A.   Latar Belakang
Era
 globalisasi yang bergulir saat ini, telah merubah pola pikir remaja 
pada zaman dahulu menjadi remaja zaman sekarang yang terlalu berpikir ke
 arah budaya barat dan mengesampingkan budaya sendiri, yaitu budaya 
ketimuran. Arus globalisasi yang sangat deras membuat tidak adanya lagi 
atau kurangnya filter yang menyaring masuknya budaya barat ke dalam 
negeri sendiri, sehingga banyak remaja kita yang kehilangan kepribadian 
diri sebagai bangsa Indonesia.  Hal itu dtunjukan dengan beberapa gejala yang muncul dalam kehidupan sehari – hari remaja zaman sekarang. 
Dari
 cara berpakaian banyak remaja kita yang berpenampilan menyerupai artis 
dengan berorientasi kepada budaya barat. Pakaian minim yang 
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan, telah 
menjadi trend  atau gaya berpakaian para remaja pada
 era zaman sekarang. Padahal jelas – jelas cara atau gaya berpakaian 
seperti itu sama sekali tidak mencerminkan budaya kita, yaitu budaya 
ketimuran. Tak ketinggalan para remaja yang mengecat rambutnya berwarna –
 warni seperti pelangi, dengan maksud dan tujuan agar tidak ketinggalan 
zaman. Globalisasi memang sudah merubah tatanan dan norma para remaja 
zaman sekarang yang tidak lagi memperdulikan latar belakang mereka 
sebagai bangsa Indonesia, yang terkenal dengan budaya ketimurannya.
B.    Rumusan Masalah
Sebenarnya
 masalah mengenai lunturnya atau terkikisnya kepedulian para remaja 
terhadap nilai – nilai nasionalisme di Indonesia sudah tidak asing lagi 
kita dengar ditelinga kita. Banyak masalah mengenai nilai – nilai 
nasionalisme yang muncul akibat dari pengaruh globalisasi yang sampai 
saat ini masih belum menemui titik temu pemecahan masalahnya.
1.      Kurangnya minat para remaja Indonesia mengenakan pakaian tradisional Batik.
2.      Sopan santun budaya ketimuran yang tidak lagi dipegang teguh oleh para remaja zaman sekarang.
Mungkin itulah segelintir permasalahan yang sampai sekarang belum menemukan solusi yang tepat untuk memecahkah masalah tersebut.
C.    Pembahasan
C.1. Kurangnya minat para remaja Indonesia mengenakan pakaian tradisional Batik.
Indonesia
 adalah negara yang penuh dengan kreatifitas dan keanekaragaman budaya. 
Hal itu di buktikan dengan adanya berbagai macam suku bangsa di 
Indonesia yang memiliki pakaian tradisional yang berbeda – beda yang 
mencerminkan jati diri suku bangsa tersebut.
‘Batik’,
 mungkin itu adalah salah satu pakaian tradisional yang sangat terkenal 
di Indonesia karena bisa terdengar sampai ke mancanegara. UNESCO juga 
telah menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan 
dan nonbendawi dari Indonesia sejak 2 Oktober 2009. Banyak sekali 
masyarakat mancanegara ataupun turis – turis asing yang menyukai batik, 
dari pakaiannya yang sudah jadi sampai hanya berupa kainnya saja. Cara 
pembuatan batik sangatlah unik, karena hanya menggunakan canting sebagai
 alat untuk menggoreskan, malam atau lilin panas sebagai tintannya, dan 
kain sebagai daerah untuk melukisnya. Mungkin cara pembuatan batik yang 
unik itulah yang membuat para turis asing tertarik untuk memiliki dan 
mengenakan pakaian tradisional batik.
Seiring
 arus globalisasi yang berkembang, kini batik tidak lagi diminati oleh 
para remaja zaman sekarang, dengan berbagai macam alasan. Banyak remaja 
yang beranggapan bahwa batik itu kuno, ketinggalan zaman atau istilah 
sekarang yang biasa disebut ‘Jadul’. Remaja zaman sekarang lebih 
mementingkan gengsi dengan mengenakan pakaian yang berkiblat pada budaya
 barat tanpa memikirkan siapa jati dirinya sendiri. Seperti contoh, 
pakaian – pakaian minim yang istilah lainnya ‘You Can See’, malah menjadi pakaian ‘trendseeter’ dikalangan
 remaja zaman sekarang, padahal pakaian tradisional batik lebih cocok 
dikenakan, karena lebih mencerminkan keanggunan, kesopanan, dan 
kewibawaan, seperti halnya identitas bangsa Indonesia itu sendiri. Para 
remaja Indonesia zaman sekarang tidak lagi berpikir panjang bagaimana 
akibatnya nanti jika pakaian tradisional dari negeri sendiri yaitu batik
 tidak lagi dikenakan ataupun tidak diminati oleh para genersi mudanya 
itu sendiri. Indonesia nantinya mungkin akan kehilangan identitasnya 
sebagai Negara yang terkanal akan keunikan batiknya yang tidak dimiliki 
oleh Negara – Negara lain. 
Sikap
 para remaja seperti itulah yang tidak mencerminkan jiwa nasionalisme 
yang tinggi, karena tidak lagi menghargai budaya sendiri dengan 
menjunjung tinggi identitas bangsanya sendiri dan malah hanya 
mementingkan budaya barat yang sama sekali tidak mencerminkan bangsa 
Indonesia.
C.2. Sopan santun budaya ketimuran yang tidak lagi dipegang teguh oleh para remaja zaman sekarang.
Keanekaragaman
 budaya yang dimiliki oleh Negara Indonesia tidak membuat masyarakatnya 
berselisih, karena Indonesia memiliki semboyan “satu nusa satu bangsa, walaupun kita berbeda – beda namun tetap satu jua” mungkin
 ke bhineka tunggal ika an itu lah yang selalu di pegang teguh oleh 
masyarakat Indonesia. Sebagai warga Indonesia kita harus tau sopan 
santun atau norma – norma yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Indonesia
 sangatlah terkenal akan budaya ketimurannya yang di nilai sangatlah 
cocok dan melekat pada jati diri ataupun identitas bangsa Indonesia, 
karena budaya ketimuran berorientasi kepada nilai – nilai estetika, 
sopan santun dalam berpakaian, tutur kata, dan juga tingkah laku. Banyak
 Negara yang kagum akan keramahan, sopan santun yang dimiliki oleh 
masyarakat Indonesia yang jarang mereka temui di Negara asalnya sendiri,
 khususnya para turis asing yang datang ke Indonesia untuk menikmati 
wisata alamnya.
Di era millennium saat
 ini, para remaja sekarang sudah mulai berfikir kritis dengan menganut 
kebebasan dan keterbukaan, beda jauh dengan remaja di era zaman dahulu, 
yang selalu menurut apa yang dikatakan oleh orang tuannya tanpa 
memikirkan apa yang menjadi hak dirinya sendiri. Dilihat dari sikap, 
banyak anak muda zaman sekarang yang tingkah lakunya tidak kenal sopan 
santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. 
Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka 
bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda
 yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan 
kenyamanan masyarakat, dan mereka fikir itu adalah suatu tindakan yang 
menunjukan kebebasan berekspresi.
Mungkin
 itu adalah segelintir contoh sikap para remaja di Indonesia saat ini, 
yang sama sekali tidak mencerminkan budaya ketimuran yang dimiliki oleh 
bangsa Indonesia. Kurangnya filter atau penyaring masuknya budaya asing 
ke Indonesia itulah yang bisa menyebabkan tidak adanya lagi pembedaan 
antara budaya asing dan budaya dalam negeri sendiri, sehingga budaya 
kita dicampur adukan dengan budaya asing yang kurang pas atau kurang 
cocok jika di anut oleh masyarakat Indonesia. Sebenarnya kita sebagai 
warga Indonesia yang cerdas khususnya para generasi mudanya harus pandai
 memilah – milah mana budaya dari luar negeri yang patut kita contoh dan
 tidak.
D.   Kesimpulan dan Saran
D.1. Kesimpulan
·         Arus
 globalisasi yang begitu deras dan kencang memang tidak dapat lagi kita 
elakan, knapa? Karena seiring zaman berkembang globalisasi sangat di 
perlukan oleh semua Negara di muka bumi, yaitu berupa suatu proses dari 
gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa 
lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan 
menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
·         Globalisasi
 memang membawa banyak pengaruh terhadap banyak Negara, khususnya Negara
 Indonesia. Ada dua pengaruh yang di bawa oleh globalisasi, yaitu 
pengaruh positif dan pengaruh negative, tapi jika kita liat pembahasan 
di atas, globalisasi lebih membawa dampak negative ketimbang positif 
kepada para generasi muda yang diharapkan bisa menjadi penerus bangsa 
Indonesia.
D.2. Saran
Saran
 saya untuk mengembalikan semangat jiwa nasionalisme para generasi muda 
di indonesia, harus dibutuhkan langkah - langkah sebagai berikut :
1.      Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
2.      Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3.      Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
Dengan
 adanya langkah - langkah tersebut diharapkan mampu menangkis ataupun 
mengembalikan pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai 
nasionalisme terhadap bangsa Indonesia, khususnya bagi para generasi 
mudanya. Sehingga kita tidak akan kehilangan jati diri dan kepribadian bangsa sendiri. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tiada ulasan:
Catat Ulasan