan Norwegia.
Bagaimanapun dari bukti ilmiah, jelas bahwa Kutub Utara dan Seladan berada dibawah ancaman perubahan iklim yang hebat.
Dan kedua daerah ini sangat vital dalam
menjaga agar planet tetap dingin karena es di kutub menjadi perisai bumi
dalam menangkis 90% sinar matahari yang menimpa bumi, dan
mengembalikannya ke angkasa luar.
Tetapi kalau es di kutub mencair maka 90% panas sinar matahari akan diserap lautan dan semakin meningkatkan pemanasan global.
Dengan tidak menghentikan tingkat emisi C02 saat ini, diperkirakan es abadi di kutub akan musnah dalam waktu tidak lama lagi.
Jika mengikuti model yang sudah dirancang para ilmuwan, maka es abadi akan meleleh sepenuhnya dalam waktu 40 tahun.
Apakah manusia harus menunggu 40 tahun
lagi sebelum menyadari dampaknya bagi kehidupan di bumi? (Sumber:
http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2007/02/070216_globalwarming1.shtml)
Es Kutub Utara Mencair
Pertama kali terjadi setelah 125 ribu
tahun, akhirnya es kutub utara mencair, foto satelit daerah kutub utara
menunjukkan jalur Barat Laut dan Timur Laut di kutub utara terbuka
secara bersamaan minggu lalu, ini adalah pertama kalinya manusia dapat
berlayar mengelilingi kutub utara tanpa hambatan sama sekali, namun hal
ini berarti proses pemanasan global terjadi lebih cepat daripada yang
kita bayangkan.
Ilmuan dari universitas Bremen Jerman
mempublikasikan sejumlah foto yang diambil dari satelit milik NASA yang
menunjukkan jalur barat laut telah terbuka, sementara bongkahan es
terakhir yang selama ini menutupi jalur yang menembus laut
Laptev-Siberia mengarah ke Rusia juga telah mencair. Berita tentang hal
ini juga dimuat di harian Independent Inggris 31 Agustus yang lalu.
Para ilmuan asal Amerika memperkirakan
jika pemanasan global tetap terjadi maka dalam tempo 5 tahun musim panas
di Kutub utara bakal tidak ada es sama sekali!, perkiraan seperti ini
bisa muncul karena jumlah lapisan es yang telah mencair hingga saat ini
seharusnya baru akan terjadi pada tahun 2050 mendatang.
Pada tahun 2005 jalur Timur Laut pernah
sekali terbuka, tetapi jalur Barat Laut waktu itu tetap tertutup, dan
tahun 2006 keadaannya berbalik, tetapi pada tahun ini kedua jalur
tersebut terbuka secara bersamaan. Pihak yang paling mendambakan
terjadinya hal ini adalah perusahaan pelayaran, sebab dengan terbukanya
kedua jalur ini akan dapat memperpendek jarak tempuh pelayaran sebanyak
ribuan mil.
Terbukanya jalur ini memperpendek jarak
pelayaran antara Jerman dan Jepang sebanyak 4.000 mil dan sudah ada
perusahaan pelayaran yang bersiap-siap untuk membuka jalur pelayaran
melalui rute ini tahun depan.
Wow suatu saat nanti ketika bumi penuh bencana alam karena efek
pemanasan global ini, sebegitu pentingkah harta yg sekarang kita
kumpulkan dengan cara yang tidak baik untuk bumi kita ini.
Lebih dari 2 Triliun Ton Es Kutub Mencair
Getty Images/Uriel Sinai
Es di Greenland yang kian menyusut karena pemanasan global
LEBIH dari dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair
sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan satelit
GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari pemanasan
global.
Es di Greenland yang kian menyusut karena pemanasan global
"Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es telah
meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun
terakhir," kata Scott Luthcke, geofisikawan NASA.
Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang
sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari
Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut
lepas. Bahkan menurut Luthcke, pencairan es di Greenland akan
berlangsung semakin cepat.
Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung terhadap
kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya lautan beku.
Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak menyebabkan
peningkatan air laut yang berarti.
"Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter
tingkat air laut per tahun," kata ilmuwan es NASA Jay Zwally. "Pencairan
terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari pencairan dan
amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi," lanjut Zwally.
Para ilmuwan NASA mempresentasikan temuan baru mereka pada konferensi
American Geophysical Union di San Fransisco minggu lalu. Dengan
menganalisis perubahan iklim, secara umum para ilmuwan akan melihat yang
terjadi beberapa tahun untuk menentukan tren secara keseluruhan
Tiada ulasan:
Catat Ulasan