A. Hari Raya Waisak (Vesâkha Pûja)
Hari Raya Waisak pada umumnya jatuh pada purnamasidhi di bulan Mei, namun kadangkala pada hari-hari pertama bulan Juni bila jatuh pada tahun kabisat lunar.
1. Arti Dari Prosesi Puja
Hari Waisak dijuluki pula “Hari Trisuci Waisak” karena pada hari itu umat Buddha sedunia memperingati Tiga Peristiwa Agung yang terjadi pada zaman kehidupan Sang Buddha Gotama lebih dari 2500 tahun yang lalu. Tiga Peristiwa Agung tersebut adalah:
1. Bodhisatva (Calon Buddha) yang diberi nama Pangeran Sidharta Gotama dilahirkan di Taman Lumbini, Nepal, pada tahun 623 S.M.
2. Pangeran Sidharta, yang kemudian menjadi pertapa, di bawah Pohon Bodhi Suci, di Buddha-Gaya, India, dengan kekuatan sendiri mencapai Penerangan Agung (mencapai Nibbana) dan menjadi Buddha.
3. Sesudah 45 tahun lamanya mengembara dan memberi pelayanan Dhamma kepada umat manusia dan para dewa, Sang Buddha Parinibbana atau wafat pada usia 80 tahun di Kusinara, India pada tahun 543 S.M.
2. Waktu Detik-detik Waisak
B. Hari-hari Besar Yang Lain
1. Asadha
Asadha adalah nama bulan lunar kedelapan, dari bahasa Sansekerta, sedangkan bahasa Pâlinya adalah Asalha. Kebaktian untuk memeperingati Hari Besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja. Hari besar Asadha, diperingati 2 (dua) bulan sesudah Hari Raya Waisak, yang biasanya jatuh pada bulan Juli, guna memperingati kejadian yang menyangkut kehidupan Sang Buddha dan Ajaran-Nya, yaitu:
1. Untuk pertama kali Sang Buddha membabarkan Ajaran-Nya kepada 5 (lima) orang pertapa, bekas teman-temannya sebelum menjadi Buddha, bertempat di Taman Rusa Isipatana, dekat Vanarasi, India, pada purnama sidhi di bulan Asalha. Khotbah pertama Sang Buddha ini terdapat dalam Kitab Suci Tipitaka Pâli dengan nama Dhammacakkappavattana Sutta.
2. Kelima pertapa tersebut adalah Kondañña, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji. Dengan adanya 5 (lima) orang pertapa yang menjadi murid Sang Buddha, maka kemudian terbentuklah Sangha.
Dengan demikian lengkaplah tiga perlindungan Umat Buddha, yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha atau yang disebut Tiratana (Tiga Perlindungan)
2. Mâgha Pûja(Isi ovada)
Mâgha adalah nama bulan lunar yang jatuh pada bulan Februari, dan kebaktian untuk memperingati peristiwa di bulan Mâgha ini disebut Mâgha-Pûja. Hari Besar Mâgha yang biasanya jatuh pada purnama sidhi bulan Februari / Maret. Hari Besar Mâgha memperingati suatu peristiwa yang terjadi pada purnama sidhi di bulan Mâgha. Peristiwa tersebut adalah:
1. Disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Ajaran Sang Buddha dan Etika Pokok Para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha ini dibabarkan di Veluvana Vihara di Rajagaha,
Di hadapan 1.250 Arahat.
Kesemua Arahat tersebut ditahbiskan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu)
Kehadiran para Arahat tersebut tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lainnya terlebih dahulu.
Inti Ajaran Sang Buddha:
Jangan berbuat jahat
Tambahlah kebajikan
Sucikan hati dan pikiran
Itulah Ajaran Para Buddha
(Dhammapada 183)
Etika (Vinaya) Pokok Para Bhikkhu :
Kesabaran adalah praktek bertapa yang paling tinggi
Nibbana adalah yang tertinggi”, begitulah Sabda Para Buddha.
Dia yang masih menyakiti orang lain, sesungguhnya bukanlah seorang pertapa.
(Dhammapada 184)
Tidak menghina, tidak menyakiti
Dapat mengendalikan diri sesuai Patimokha
Memiliki sikap madya dalam makanan
Berdiam di tempat yang sunyi
Giat mengembangkan batin nan luhur
Inilah Ajaran Para Buddha
(Dhammapada 185)
2. Sang Buddha memberi Anugerah Penghargaan Dhamma kepada Yang Ariya Sariputta dan Moggallana Thera sebagai Siswa-siswa Utama di hadapan 1250 Arahat di Veluvana Vihara, Rajagaha.
3. Sang Buddha mengumumkan di Capala-Cetiya di Mahavana, pada para bhikkhu, bahwa 3 (tiga) bulan lagi beliau akan Parinibbana.
3. Kathina Pûja
Pada purnamasidhi tiga bulan sesudah Hari Besar Asadha, yang jatuh kira-kira pada bulan Oktober-November, para bhikkhu telah mnyelesaikan Masa Vassa, dan umat melakukan persembahan jubah Khatina pada Sangha. Perayaan tersebut diselenggarakan sebagai ungkapan perasaan terima kasih umat kepada Bhikkhu yang telah menjalankan Vassa di daerah mereka, dengan cara mempersembahkan pada Bhikkhu Sangha barang-barang berupa jubah, perlengkapan Vihara dan kebutuhan Bhikkhu sehari-hari.
Hari Raya Waisak pada umumnya jatuh pada purnamasidhi di bulan Mei, namun kadangkala pada hari-hari pertama bulan Juni bila jatuh pada tahun kabisat lunar.
1. Arti Dari Prosesi Puja
Hari Waisak dijuluki pula “Hari Trisuci Waisak” karena pada hari itu umat Buddha sedunia memperingati Tiga Peristiwa Agung yang terjadi pada zaman kehidupan Sang Buddha Gotama lebih dari 2500 tahun yang lalu. Tiga Peristiwa Agung tersebut adalah:
1. Bodhisatva (Calon Buddha) yang diberi nama Pangeran Sidharta Gotama dilahirkan di Taman Lumbini, Nepal, pada tahun 623 S.M.
2. Pangeran Sidharta, yang kemudian menjadi pertapa, di bawah Pohon Bodhi Suci, di Buddha-Gaya, India, dengan kekuatan sendiri mencapai Penerangan Agung (mencapai Nibbana) dan menjadi Buddha.
3. Sesudah 45 tahun lamanya mengembara dan memberi pelayanan Dhamma kepada umat manusia dan para dewa, Sang Buddha Parinibbana atau wafat pada usia 80 tahun di Kusinara, India pada tahun 543 S.M.
2. Waktu Detik-detik Waisak
B. Hari-hari Besar Yang Lain
1. Asadha
Asadha adalah nama bulan lunar kedelapan, dari bahasa Sansekerta, sedangkan bahasa Pâlinya adalah Asalha. Kebaktian untuk memeperingati Hari Besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja. Hari besar Asadha, diperingati 2 (dua) bulan sesudah Hari Raya Waisak, yang biasanya jatuh pada bulan Juli, guna memperingati kejadian yang menyangkut kehidupan Sang Buddha dan Ajaran-Nya, yaitu:
1. Untuk pertama kali Sang Buddha membabarkan Ajaran-Nya kepada 5 (lima) orang pertapa, bekas teman-temannya sebelum menjadi Buddha, bertempat di Taman Rusa Isipatana, dekat Vanarasi, India, pada purnama sidhi di bulan Asalha. Khotbah pertama Sang Buddha ini terdapat dalam Kitab Suci Tipitaka Pâli dengan nama Dhammacakkappavattana Sutta.
2. Kelima pertapa tersebut adalah Kondañña, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji. Dengan adanya 5 (lima) orang pertapa yang menjadi murid Sang Buddha, maka kemudian terbentuklah Sangha.
Dengan demikian lengkaplah tiga perlindungan Umat Buddha, yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha atau yang disebut Tiratana (Tiga Perlindungan)
2. Mâgha Pûja(Isi ovada)
Mâgha adalah nama bulan lunar yang jatuh pada bulan Februari, dan kebaktian untuk memperingati peristiwa di bulan Mâgha ini disebut Mâgha-Pûja. Hari Besar Mâgha yang biasanya jatuh pada purnama sidhi bulan Februari / Maret. Hari Besar Mâgha memperingati suatu peristiwa yang terjadi pada purnama sidhi di bulan Mâgha. Peristiwa tersebut adalah:
1. Disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Ajaran Sang Buddha dan Etika Pokok Para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha ini dibabarkan di Veluvana Vihara di Rajagaha,
Di hadapan 1.250 Arahat.
Kesemua Arahat tersebut ditahbiskan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu)
Kehadiran para Arahat tersebut tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lainnya terlebih dahulu.
Inti Ajaran Sang Buddha:
Jangan berbuat jahat
Tambahlah kebajikan
Sucikan hati dan pikiran
Itulah Ajaran Para Buddha
(Dhammapada 183)
Etika (Vinaya) Pokok Para Bhikkhu :
Kesabaran adalah praktek bertapa yang paling tinggi
Nibbana adalah yang tertinggi”, begitulah Sabda Para Buddha.
Dia yang masih menyakiti orang lain, sesungguhnya bukanlah seorang pertapa.
(Dhammapada 184)
Tidak menghina, tidak menyakiti
Dapat mengendalikan diri sesuai Patimokha
Memiliki sikap madya dalam makanan
Berdiam di tempat yang sunyi
Giat mengembangkan batin nan luhur
Inilah Ajaran Para Buddha
(Dhammapada 185)
2. Sang Buddha memberi Anugerah Penghargaan Dhamma kepada Yang Ariya Sariputta dan Moggallana Thera sebagai Siswa-siswa Utama di hadapan 1250 Arahat di Veluvana Vihara, Rajagaha.
3. Sang Buddha mengumumkan di Capala-Cetiya di Mahavana, pada para bhikkhu, bahwa 3 (tiga) bulan lagi beliau akan Parinibbana.
3. Kathina Pûja
Pada purnamasidhi tiga bulan sesudah Hari Besar Asadha, yang jatuh kira-kira pada bulan Oktober-November, para bhikkhu telah mnyelesaikan Masa Vassa, dan umat melakukan persembahan jubah Khatina pada Sangha. Perayaan tersebut diselenggarakan sebagai ungkapan perasaan terima kasih umat kepada Bhikkhu yang telah menjalankan Vassa di daerah mereka, dengan cara mempersembahkan pada Bhikkhu Sangha barang-barang berupa jubah, perlengkapan Vihara dan kebutuhan Bhikkhu sehari-hari.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan