Sejumlah
 tugas besar dan penting tak dapat dikerjakan sendirian tanpa bantuan 
siapa pun. Sebaliknya, bila terdapat sejumlah orang yang siap membantu, 
niscaya tugas yang sama dapat dikerjakan dengan ringan. Bila seseorang 
tetap bekerja sendirian, niscaya ia tak akan mampu dan bakal menemui 
kegagalan dalam mengerjakan berbagai tugas sekaligus. Jarang terjadi, 
seseorang sendirian saja membangun dan menjalankan sebuah organisasi 
sosial. Seorang individu tak akan mampu mengurus rumah sakit, sekolah, 
masjid, panti asuhan, perpustakaan, dan sebagainya tanpa meminta bantuan
 selainnya. Kenyataannya, seseorang tak mampu sendirian mengelola 
administrasi dari organisasi apapun. Namun, berkat bantuan dan kerja 
sama selainnya, pekerjaan apapun dapat diselesaikan dengan sempurna. 
Setiap bangsa yang para penduduknya memiliki semangat saling membantu 
dan bekerja sama akan menjadi bangsa yang makmur.
Dalam kaitan ini, Islam merupakan sebuah sistem perkumpulan yang utuh, yang menyeru manusia untuk bersatu
         
          
            |  345   
padu
 dalam mengerjakan kebaikan. Al-Quran al-Karim mengatakan, … 
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan 
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. 
al-Maidah: 2) 
Amirul
 Mukminin Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Saling membantu guna 
mempertahankan kebenaran merupakan ketaatan dan ketulusan."_[37] 
              Biasakanlah Saling Menolong Sejak Masa Kanak-kanak
Semangat
 kerja sama dan persaudaraan sudah mengakar sejak masa kanak-kanak. Ini 
mengingat manusia memiliki fitrah menjalin hubungan yang dibawanya sejak
 lahir. Namun demikian, selalu muncul kebutuhan untuk memanfaatkan 
naluri fitriah ini. Orang tua yang bersungguh-sungguh dalam mengasuh 
anak-anaknya akan menumbuhkan naluri bergaul dalam diri mereka 
(anak-anak). Umpama, menyediakan mainan dan permainan yang memerlukan 
kerja sama kelompok, atau yang harus dimainkan oleh lebih dari satu 
anak. Juga mendorong dan membimbing mereka bersama-sama menyisihkan 
sebagian uang sakunya untuk ditabung dan digunakan pada hal-hal yang 
bermanfaat. Dengan cara itu, anak-anak dapat membeli buah-buahan dan 
manisan, untuk kemudian dibagi-bagikan kepada orang yang sakit, fakir, 
dan miskin. Dalam hal ini, orang tua dapat menambah uang saku mereka 
serta membantu mereka membeli dan membagi-bagikan buah-buahan dan 
sebagainya. Orang tua juga dapat menyalurkan uang tabungan anak-anak 
secara berkala ke sejumlah organisasi 
               [37] Ghurar al-Hikam, hal.48.
 | 
         
         
          
            |  346   
sosial.
 Atau menyumbangkan sebagian uang tabungan itu ke beberapa perpustakaan 
umum untuk dibelikan buku-buku baru. Orang tua juga dapat mendorong 
anak-anak untuk membentuk panitia kecil dan memprakarsai sendiri 
sejumlah aktivitas sosial. 
Bila
 orang tua merupakan anggota sebuah organisasi sosial, maka sudah 
seharusnya mereka juga memprakarsai anak-anak untuk beraktivitas sama. 
Misalnya, dengan memberikan sejumlah uang kepada si anak untuk 
disumbangkan sendiri kepada organisasi dan menjadikannya anggota tetap. 
              Nilai Kemanusiaan dan Anak-anak
Semuanya
 adalah ciptaan Allah Swt. Seluruh manusia berasal dari nenek moyang 
yang sama (yakni, Nabi Adam dan Hawa). Pada kenyataannya, seluruh 
manusia termasuk dalam sebuah keluarga besar yang sama. Allah Swt telah 
menciptakan dan mengasihi mereka. Hanya Allah saja yang mengaruniakan 
mereka segenap kebutuhan hidup di dunia. Dia menganugerahkan mereka 
kemampuan untuk memanipulasi dan memanfaatkan segala sesuatu yang ada, 
serta memberikan mereka kearifan dan kekuatan untuk memanfaatkan segala 
hal di sekeliling mereka demi keuntungan mereka. Allah Swt telah 
menyediakan mereka kesempatan untuk melambungkan spiritualitasnya demi 
meraih kesempurnaan takwa dan memperoleh ganjaran pahala di akhirat 
kelak. Dia menyediakan pelbagai sarana bimbingan dalam sosok para nabi 
yang diutus dari waktu ke waktu. Dia telah mengangkat para imam (sebagai
 pelanjut misi kenabian dan kerasulan), juga para pembimbing keagamaan, 
seperti para mujtahid dan maraji' (ulama-ulama besar agama | 
         
         
          
            |  347   
yang menjadi rujukan hukum-peny.). Semua itu disebabkan Allah Swt mencintai manusia. 
Sungguh,
 anugerah yang dicurahkan-Nya kepada manusia tak terkira banyaknya. Dia 
menginginkan umat manusia saling mengasihi satu sama lain dan berusaha 
keras menciptakan kesejahteraan hidup bersama. Dia menginginkan umat 
manusia saling menolong, baik dalam keadaan suka maupun duka. Siapapun 
yang memikirkan dan berupaya memperbaiki nasib orang lain merupakan 
orang-orang pilihan Allah Swt. Kelak, mereka akan mendapatkan banyak 
balasan kebaikan di akhirat. Islam, yang merupakan sistem keimanan 
bersama, sangat menekankan pentingnya sikap khidmat terhadap 
kemanusiaan. 
Rasulullah
 saw mengatakan, "Seluruh umat manusia memakan makanan yang 
dianugerahkan Allah Swt. Karena itu, orang-orang yang paling dicintai 
Allah adalah mereka yang memberikan makanan kepada manusia lain dan 
memenuhi kebutuhan sejumlah keluarga."_[38] 
Imam
 Ja`far Shadiq mengatakan, "Allah Swt memfirmankan, 'Umat manusia 
memakan makanan yang Kuberikan. Di antara mereka yang benar-benar 
Kucintai adalah orang-orang yang berbuat baik kepada selainnya dan 
berusaha keras membantu orang lain yang sedang membutuhkan.'"_[39] 
Seseorang bertanya pada Nabi saw, "Siapakah orang yang paling dicintai Allah Swt?" 
Nabi saw menjawab, "Orang yang paling bermanfaat bagi saudaranya."_[40] 
               [38] Bihâr al-Anwâr, jil.74, hal.317.
 [39] ibid., jil.73, hal.337.
 [40] ibid., jil.74, hal.239.
 | 
         
         
          
            |  348   
 
Rasulullah
 saw juga mengatakan, "Setelah keimanan, perbuatan paling bijaksana 
adalah mencintai dan mengasihi sesama manusia, serta berbuat baik kepada
 mereka ."_[41] 
" Orang yang tidak memperhatikan kebaikan kaum Muslim bukan termasuk seorang Muslim."_[42] 
Imam
 Ja`far Shadiq berkata, "Orang-orang pilihan Allah adalah mereka yang 
didatangi selainnya yang membutuhkan pertolongan. Orang-orang semacam 
ini akan berada dalam lindungan Allah Swt di Hari Pengadilan."_[43] 
Rasulullah
 saw bersabda, "Allah Swt menyayangi hamba-hamba-Nya dan menyukai 
hamba-hamba tersebut menyayangi saudara-saudaranya."_[44] 
Terdapat
 ratusan riwayat dari Nabi saw dan para imam semacam itu yang tersebar 
di berbagai kitab hadis yang memuat ucapan manusia-manusia maksum 
tersebut. 
Nabi
 saw memandang masyarakat Islam sebagai sebuah kesatuan tunggal dan 
memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mengusahakan kebaikan 
bersama. Islam adalah sistem keimanan bersama dan menganggap 
kesejahteraan individu-individunya sebagai kesejahteraan masyarakat. 
Islam menentang segala jenis kecenderungan mementingkan diri sendiri. 
Seorang Muslim sejati tak akan pernah mementingkan dirinya sendiri. Ia 
juga tak pernah mengabaikan hak-hak selainnya di tengah masyarakat. 
               [41] ibid., hal.392.
 [42] ibid., hal.347.
 [43] ibid., hal.318.
 [44] ibid., hal.339.
 | 
         
         
          
            |  349   
 
              Saling Bekerja Sama adalah Sifat Mulia
Keinginan
 menjalin hubungan persaudaraan dengan manusia lain merupakan sifat 
mulia yang tertanam dalam fitrah setiap individu. Namun, hanya melalui 
pembinaan yang tepat saja, sifat semacam ini dapat dijelmakan. 
Adakalanya terjadi, sifat yang sangat agung ini sama sekali lenyap dalam
 diri beberapa orang. Ini tak ubahnya dengan pelbagai naluri yang 
melekat dalam diri seluruh manusia yang benih-benihnya mulai muncul 
sepanjang awal masa kanak-kanak, yang bila tidak dipelihara dengan 
layak, akan terbengkalai atau sama sekali lenyap dari jiwa seseorang. 
Sudah menjadi tanggung jawab orang tua untuk menjadikan anak-anaknya 
bersikap ramah dan bermurah hati kepada sesamanya. Jika orang tua 
sendiri bermurah hati kepada selainnya, yang terpantul dalam kata-kata 
dan tindakannya, niscaya anak-anak mereka secara alamiah akan 
meneladaninya. 
Orang
 tua yang bertanggung jawab dan berwawasan terkadang menggambarkan 
tentang betapa memprihatinkannya hidup orang-orang fakir, miskin, cacat,
 dan lanjut usia, di hadapan anak-anaknya. Bila memungkinkan, mereka 
mengajak anak-anak menemui orang- orang semacam itu. Lalu, mereka akan 
mengatakan pada anak-anak bahwa orang-orang tersebut adalah orang-orang 
tertindas yang membutuhkan dukungan dan pertolongan. Bukan hanya itu, 
mereka juga memberikan bantuan kepada orang-orang semacam itu di hadapan
 anak- anak demi memberikan contoh yang baik untuk mereka tiru saat 
tumbuh dewasa dan mampu menolong selainnya. Selain itu, mereka juga 
menjelaskan kepada anak-anak perihal | 
         
         
          
           
            
             
               350
 350 
kezaliman
 culas yang dilakukan sejumlah orang terhadap orang-orang yang malang, 
juga kondisi orang-orang tertindas yang benar-benar memprihatinkan. 
Mereka juga berbicara kepada anak-anak perihal penderitaan hidup 
anak-anak yatim piatu yang tak punya orang tua yang dapat merawat 
mereka, sehingga mereka layak mendapat dukungan penuh dari selainnya 
dalam kehidupan masyarakat. Mereka mengajak anak-anaknya ke panti asuhan
 untuk menemui anak-anak semacam itu, atau mengundang sejumlah anak 
yatim ke rumah. Semua ini merupakan proses untuk menjadikan anak-anak 
menyadari tanggung jawabnya dalam menolong dan membantu kaum
 
 
Tiada ulasan:
Catat Ulasan