Latar Belakang
   
A. Pengertian psikologi perkembangan dan makna remaja
   
C. Alasan-Alasan Yang Umum Untuk Berpacaran Selama Masa Remaja
I. Penyimpangan atau Kenakalan Remaja
J. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Pada Remaja
   
Psikologi
 perkembangan merupakan cabang dari psikologi individu, baik sebelum 
maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku J.P. Chaplin, 1979)
 psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik 
setiap fase-fase perkembangan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik 
untuk mengetahui karakteristik perkembangan fase remaja, hal-hal apa 
saja yang mempengaruhi psikologi perkembangan pada fase remaja, serta 
problematika pacaran pada masa remaja, maka dengan ini penulis mengambil
 judul REMAJA DAN PACARAN.
Untuk
 makalah ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas 
mandiri yang diberikan oleh dosen mata kuliah psikologi perkembangan 
serta bertujuan untuk memenuhi atau menjawab rasa penasaran yang begitu 
kuat untuk mengetahui lebih dalam tentang remaja and pacaran.
B.       Batasan Masalah
Psikologi
 perkembangan adalah ilmu yang luas yang saling berkesinambungan antara 
setiap fase-fase perkembangan agar masalah penelitian leih terfokus 
kepada tujuan penelitian dan tidak terlalu luas, maka dengan ini penulis
 membatasi masalah penelitian hanya pada ruang lingkup Remaja dan 
pacaran saja.
C.      Identifikasi Masalah
Dalam hal ini penulis mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1.Pengertian psikologi perkembangan
2.Karakteristik perkembangan fase remaja
3.Pembahasan atau analisis data yang diperoleh tentang pacaran.
D.      Metode Penelitian
Pada
 makalah ini penulis menggunakan metode deskripsi untuk menggambarkan 
masalah penelitian. Adapun azas teknik pengumpulan data yang dilakukan 
penulis adalah sebagai berikut:
1.      Penelitian
 lapangan, merupakan penelitian dengan cara melakukan penelitian 
langsung ke lapangan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan
 dari objek penelitian, hal ini dilakukan dengan cara membagikan angket 
yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang masalah penelitian.
2.      Penelitian
 kepustakaan atau library research yang dilakukan dengan cara 
mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan 
lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
3.      Metode
 analisa kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan cara menganalisa data 
dengan menggunakan uraian-uraian angka atau kalimat yang berdasarkan 
teori disertai dengan penjelasan dalam pemecahan masalah yang dapat 
melengkapi kesimpulan yang diharapkan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian psikologi perkembangan dan makna remaja
a.       Pengertian psikologi perkembangan
Psikologi
 perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses 
perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut 
kematangan perilaku. ( J.P. Chaplin, 1979 ). 
Psikologi
 perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan 
tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari 
mulai masa konsepsi sampai mati. ( Ross Vasta. dkk, 1992 ).
b.         Makna remaja 
Remaja
 adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, 
ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi 
pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit 
terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat 
Zakiah, Remaja harapan dan tantangan: 8).
Hal
 inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi condong untuk 
menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok tersendiri, 
yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta 
persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap 
sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan 
pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih 
dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam 
kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan 
kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil 
baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia 
berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak 
baik akan berdosa. Masa remaja merupakan masa dimana timbulnya berbagai 
kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang 
lebih jelas dan daya fakir menjadi matang. Namun masa remaja penuh 
dengan berbagai perasaan yang tidak menentu, cemas dan bimbang, dimana 
berkecambuk harapan dan tantangan, kesenangan dan kesengsaraan, semuanya
 harus dilalui dengan perjuangan yang berat, menuju hari depan dan 
dewasa yang matang.
Secara
 psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi 
dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah 
tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan uang
 sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat 
(dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan
 masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. 
Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini 
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang 
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode 
perkembangan ini.
Fase
 remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang 
diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu 
bereproduksi. Menurut Konpka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi 
(a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja 
akhir: 19-22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja 
merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang
 tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan
 diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Dalam
 budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai “Strom dan 
Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi
 dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari 
kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976).
B.   Ciri-Ciri Masa Remaja
1.      Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa.
2.      Masa remaja sebagai periode perubahan.
3.      Masa remaja sebagai usia bermasalah.
4.      Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
5.      Masa
 remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah 
penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap 
perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
6.      Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
7.      Ciri-ciri
 kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong 
kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, 
dan perhatiannya terpusat pada dirinya.
C. Alasan-Alasan Yang Umum Untuk Berpacaran Selama Masa Remaja
1.         Hiburan 
Apabila berkencan dimaksudkan untuk hiburan, remaja menginginkan agar pasanganya mempunyai berbagai keterampilan sosial yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik hati dan menyenangkan
Apabila berkencan dimaksudkan untuk hiburan, remaja menginginkan agar pasanganya mempunyai berbagai keterampilan sosial yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik hati dan menyenangkan
2.         Sosialisasi
Kalau anggota kelompok sebaya membagi diri dalam pasangan-pasangan kencan, maka laki-laki dan perempuan harus berkencan apabila masih ingin menjadi anggota kelompok dan mengikuti berbagai kegiatan sosial kelompok
Kalau anggota kelompok sebaya membagi diri dalam pasangan-pasangan kencan, maka laki-laki dan perempuan harus berkencan apabila masih ingin menjadi anggota kelompok dan mengikuti berbagai kegiatan sosial kelompok
3.         Status 
Berkencan bagi laki-laki dan perempuan, terutama dalam bentuk berpasangan tetap, memberikan status dalam kelompok sebaya, berkencan dalam kondisi demikian merupakan batu loncatan ke status yang lebih tinggi dalam kelompok sebaya.
Berkencan bagi laki-laki dan perempuan, terutama dalam bentuk berpasangan tetap, memberikan status dalam kelompok sebaya, berkencan dalam kondisi demikian merupakan batu loncatan ke status yang lebih tinggi dalam kelompok sebaya.
4.         Masa Pacaran
Dalam
 pola pacaran, berkencan berperan penting karena remaja jatuh cinta dan 
berharap serta merencanakan perkawinan, ia sendiri harus memikirkan 
Sungguh-sungguh masalah keserasian pasangan kencan sebagai teman hidup.
5.         Pemilihan Teman Hidup
Banyak remaja yang bermaksud cepat menikahi memandang kencan sebagai cara percobaan atau usaha untuk mendapatkan teman hidup.
D.   Kebutuhan Remaja
1.    Kebutuhan akan pengendalian diri
2.    Kebutuhan akan kebebasan
3.    Kebutuhan akan rasa kekeluargaan
4.    Kebutuhan akan penerimaan social
5.    Kebutuhan akan penyesuaian diri
6.    Kebutuhan akan agama dan nilai-nilai sosial 
E.   Berbagai konflik yang dialami oleh remaja
1.    Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka
2.    Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan ketergantungan kepada orang tua.
3.    Konflik antara kebutuhan seks dan kebutuhan agama serta nilai sosial.
4.   
 Konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja 
ketika ia kecil dulu dengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang 
dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
5.    Konflik menghadapi masa depan.
F.    Tugas-tugas perkembangan remaja
William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut :
a.         Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b.         Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mencapai otoritas.
c.         Mengembangkan
 keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman 
sebaya atau orang lain, baik secara individu maupun kelompok.
d.        Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e.         Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
f.          Memperkuat
 self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai. 
Prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung).
g.         Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kenak-kanakan.
G.   Masa-Masa Remaja
Masa
 remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat 
khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam 
masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa 
masa, yaitu sebagai berikut.
1)        Masa praremaja (remaja awal)
Masa
 praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa 
ini ditandai oleh sifat-sifat negative pada si remaja sehingga 
seringkali masa ini disebut masa negative dengan gejalanya seperti tidak
 senang, kurang suka bekerja, pesimisitik, dan sebagainya. Secara garis 
besar sifat-sifat negative tersebut dapat diringkas, yaitu a) negative 
dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental; dan b) 
negative dalam sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari masyarakat 
(negative positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat 
(negative aktif).
2)        Masa remaja (remaja madya)
Pada
 masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorong untuk hidup, kebutuhan 
akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat 
turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari 
sesuatu yang dapat dipandang menilai, pantas dijunjung tinggi dan di 
puja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan),
 yaitu sebagai dewa remaja.
Proses
 terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu 
dapat di pandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan
 nilai-nilai kehidupan tersebut adalah pertama, karena tiadanya pedoman,
 si remaja pedoman, si remaja merindukan sesuatu bayang dianggap 
bernilai, pantas dipuja walau pun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai
 bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia 
menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya. 
Kedua objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu 
pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (jadi 
personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif meniru, 
sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya
 dalam khayalan.
3)        Masa remaja akhir
Setelah
 remaja telah ditentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah 
tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas 
perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup masuklah 
individu ke dalam masa dewasa.
4)        Masa Usia Kemahasiswaan
Masa
 usia mahasiswa sebenarnya berumur sekitar 18,0 sampai 25,0 tahun. 
Mereka dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal 
atau dewasa madya. Dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan 
pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.
H.   Karakteristik Perkembangan Remaja
Seiring
 perkembangan dan pertumbuhan fisik, terjadi pula perubahan dan 
perkembangan di dalam tubuhnya. Kelenjar kanak-kanaknya telah berakhir, 
berganti dengan kelenjar endokrin yang memproduksi hormon, sehingga 
menggalakan Pertumbuhan organ seks yang tumbuh menuju kesempurnaan.
Organ seks menjadi besar disertai dengan kemampuannya untuk melaksanakan fungsinya. Pada remaja putri terjadi pembesaran payudara dan pembesaran pinggul. Di samping itu meningkat pula dengan cepat berat dan tinggi badan. Sedangkan pada remaja pria mulai kelihatan (membesar) jakun di lehernya dan suara menjadi sengau / besar. Di samping itu bahunya bertambah lebar dan mulai tumbuh bulu di ketika dan di atas bibir atasnya (kumis). Satu tanda Kematangan seksual dengan jelas pada remaja putri tetapi hanya diketahui oleh yang bersangkutan saja, yaitu terjadinya datang bulan / haid dan pada remaja putera mimpi basah. Tanda-tanda permulaan Kematangan seksual tidak berarti bahwa secara langsung terjadi kemampuan reproduksi.
Organ seks menjadi besar disertai dengan kemampuannya untuk melaksanakan fungsinya. Pada remaja putri terjadi pembesaran payudara dan pembesaran pinggul. Di samping itu meningkat pula dengan cepat berat dan tinggi badan. Sedangkan pada remaja pria mulai kelihatan (membesar) jakun di lehernya dan suara menjadi sengau / besar. Di samping itu bahunya bertambah lebar dan mulai tumbuh bulu di ketika dan di atas bibir atasnya (kumis). Satu tanda Kematangan seksual dengan jelas pada remaja putri tetapi hanya diketahui oleh yang bersangkutan saja, yaitu terjadinya datang bulan / haid dan pada remaja putera mimpi basah. Tanda-tanda permulaan Kematangan seksual tidak berarti bahwa secara langsung terjadi kemampuan reproduksi.
I. Penyimpangan atau Kenakalan Remaja
1.         Seks bebas di kalangan remaja, yang bisa menyebabkan terjangkitnya penyakit AIDS.
2.         Kecanduan akan Narkoba yang menyebakan kematian dan AIDS
3.         Kecanduan Alkohol / minuman keras.
4.         Tawuran.
5.         Sering berkunjung ke diskotik.
6.         Menjajakan diri kepada pria hidung belang.
J. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Pada Remaja
1.         Kelalaian orangtua dalam mendidik anak (memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai-nilai agama).
2.         Sikap perilaku orangtua yang buruk terhadap anak.
3.         Kehidupan ekonomi keluarga yang morat marit (miskin/fakir).
4.         Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas.
5.         Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok.
6.         Beredarnya film-film atau bacaan-bacaan porno.
7.         Perselisihan atau konflik orangtua (antar anggota keluarga).
8.         Perceraian orangtua.
9.         Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol.
10.     Hidup menganggur.
11.     Kurang dapat memanfaatkan waktu luang.
12.     Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai-nilai moral).
BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dalam
 ajaran Islam sesungguhnya istilah pacaran itu tidak ada, yang ada 
hanyalah istilah ta’aruf yaitu perkenalan antara calon istri dan calon 
suami. Tetapi mungkin disebabkan oleh semakin berkembangnya teknologi 
sehingga pergaulan semakin luas dan berkembang sehingga banyak orang 
yang setuju dengan pacaran. Hal ini juga mungkin disebabkan karena 
Indonesia bukan negara Islam, sehingga peraturan / hukum-hukum islam di 
Indonesia tidak begitu kuat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tidak
 seperti di negara Islam lainnya seperti Arab Saudi. Serta tuntutan dan 
perkembangan zaman yang membuat sistem /cara didik dan pergaulan pada 
zaman “Siti Nurbaya” tidak bisa diterapkan lagi dalam kehidupan zaman 
sekarang.
Dari
 hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan cara membagikan angkat 
yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang masalah penelitian kepada 50 
responden, dapat disimpulkan bahwa :
1.         Sebagian besar responden menyatakan setuju hingga pacaran.
2.         Sebagian besar responden menyatakan pernah mempunyai pacar atau berpacaran. 
3.         Sebagian besar responden menyatakan sedang tak mempunyai pacar saat ini (periode 2008).
4.         Sebagian
 besar responden menyatakan pertama kali mempunyai pacar pada usia < 
17 tahun. Hal ini sangat beresiko sekali, karena umur <17 adalah="" dalam="" dan="" daya="" diri="" emosi="" hal-hal="" ke="" kontrol="" kurangnya="" labil="" masih="" mengontrol="" nafsunya.="" negatif="" rentan="" sangat="" serta="" sifatnya="" span="" tahun="" terjerumus="" umur="" untuk="" yang="">17>
B.       Saran 
Dari
 hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 50 responden, penulis 
menyadari bahwa ada perbedaan prinsip hidup, penulis sangat menghargai 
kepada mahasiswa atau responden yang menyatakan tak setuju hingga 
pacaran dan yang menyatakan setuju hingga pacaran. Maka dengan ini, 
penulis ingin memberikan saran-saran kepada pembaca yang mungkin bisa 
bermanfaat, diantaranya:
1.         Bagi responden mahasiswa yang menyatakan tak setuju hingga pacaran, dapat melakukan ta’aruf kepada calon suami atau istri.
2.         Bagi
 responden atau mahasiswa yang menyatakan setuju hingga pacaran 
diharapkan agar bisa menjaga kelancaran kuliahnya, jadikan pacaran 
sebagai motivasi atau penyemangat untuk berprestasi dalam bidang 
pendidikan.
3.         Jadikan
 agama dan keimanan sebagai alat untuk membatasi atau mengontrol diri 
dalam berpacaran agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas atau seks 
bebas.
4.         Bagi
 mempunyai pacar diharapkan untuk bisa menjaga diri, kehormatan kesucian
 dan nama baik dirinya sendiri, keluarga, agama, almamater dan daerah 
asalnya serta bangsanya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tiada ulasan:
Catat Ulasan