Faktor Intern
1. Adanya suksesi yang baik di Siam sehingga terdapat pemimpin yang mampu melindungi Siam dari imperialisme bangsa Barat.
Di
Siam ada 3 (tiga) Raja yang mampu "mengakali" agar imperialisme Barat
tidak serta merta mengambil alih Siam. Tiga raja itu adalah Raja Mongkut
(Rama IV pada 1851-1868), Chulalongkorn (Rama V pada 1858-1910), dan
Wachirawut (Rama VI pada 1910-1925). Tiga Raja tersebut pandai
menempatkan diri di Asia Tenggara, mereka mampu menghadapi
situasi-situasi sulit sesuai dengan perhitungan-perhitungan mereka yang
matang. Dengan adanya kebijakan-kebijakan dari tiga Raja tersebut
khususnya Raja Mongkut, Siam mampu menjadi suatu wilayah yang mandiri
dan mampu menerima modernisasi.[1]
Raja Mongkut adalah seorang yang luar biasa, ia mapu memadukan
kemodernan dan ketradisionalan di Siam. Sehingga walaupun terdapat
pembangunan infrastruktur yang modern tetapi tidak melupakan nilai-nilai
tradisional.[2]
Raja Mongkut merupakan Raja yang cakap, sehingga ia mampu menjalin
hubungan dengan pihak-pihak asing, ia mampu belajar banyak dari
orang-orang asing yang ia kenal. Raja Mongkut juga termasuk Raja yang
bijaksana karena ia pernah hidup membiara selama 20 tahun. Selain Raja
Mongkut, Rama V dan Rama VI juga mendapatkan pendidikan Barat yang baik,
sehingga pandangan dan cara berfikir mereka tidak lagi kaku. Oleh
karena itu mereka pandai dalam hal berdiplomasi.[3]
2. Siam
mampu memanfaatkan persaingan dan ketegangan antara Indocina, Prancis,
dan Kerajaan Inggris, serta berbagai kekuatan asing di Asia Tenggara.
Siam
mampu membaca situasi untuk "mengakali" agar negerinya tidak terkena
gerusan imperialisme Barat. Hal tersebut terkait dengan
perjanjian-perjanjian yang dilakukan oleh Siam dengan negara-negara
asing seperti: Perjanjian Burney (dengan Amerika Serikat pada tahun
1833), perjanjian dengan Inggris (perjanjian Bowring pada tahun 1855),
Siam juga melakukan perjajian sejenis dengan Prancis dan Amerika Serikat
(1856), Denmark (1858), Portugis (1859), Belanda (1860), dan Prusia
(1862). Dengan perjanjian perjanjian yang dilakukan oleh Siam tersebut
secara tidak langsung pihak-pihak asing di Siam merasa saling terusik
sehingga mereka mempunyai konflik masing-masing di luar Siam.
3. Respon Siam terhadap Barat: Siam yang bisa menerima modernisasi dan sesuatu yang baru.
Siam
mampu memanfaatkan adanya pengaruh Barat di negerinya, ia menggunakan
hal-hal yang baik dari Barat dalam negerinya. Juga mampu menerima
hal-hal yang modern untuk negerinya tanpa meninggalkan sifat tradisional
mereka. Diadakannya pendidikan dengan sistem Barat. Raja Mongkut
sendiri banyak menggunakan orang Barat dalam melaksankan modernisasi
negerinya.
Faktor Ekstern
1. Oleh kekuatan Barat, Siam dijadikan wilayah Buffer State.
Sebab,
pada waktu itu Inggris dan Perancis membutuhkan suatu wilayah yang
netral dimana Siam terletak di tengah Bangladesh (yang diduduki oleh
Inggris) dan Vietnam (yang diduduki oleh Perancis).
2. Adanya evolusi bertahap pada pemerintahan.
Sejak 1932, Thailand telah menjadi monarki konstitusional, dengan raja sebagai kepala negara dan bentuk pemerintahan parlemen.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan