Berikut adalah material yang saya siapkan sebelum kegiatan ini dimulai (catatan harga hanya sebagai referensi yang saya temui baik di Internet mau pun di Surabaya ketika dokumen ini dibuat) :
1. Satu set piringan parabola, prime focus, � 115 cm. Di titik tengah parabola, kedalamannya adalah 18 cm. Di pasaran, harganya sekitar Rp. 475.000,- ( saya amati yang banyak dijual adalah � 180 cm tentunya berharga lebih mahal )
2. C Band Low Noise Block Feedhorn (LNB-F) yang fungsinya sebagai transverter dari input 3,4 * 4,2 GHz menjadi output 0,95 * 1,75 GHz dengan bantuan Local Oscillator (LO) 5,15 GHz. Banyak orang menyebutnya sebagai Feedhorn atau LNB saja. Saya menggunakan yang merk Hansen Communications, harganya sekitar Rp. 150.000,-;
3. Kabel koaksial khusus 5C 75 Ω penghubung dari LNBF ke Set-Top Box (STB) lengkap dengan jacknya. Saya menggunakan merk Tanaka seharga Rp. 60.000,- per 25 meter;
4. Digital STB. Gunanya untuk menala sinyal keluaran LNBF, mendecode sinyal dan menghasilkan komponen audio + video yang siap diumpankan ke televisi. Saya menggunakan @Metabox I ([ Only Registered & Activated Users Can See Links. ]) karena kualitas yang baik serta firmwarenya bisa diupdate dengan mudah. Di pasaran, banyak sekali STB ditawarkan, mulai dari kelas Free-to-Air Digital STB (menangkap siaran gratis seperti siaran televisi swasta nasional) sampai yang sanggup membuka Pay Television (siaran teracak, harus berlangganan misalnya siaran seperti Astro Malaysia dan Dream Filipina − tidak disarankan karena hal ini adalah kegiatan ilegal!). Harga termurah Free-to-Air STB sekitar Rp. 400.000,- tetapi ingat, kualitas setara dengan harga !
5. Televisi yang memiliki RCA/AV Input (3 kabel: 1 video + 2 stereo audio). Bila Anda memiliki perangkat Home Theatre yang mendukung format suara Dolby Prologic II (Movie Mode), suara stereo yang diterima dapat dialihkan ke Home Theatre sehingga siaran yang dibuat dalam tata suara surround (biasanya film-film dengan label DTS, Dolby Surround atau THX) dapat disuarakan bak bioskop pribadi.
1. Satelit yang akan kita tala. Demi kemudahan, mari kita tala satelit AsiaSat 3S yang berlokasi di 0,0o S 105,5o E. Informasi posisi, transponder dan channel terkini ada di [ Only Registered & Activated Users Can See Links. ]
2. Posisi parabola kita (gunakan GPS untuk mengetahuinya) atau alat yg sederhana adalah kompas. Kita cari satelit Telkom atau Asiasat sehingga nanti "pucuk" parabolanya (LNB-0) agak condong 9 deg ke utara kira-kira akan mendongak ke atas langit.
Menyiapkan Parabola Sederhana
1. Letakkan parabola di bidang (tempat terbuka) tidak ada halangan ke langit bebas serta datar. Untuk menentukan kedatarannya, Anda bisa tuang air ke baskom. Bila air penuh tepat lurus di bibir baskom berarti bidang cukup datar terhadap bumi. Bila posisinya miring, gunakan papan yang diganjal untuk mendapatkan bidang yang datar.
2. Buatlah garis vertikal dan horizontal pada parabola untuk membantu penentuan posisinya. Titik temu garis ini harus berada tepat di dasar parabola (gunakan gundu, tempat di mana gundu diam itulah titik dasar parabola). Setelah digaris, berikan penanda empat arah mata angin
3. Arahkan piringan parabola ke arah mata angin menggunakan kompas yang diletakkan di dasar parabola (yaitu titik pertemuan garis vertikal horizontal tadi). Atur agar keempat arah mata angin itu sesuai dengan yang ditunjukkan di kompas.
4. Pasanglah LNBF pada bracket yang disediakan LNBF pada parabola. Untuk menentukan tinggi bracket yang tepat, gunakan rumus berikut:
Rumus Lebar/Kedalaman/Titik fokus Parabola
D = lebar bibir parabola
t = kedalaman parabola
f = ?? titik fokus yg kita cari
semua dalam centimeter
f = D2 / 16t
= 1152 / (16 x 18)
= 45,9 cm
5. Pada badan LNB-F ada angka-angka 0,42 sampai 0,30. Angka itu disebut f/D, didapat dengan membagi 45,9 cm / 115 cm = 0,40. Pasanglah LNBF tepat di posisi f/D 0,40.
6. Pada kepala LNB-F ada angka-angka -30o, 0o dan +30o. Angka itu mengatur arah polarisasi antena dalam LNB-F. Aturlah garis 0o tepat ke arah W, yang berarti juga searah garis W pada piringan parabola. Tanpa mengubah posisi f/D, kencangkan mur pengunci pada posisi yang pas.
7. Karena saya berada di 6,12o S, yaitu 6,12o di bawah garis katulistiwa maka saya harus mendongakkan piringan parabola sebanyak 6,12o di sumbu N agar posisi antena tepat mengarah ke atas katulistiwa. Karena � parabola 115 cm, maka dengan menghitung SIN 6,12o x 115 cm didapat 12 cm (ingatlah rumus trigonometri Sine, Cosine dan Tangent. Gunakan scientific calculator untuk memudahkan perhitungan). Yang kita lakukan ini disebut dengan mengatur "deklinasi".
8. Karena saya berada di 106,5o E sementara satelit berada di 105,5o E berarti saya harus menurunkan posisi piringan sebesar 1,0o di sumbu W. Karena � parabola 115 cm, maka dengan menghitung SIN 1,0o x 115 cm didapat 2 cm. Yang kita lakukan ini adalah mengarahkan piringan parabola tepat pada orbit satelitnya. Karena hanya coba-coba, saya berikan beban tertentu ke sumbu W, diganjal di bawah sedemikian rupa sehingga piringan parabola turun tepat sebanyak 2 cm di sumbu W.
9. Selesailah kita mengatur antena parabola. Kita akan mengatur STB. Karena pengaturan tiap merk STB berbeda-beda, gambar yang ditampilkan hanyalah sekadar acuan belaka. Pertama, masukkan konfigurasi antena pada STB, dan akhiri dengan mencari transponder serta channel yang disediakan pada satelit tersebut (otomatis ada pada STB masing-masing):
1. Satellite: AsiaSat 3S;
2. LNB Type: Standard (Frequency 5,150 MHz);
3. 22 KHz: Off;
4. Polarity: Auto.
10. Jika Anda tidak dapat menemukan transponder atau channel masukkan secara manual data salah satu TV, misalnya TRACE TV:
1. Frequency: 3.670 GHz;
2. Polarity: Vertical;
3. Symbol Rate: 13,333 symbols/second;
4. FEC: 3/4;
5. Name: TRACE TV;
6. Video PID: 2081;
7. Audio PID: 2082;
8. PCR PID: 2081.
Saat Anda menemukan beberapa channel TV secara otomatis melalui fasilitas Search di STB pilihlah satu channel misalnya TRACE TV.
Kemudian, aturlah agar sinyal diterima sebesar mungkin dengan mengkoreksi kedudukan piringan parabola. Pada gambar di atas, kekuatan sinyal yang semula hanya 20% setelah dikoreksi menjadi 73%, kualitas tetap 85% tetapi warnanya sudah hijau artinya sudah cukup stabil menerima sinyal. Pada STB yang saya miliki, gambar akan tampak baik bila sinyal ada di atas 60%, kualitas di atas 80% dan bar persentase menunjukkan warna hijau ( bisa berbeda di tiap STB ).
Setelah sepuluh langkah ini selesai dilalui, kita bisa mengulang pencarian transponder serta channel lain agar seluruh siaran bisa ditangkap. Ada 55 siaran TV gratis + 26 siaran radio gratis yang saya bisa nikmati (di luar siaran teracak yang jumlahnya mendekati 100). Setelah itu siaplah kita menikmati siaran dari luar negeri melalui satelit AsiaSat 3S dengan kualitas video tanpa cacat serta suara stereo yang membahana.
Sangat puas bisa menemukan posisi satelit secara mandiri, biar pun sinyal yang diterima pas-pasan tetapi karena mencari dengan usaha sendiri, ada ilmu berharga yang bisa kita serap. Tantangan ke depannya adalah bagaimana mencari satelit untuk TVRO lainnya seperti Palapa C2, Panamsat 7 + 10, ST 1, Thaicom23, Apstar 2R, AsiaSat 2 serta Telkom 1.
Mengganti C Band LNB-F dengan antena receiver / transverter band amatir radio adalah hal yang mudah setelah Anda tahu posisi satelitnya berada di mana. Antena transmitter untuk komunikasi dua arah dengan satelit biasanya Yagi, tentunya mudah ditentukan arahnya dengan bantuan referensi posisi piringan parabola kita.
Catatan : pengaturan posisi piringan parabola ini hanya untuk menerima sinyal satelit Geostationer Earth Orbit (GEO) yang orbitnya di sekitar garis katulistiwa, bukan untuk satelit Low / Medium Earth Orbit (LEO/MEO) atau yang orbitnya tidak berada di garis katulistiwa.
1. Satu set piringan parabola, prime focus, � 115 cm. Di titik tengah parabola, kedalamannya adalah 18 cm. Di pasaran, harganya sekitar Rp. 475.000,- ( saya amati yang banyak dijual adalah � 180 cm tentunya berharga lebih mahal )
2. C Band Low Noise Block Feedhorn (LNB-F) yang fungsinya sebagai transverter dari input 3,4 * 4,2 GHz menjadi output 0,95 * 1,75 GHz dengan bantuan Local Oscillator (LO) 5,15 GHz. Banyak orang menyebutnya sebagai Feedhorn atau LNB saja. Saya menggunakan yang merk Hansen Communications, harganya sekitar Rp. 150.000,-;
3. Kabel koaksial khusus 5C 75 Ω penghubung dari LNBF ke Set-Top Box (STB) lengkap dengan jacknya. Saya menggunakan merk Tanaka seharga Rp. 60.000,- per 25 meter;
4. Digital STB. Gunanya untuk menala sinyal keluaran LNBF, mendecode sinyal dan menghasilkan komponen audio + video yang siap diumpankan ke televisi. Saya menggunakan @Metabox I ([ Only Registered & Activated Users Can See Links. ]) karena kualitas yang baik serta firmwarenya bisa diupdate dengan mudah. Di pasaran, banyak sekali STB ditawarkan, mulai dari kelas Free-to-Air Digital STB (menangkap siaran gratis seperti siaran televisi swasta nasional) sampai yang sanggup membuka Pay Television (siaran teracak, harus berlangganan misalnya siaran seperti Astro Malaysia dan Dream Filipina − tidak disarankan karena hal ini adalah kegiatan ilegal!). Harga termurah Free-to-Air STB sekitar Rp. 400.000,- tetapi ingat, kualitas setara dengan harga !
5. Televisi yang memiliki RCA/AV Input (3 kabel: 1 video + 2 stereo audio). Bila Anda memiliki perangkat Home Theatre yang mendukung format suara Dolby Prologic II (Movie Mode), suara stereo yang diterima dapat dialihkan ke Home Theatre sehingga siaran yang dibuat dalam tata suara surround (biasanya film-film dengan label DTS, Dolby Surround atau THX) dapat disuarakan bak bioskop pribadi.
1. Satelit yang akan kita tala. Demi kemudahan, mari kita tala satelit AsiaSat 3S yang berlokasi di 0,0o S 105,5o E. Informasi posisi, transponder dan channel terkini ada di [ Only Registered & Activated Users Can See Links. ]
2. Posisi parabola kita (gunakan GPS untuk mengetahuinya) atau alat yg sederhana adalah kompas. Kita cari satelit Telkom atau Asiasat sehingga nanti "pucuk" parabolanya (LNB-0) agak condong 9 deg ke utara kira-kira akan mendongak ke atas langit.
Menyiapkan Parabola Sederhana
1. Letakkan parabola di bidang (tempat terbuka) tidak ada halangan ke langit bebas serta datar. Untuk menentukan kedatarannya, Anda bisa tuang air ke baskom. Bila air penuh tepat lurus di bibir baskom berarti bidang cukup datar terhadap bumi. Bila posisinya miring, gunakan papan yang diganjal untuk mendapatkan bidang yang datar.
2. Buatlah garis vertikal dan horizontal pada parabola untuk membantu penentuan posisinya. Titik temu garis ini harus berada tepat di dasar parabola (gunakan gundu, tempat di mana gundu diam itulah titik dasar parabola). Setelah digaris, berikan penanda empat arah mata angin
3. Arahkan piringan parabola ke arah mata angin menggunakan kompas yang diletakkan di dasar parabola (yaitu titik pertemuan garis vertikal horizontal tadi). Atur agar keempat arah mata angin itu sesuai dengan yang ditunjukkan di kompas.
4. Pasanglah LNBF pada bracket yang disediakan LNBF pada parabola. Untuk menentukan tinggi bracket yang tepat, gunakan rumus berikut:
Rumus Lebar/Kedalaman/Titik fokus Parabola
D = lebar bibir parabola
t = kedalaman parabola
f = ?? titik fokus yg kita cari
semua dalam centimeter
f = D2 / 16t
= 1152 / (16 x 18)
= 45,9 cm
5. Pada badan LNB-F ada angka-angka 0,42 sampai 0,30. Angka itu disebut f/D, didapat dengan membagi 45,9 cm / 115 cm = 0,40. Pasanglah LNBF tepat di posisi f/D 0,40.
6. Pada kepala LNB-F ada angka-angka -30o, 0o dan +30o. Angka itu mengatur arah polarisasi antena dalam LNB-F. Aturlah garis 0o tepat ke arah W, yang berarti juga searah garis W pada piringan parabola. Tanpa mengubah posisi f/D, kencangkan mur pengunci pada posisi yang pas.
7. Karena saya berada di 6,12o S, yaitu 6,12o di bawah garis katulistiwa maka saya harus mendongakkan piringan parabola sebanyak 6,12o di sumbu N agar posisi antena tepat mengarah ke atas katulistiwa. Karena � parabola 115 cm, maka dengan menghitung SIN 6,12o x 115 cm didapat 12 cm (ingatlah rumus trigonometri Sine, Cosine dan Tangent. Gunakan scientific calculator untuk memudahkan perhitungan). Yang kita lakukan ini disebut dengan mengatur "deklinasi".
8. Karena saya berada di 106,5o E sementara satelit berada di 105,5o E berarti saya harus menurunkan posisi piringan sebesar 1,0o di sumbu W. Karena � parabola 115 cm, maka dengan menghitung SIN 1,0o x 115 cm didapat 2 cm. Yang kita lakukan ini adalah mengarahkan piringan parabola tepat pada orbit satelitnya. Karena hanya coba-coba, saya berikan beban tertentu ke sumbu W, diganjal di bawah sedemikian rupa sehingga piringan parabola turun tepat sebanyak 2 cm di sumbu W.
9. Selesailah kita mengatur antena parabola. Kita akan mengatur STB. Karena pengaturan tiap merk STB berbeda-beda, gambar yang ditampilkan hanyalah sekadar acuan belaka. Pertama, masukkan konfigurasi antena pada STB, dan akhiri dengan mencari transponder serta channel yang disediakan pada satelit tersebut (otomatis ada pada STB masing-masing):
1. Satellite: AsiaSat 3S;
2. LNB Type: Standard (Frequency 5,150 MHz);
3. 22 KHz: Off;
4. Polarity: Auto.
10. Jika Anda tidak dapat menemukan transponder atau channel masukkan secara manual data salah satu TV, misalnya TRACE TV:
1. Frequency: 3.670 GHz;
2. Polarity: Vertical;
3. Symbol Rate: 13,333 symbols/second;
4. FEC: 3/4;
5. Name: TRACE TV;
6. Video PID: 2081;
7. Audio PID: 2082;
8. PCR PID: 2081.
Saat Anda menemukan beberapa channel TV secara otomatis melalui fasilitas Search di STB pilihlah satu channel misalnya TRACE TV.
Kemudian, aturlah agar sinyal diterima sebesar mungkin dengan mengkoreksi kedudukan piringan parabola. Pada gambar di atas, kekuatan sinyal yang semula hanya 20% setelah dikoreksi menjadi 73%, kualitas tetap 85% tetapi warnanya sudah hijau artinya sudah cukup stabil menerima sinyal. Pada STB yang saya miliki, gambar akan tampak baik bila sinyal ada di atas 60%, kualitas di atas 80% dan bar persentase menunjukkan warna hijau ( bisa berbeda di tiap STB ).
Setelah sepuluh langkah ini selesai dilalui, kita bisa mengulang pencarian transponder serta channel lain agar seluruh siaran bisa ditangkap. Ada 55 siaran TV gratis + 26 siaran radio gratis yang saya bisa nikmati (di luar siaran teracak yang jumlahnya mendekati 100). Setelah itu siaplah kita menikmati siaran dari luar negeri melalui satelit AsiaSat 3S dengan kualitas video tanpa cacat serta suara stereo yang membahana.
Sangat puas bisa menemukan posisi satelit secara mandiri, biar pun sinyal yang diterima pas-pasan tetapi karena mencari dengan usaha sendiri, ada ilmu berharga yang bisa kita serap. Tantangan ke depannya adalah bagaimana mencari satelit untuk TVRO lainnya seperti Palapa C2, Panamsat 7 + 10, ST 1, Thaicom23, Apstar 2R, AsiaSat 2 serta Telkom 1.
Mengganti C Band LNB-F dengan antena receiver / transverter band amatir radio adalah hal yang mudah setelah Anda tahu posisi satelitnya berada di mana. Antena transmitter untuk komunikasi dua arah dengan satelit biasanya Yagi, tentunya mudah ditentukan arahnya dengan bantuan referensi posisi piringan parabola kita.
Catatan : pengaturan posisi piringan parabola ini hanya untuk menerima sinyal satelit Geostationer Earth Orbit (GEO) yang orbitnya di sekitar garis katulistiwa, bukan untuk satelit Low / Medium Earth Orbit (LEO/MEO) atau yang orbitnya tidak berada di garis katulistiwa.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan