Keinginan
 dihormati adalah normal, keinginan dihargai adalah normal, keinginan 
dimuliakan juga normal, namun menjadi tidak normal jika kita diperbudak 
oleh keinginan dihaormati, keinginan dipuji dengan perbuatan ria. 
Dan
 lebih buruk lagi keinginan itu membuat kita menjadi sombong, merasa 
lebih mendustakan kebenaran. Padahal ada jalan untuk menjadi mulia dan 
jalan inilah yang harus kita tempuh…
Rasulullah saw bersabda :
“Man tawādho’a rafa’allahu, waman takabbarā wdhawa’allahu”
Barang siapa yang rendah diri/ hati, maka Allah akan memuliakannya
Dan barang siapa yang sombong/besar diri, maka Allah akan menghinakannya .
Ahli Hikam berkata:
“Tanamlah
 dirimu dalam tanah kerendahan, sebab segala sesuatu yang tumbuh tetapi 
tidak ditanam , maka tidak sempurna hasil buahnya”
Pohon yang akarnya menghujam ketanah akan kokoh, ditiup angin, dihempas topan, diterjang badai tetap kokoh.
Tetapi
 pohon yang akarnya tidak menyentuh/menghujam ketanah disiram air akan 
goyah, dihempas angin rusak, diterjang badai hancur.. apalah artinya. 
Kalau
 ingin menjadi pribadi yang kokoh, maka kuncinya tanamlah diri ini di 
bumi kerendahan hati, bukan rendah diri.. tapi rendah hati.
Hujamkan… makin rendah hati makin dimuliakan, makin tinggi hati makin dihinakan..
Oleh
 karena itu, jalan menuju kemuliaan, jalan menuju orang yang ditinggikan
 derajatnya oleh Alloh, kuncinya adalah menjadi orang-orang yang 
tawadho, orang-orang yang rendah hati..
Kesombongan,
 ketakaburan adalah jalan paling pintas yang menghinakan diri kita, 
kerendahan hati itulah jalan yang utama yang membuat kita akan mulia 
dunia dan insya Allah akhirat kelak.
-Jadi kelebihan yang membuat sombong itu menjadi sebuah kekurangan besar-
kita diberikan kelebihan rejeki kemudian kita menjadi takabur itu juga menjadi kekurangan.
Kita dinaikan kedudukan oleh Allah lantas menjadi petangtang-petengteng  maka menjadi kekurangan.. 
makanya
 setiap kenaikan sesuatu ilmu, kedudukan, penampilah, jabatan atau 
ibadah selalu berjuang untuk tawadhu. Karena peluang itu ada maka jika 
tidaka dilatih jatuh kita menjadi hina. 
Rendah hati atau rendah diri?
Kalau
 rendah hati adalah ciri hati yang sehat, karena dia berhasil 
mengendalikan dirinya untuk tidak sombong, karena itu penyakit hati.
Rendah
 diri adalah penyakit, namanya minder… orang yang rendah diri itu dia 
kufur nikmat, bahasa kasarnya. Karena dia lebih melihat kekurangan yang 
ada pada dirinya dari pada nikmat Allah yang melimpah. Misalkan tangan 
agak bengkok sebelah, padahal sekujur tubuh sehat, akal sehat.. tetapi 
dia sibuk saja melihat dan memikirkan jempolnya yang bengkok, sehingga 
dia malu kemana-mana hanya karena sebuah jempol. Dia tidak mensyukuri 
nikmat yang besar hanya karena sesuatu yang dianggap musibah. Padahal 
bisa jadi tangan yang bengkok itu perlindungan dari Allah supaya dia 
lebih dekat dan memohon kepada Allah, atau bisa jadi Allah memberikan 
cacat karena Allah akan memberikan pahala besar kesabaran dan Allah 
menjadikan kekurangan cacatnya itu untuk menggerakan orang-orang yang 
sehat.
Maka
 orang yang rendah hati adalah hati yang sehat buah dari kemampuan 
mengendalikan diri untuk tidak sombong, sedangkan orang yang rendah diri
 adalah orang yang berpenyakit hati, karena dia tidak mensyukuri nikmat 
yang besar hanya terfokus pada kekurangan yang kecil.
Beda sekali, maka jangan sampai rendah diri, tapi rendah hati.
Kita
 harus hati-hati dalam menilai orang lain sombong, Karena siapa tahu 
ketika dalam menilai orang lain sombong, yang pertama jangan sampai kita
 mengangap oran itu sombong karena terluka olehnya..
“Ah.. orang itu sombong bener, kita mengucapkan salam dia tidak mau jawab…”
Padahal
 dia tidak berniat sombong hanya kurang mendengar.. mungkin dia sedang 
berpikir keras tentang anaknya yang sakit, mungkin sedang sariawan..
Pertama
 kita harus mencari 1001 alasan untuk tidak berburuk sangka, tapi toh 
kalau dalam kenyataannya dia sombong, menunjuk seenaknya, bersikap 
petangtang-petengteng, tidak mau mendapatkan input nasehat, koreksi.. 
dia ingin selalu menang sendiri. Maka kalau kita rendah hati, kemudian 
dia menjadi petangtang –petengteng.. kita harus bantu orang itu supaya 
tahu bahwa kesombongannya itu jelek. 
Menurut Imam Ali, rendah hati kepada orang yang sombong ini tidak benar.
Jadi sombong dalam tanda kutip kepada orang yang sombong ini sebagian dari amal ma’ruf nahi munkar..
“Pak sebaiknya tidak usah pamer begitu.. ada teman kami yang punya mobil lebih bagus juga tetap rendah hati..”
“Pak lurah mungkin kalo bapak lebih rendah hati akan lebih utama, karena pak walikota aja tidak segalak pak lurah..”
-Nah kita mengucapkan sesuatu yang lebih tinggi supaya orangnya sampai tidak sombong-
Tetapi yang paling penting adalah jangan sampai kita melihat orang sombong dan pada saat yang sama kita juga menjadi sombong.
Kita
 tidak bisa memakas orang lain sesuai dengan keinginan kita, tapi kita 
harus bisa memaksa diri kita menyikapi orang lain dengan sikap terbaik 
kita.
Apasih caranya supaya tawadhu.. ingat nabi Muhammad adalah puncak kejayaan, tapi beliau tawadhu..
*Caranya pertama adalah jangan melihat orang lain lebih rendah dari kita.. 
ini adalah laitihan
-          Lihat anak-anak.. siapa tahu anak ini masih sedikit dosanya, dari pada saya..
-          Lihat orang tua.. oh orang tua ini lebih banyak pahalanya karena sudah lebih lama beramalnya..
-          Lihat yang tergelincir berbuat dosa, siapa tahu dia berbuat dosa karena belum tahu ilmunya.. beda dengan kita
-          Lihat orang miskin, dia tidak banyak shadaqoh.. karena tidak ada dan lading amal buat kita..
Pendek kata melatih diri kita agar tidak menganggap orang lain lebih rendah dari kita.
Cara menunjuk… Muhammad menunjuk tidak pernah menjuk dengan telunjuk, tetapi dengan tangan terbuka
Jangan ingin di specialkan, Nabi Muhammad ke mesjid tidak dapat tempat, beliau duduk dimana saja tidak ingin diutamakan.
Nabi Muhammad mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, rapih…
Latih
 untuk berterimakasih, latih jika menyuruh dengan mengucapkan “ 
tolong,,, maaf,,, terima kasih,,, dibantu oleh pembantu, terimakasih 
bibi.. dibantu oleh pedagang yang sederhana terima kasih bapak… latihan 
untuk tetap berterima kasih.
Orang
 sombong sulit berterima kasih, kalau mau nyuruh suruhlah dengan cara 
yang paling sopan, yang membuat orang terlihat tidak lebih rendah dari 
kita.
Kalu menolak, menolaklah dengan cara yang lebih santun sehingga kita tidak melukai hatinya..
Latih
 mengerjakan pekerjaan yang kita anggap rendah, dan bergaul dengan orang
 yang rendah hati.. sedikit saja kita sombong akan terasa..
Orang-orang
 yang rendah hati, tawadho itu indah sekali, sejuk.. menyenangkan sekali
 akhlaknya. Tapi orang yang takabur, sombong… petangtang-petenteng sok 
kaya, sok hebat, sok keren, sok berkuasa.. dia menyebalkan dihati kita. 
Berarti kalau kita berperilaku sama kitapun menyebalkan dihati orang 
lain.
Melihat
 disekitar kita menjadi pelajaran.. kalau kita tidak suka terhadap orang
 sombong jawabannya satu, kita jangan meniru perilaku sombong.
Rendah
 hati yang diangkat derajat oleh Allah adalah yang ikhlas, bukan karena 
ingin disebut rendah hati, tetapi agar diterima oleh Allah SAW..
Apakah rendah diri selalu jelek??
Yang
 jelek itu rendah diri dihadapan manusia, tetapi rendah diri dihadapan 
Allah adalah sah dan harus..dihadapan manusia rendah hati. Rendah diri 
dihadapan manusia itu penyakit hati.
Ahli hikmah berkata:
“maksiat
 dosa yang menimbulkan rasa rendah diri dan membutuhkan rahmat Allah, 
lebih baik dari perbuatan ta’at yang membangkitkan rasa sombong, ujub 
dan besar diri”
Abu Madian ra. Berkata:
“perasaan rendah diri seorang yang telah berbuat maksiat dan dosa itu lebih baik, dari kesombongan seorang yang ta’at”
Tentu
 saja uraian ini bukan menganggap remeh dosa, tetapi apalah artinya kita
 ta’at yang membuat kita melakukan dosa besar, yaitu sombong.. kita 
sholat, kita bisa ngaji tetapi sholat dan ngajinya membuat ujub, berarti
 sholat dan ngajinya kurang betul, karena sholat yang baik adalah 
mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
Kalau
 dengan amal kita menjadi sombong berarti amalnya seperti amal akhirat, 
tetapi tujuannya dunia, yaitu pujian dan penghargaan dari mahluk.
Ada
 yang berbuat dosa tetapi dengan dosanya itu dia benar-benar terpuruk 
takut sekali, dia tobat dengan tobat yang sunguh-sunguh sehingga dapat 
mengahapuskan dosa-dosa yang dilakukannya. Inilah orang yang 
tergelincir, kemudian menyikapi tergelincirnya itu dengan takut, rendah 
merasa nista dihadapan Allah, dan ini akan membuat ampunan Allah bisa 
jadi mengangkat derajat dia, itulah sebabnya jngan meremehkan 
orang-orang yang berdosa kemudian tobat. Karena siapa tahu tobat dia 
membuat dia lebih tinggi derajatnya dari pada kita yang merasa hebat 
dengan banyak mal shaleh…Mungkin kita tidak pernah tinggal serumah, 
tidak pernah tinggal setiap saat.. kita tidak pernah tahu amalnya, 
mungkin dalam pandangan kita dia banyak kekurangannya, tapi mungkin kita
 tidak tahu shsdekahnya mungkin berapa banyak, tobatnya berapa 
mendalam.. kita tidak tahu kekhusyuan shalatnya.
Berhentilah
 melihat orang lain hanya karena kita merasa lebih mempunyai kedudukan, 
kaya, pangkat duniawi atau karena ilmunya.. karena merendahkan orang 
lain tidak akan menolong perubahan apapun, bahkan menjerumuskan kita 
dalam kesombongan.. justru sikapi kekurangan orang lain sebagai ladang 
amal bagi kita, ladang untuk memaafkan, ladang amal untuk kita bantu 
orang bisa mengetahui kekurangannya, ladang amal untuk kita bantu dia 
memperbaiki kekurangannya.. paling tidak do’a yang kita panjatkan.. 
kekurangan orang lain bukan untuk kita menjadi sombong melainkan ladang 
amal untuk kita.. inilah yang diharapkan yang insya Allah akan mulia 
dengan kelebihannya, yaitu ketika dia menjadi rendah hati dihadapan 
manusia dan semakin merasa rendah dirinya dihadapan Allah SAW…
Penyakit
 sombong adalah paling minimal.. denagn ciri mendustakan kebenaran dan 
menganggap rendah orang lain. Jadi sombong itu bisa kena ke orang miskin
 bisa kena juga ke orang kaya, bisa kena keorang berpangkat, bisa juga 
kena ke orang yang tidak berpangkat. Orang sombong ciri khasnya adalah 
tidak suka terhadap kebenaran, tidak suka mendengar nasehat, tidak suka 
mendengar ilmu tentang agama. Semakin tinggi ketakaburannya maka ia 
semakin mendustakan kebenaran dan melawan kebenaran itu sendiri.
Memang
 tingkatan kesombongan beragam, ada yang dia ibadah tapi, tidak mau 
dengar nasehat.. yang namnya agama dianggapnya hanya sepele saja, tidak 
ada saja.. mendengar “Allah” saja tidak suka, paling top “yang di atas” 
saja, padahal yang diataskan banyak, bisa genteng. Dia tidak senang 
dengan acara-acara yang akan menambah ilmu agamnya, lebih mengutamakan 
acara keduniawiannya, dia merasa bahwa dirinyalah yang benar, dia 
berdebat/ berargumen berdasarkan nafsunya saja dan bergaulnya tidak 
ingin dengan orang-orang yang dekat dengan agama .. dia tidak begitu 
suka, dari segi penampilan mungkin tidak terlihat arogan, tidak semua 
orang yang takabur itu terlihat ptangteng-petengteng, tetapi sikap 
meremehkan agama ini merupakan dari  ketakaburan, termasuk 
meremehkan Nabi Muhammad, ini khusus untuk orang islam kalau orang non 
islam tidak termasuk dalam obrolan ini.. 
 Nabi
 Muhammad tidak termasuk idolanya, “ah kan Nabi hidup di zaman dulu, ah 
Nabikan.. Ah Nabi itu juga kan..” ya begitu saja ucapanynya seakan-akan 
nabi itu bukan teladan saat ini. Orang yang sombong tidak mau merujuk 
Nabi kita, padahal Rasul adalah uswatun hasanah, dan juga orang sombong 
tidak mau dikoreksi tidak mau dikritik, kalau bicara mau menang 
sendiri.. 
Bisa
 dia sholat?? Dia solat, dia shaum, dia zakat, dia haji, dia umroh.. itu
 sudah baik, tetapi jika sombongnya kian parah tidak mau kalah, 
cenderung ingin menang sendiri dsb. Selain menolak di menyerang orang 
yang dikeritiknya, menganggap remeh saran orang lain. Kalau ngobrol 
hobbinya memotong obrolan orang lain, selalu menunjukan dialah yang 
paling benar, dialah yang paling tahu, dia yang paling penting…
“Tidak
 akan masuk surga barang siapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan, 
ketakaburan walau sebesar dzaroh (ukuran yang sangat kecil)”
-Semoga Allah mengampuni kosombongan dan berbagai kesalahan kami…-
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tiada ulasan:
Catat Ulasan