Matahari tampak akan tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di 
sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam. 
Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di 
sekeliling gadis perawan yang khusyuk dalam solat tanpa seorang pun 
mendengar suaranya. Maryam merasa bahawa udara dipenuhi dengan bau 
harum yang mengagumkan. Ia kembali melakukan solatnya dengan 
khusyuk dan mengungkapkan syukur kepada Allah SWT.
Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke 
atas dan mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya 
lalu ia terjun ke air dan mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang ringan 
di sekitamya. Maryam ingat bahawa beliau lupa untuk menyirami pohon 
mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh di 
luar masjid. Maryam menyelesaikan solatnya lalu ia keluar dari mihrab 
dan menuju pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga 
para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan 
kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa 
dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin 
bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat 
yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahawa pada hari-hari 
terakhir terdapat perubahan pada suasana rohaninya dan fiziknya. Di 
tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat 
perubahan itu. Tetapi ia merasa bahawa darah, kekuatan dan masa 
mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian 
dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyedari bahawa ia sedang 
gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan 
yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka 
bertambahlah kekuatan dalam rohnya. Perasaan yang demikian ini justru 
membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan 
memikul tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, 
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan 
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa dengan 
kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahawa 
Allah SWT telah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya 
penghulu para wanita dunia. Beliau adalah wanita terbesar di dunia. Para 
malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama 
orang-orang yang ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau 
meningkatkan kekhusyukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah 
SWT. Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali solat. 
Maryam merasakan bahawa sesuatu yang besar akan terjadi padanya. 
Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu 
semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan tempat tidurnya sementara malam telah bangkit 
sedangkan bulan duduk di atas singgahsananya di langit dan di 
sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian 
datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam solatnya. 
Beliau menyelesaikan solatnya dan teringat pohon mawar itu lalu beliau 
membawa air di suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara dua batu di tempat yang tidak jauh 
dari masjid yang hanya ditempuh beberapa langkah darinya. Tempat itu 
jauh dari jangkauan manusia sehingga tak seorang pun mendekatinya. 
Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus bagi Maryam untuk 
melakukan solat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati pohon 
mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian 
ia memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang 
pada dua malam yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap kaki yang menggoncang bumi. 
Beliau tidak mendengar suara kaki yang berjalan, tetapi beliau 
mendengar suara kaki yang menetap di atas batu serta pasir. Maryam 
merasakan ketakutan. Ia merasakan bahawa ia tidak sendirian. Ia 
menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun. 
Kemudian kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan 
suatu cahaya yang berdiri di sana. Maryam gementar ketakutan dan 
menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam dirinya, siapa gerangan 
orang yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada wajah orang 
asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat aneh, di 
mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun kedua 
matanya memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu 
justru menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang di lihat oleh Maryam kepada orang itu 
mengisyaratkan, bahawa orang itu memiliki kemuliaan yang diperoleh 
orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Maryam 
bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seakan-
akan orang asing itu membaca fikiran Maryam dan berkata: "Salam 
kepadamu wahai Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar adanya 
suara manusia di depannya. Maryam berkata sebelum menjawab 
salamnya:
"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha 
Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya 
kepadanya, "Apakah engkau manusia yang mengenal Allah SWT dan 
bertakwa kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk 
memberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat 
itu dipenuhi cahaya yang menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya 
matahari, cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api. 
Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih. Kemudian terngianglah di 
kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau 
begitu, dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang telah 
berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya dengan gementar menahan luapan cinta. 
Jibril berdiri di depannya dalam bentuk manusia. Maryam 
memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucian wajahnya. Benar apa 
yang diduganya bahawa Jibril memiliki kemuliaan yang diperoleh orang 
yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam 
mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu 
telah mengatakan bahawa ia adalah utusan Tuhannya, dan ia telah 
datang untuk memberi Maryam seorang anak laki-laki yang suci. Maryam 
ingat bahawa dirinya adalah seorang perawan yang belum tersentuh oleh 
seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh seseorang pun, 
maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan. Fikiran-
fikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada 
Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, 
sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku 
bukan (pula) seorang penzina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan 
agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai 
rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah 
diputuskan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata 
kepadanya bahawa ini adalah perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang 
diperintahkan-Nya pasti akan terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus 
(ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh seorang manusia pun. Bukankah 
Allah SWT menciptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan seorang ibu? 
Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada lelaki dan wanita. Hawa 
diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki, tanpa 
perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan; 
biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah 
SWT menginginkannya untuk terjadi. Kemudian Jibril meneruskan 
pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran 
seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-
Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang yang terkemuka di 
dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan 
(kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan 
ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang 
soleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Kehairanan Maryam semakin bertambah. Betapa tidak, sebelum 
mengandung anak itu di perutnya ia telah mengetahui namanya. Bahkan 
ia mengetahui bahawa anaknya itu akan berbicara dengan manusia saat 
ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakkan lisannya untuk 
melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan 
mengerahkan udara ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan 
udara yang bercahaya yang belum pernah di lihat sebelumnya oleh 
Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan memenuhinya. Tak 
sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang suci telah 
pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. 
Maryam segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia 
tenggelam dalam solat yang khusyuk dan ia pun menangis. Maryam 
merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian 
yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril 
meninggalkannya, ia merasakan bahawa ia tidak lagi sendirian. Ia 
menggerakkan tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudian 
cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi anak, seorang anak yang 
akan menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya yang diletakkan pada 
Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul dan nabi 
yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang. 
Maryam di malam itu tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu 
Subuh. Belum lama ia membuka kedua matanya sehingga ia dibuat 
terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan yang 
sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai 
mengingat apa yang telah terjadi padanya kelmarin, yaitu bagaimana 
kejadian saat menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan 
malaikat Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya, 
bagaimana ia kembali ke mihrab, dan bagaimana tidurnya yang nyenyak. 
Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat buah-buahan yang 
banyak: Apakah aku akan memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian 
ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai 
Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan 
Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi hari. Kandungan Maryam berbeza dengan 
kandungan umumnya wanita. Ia tidak merasakan sakit dan tidak merasa 
berat; ia tidak merasakan sesuatu telah bertambah padanya dan 
perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita. Alhasil, kehamilan 
yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan yang 
ke sembilan. Ada sebahagian ulama yang mengatakan bahawa Maryam 
tidak mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya 
secara langsung sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa 
bahawa sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat 
sesuatu itu. Kakinya membimbingnya untuk menuju tempat yang 
dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh 
seseorang pun kerana saking jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh 
seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahawa sedang hamil dan ia 
akan melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. 
Orang-orang mengetahui bahawa Maryam sedang sibuk beribadah dan 
tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk beristirahat di 
bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan 
sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, 
Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) 
pada pangkal pohon kurma, ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum 
ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 
23)
Rasa sakit 
saat melahirkan anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan 
penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana manusia akan 
menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka 
mengetahui bahawa ia adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis 
perawan bisa melahirkan? Apakah manusia akan membenarkan Maryam yang melahirkan 
anak itu tanpa ada seseorang pun yang menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan 
keraguan mulai menyelimutinya. Maryam berfikir bagaimana reaksi manusia 
kepadanya dan bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi 
dengan kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta agar ia dimatikan 
dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu 
memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah 
menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke 
arahmu, nescaya pohon itu akan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu makan, 
minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka 
katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha 
Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari 
ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam 
melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan 
rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia 
berkulit lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih sayang; 
anak itu berbicara kepada Maryam agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta 
padanya agar menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya 
sebahagian buahnya yang lazat dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya 
sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak berfikir 
tentang sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia 
berkata kepada mereka bahawa ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan 
tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam 
melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa saat 
tetapi ia langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya, 
ia akan memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahawa wajah anak 
itu menyiratkan tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahawa 
ia datang ke dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk 
memberinya segala sesuatu. Maryam menghulurkan tangannya ke pohon kurma yang 
besar. Belum lama ia menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang 
masih muda dan lazat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya 
dengan penuh kasih sayang.
Saat itu, 
Maryam merasakan kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan 
kegelisahan menghampirinya. Segala fikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa. 
Ia bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya, 
apa yang akan mereka katakan tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap 
Maryam, apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahawa Maryam 
melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka 
terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah seseorang di antara 
mereka akan percaya - padahal ia jauh dari langit - bahawa langit telah 
memberinya seseorang anak.
Akhirnya, 
masa pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali ke kaumnya. 
Maryam kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di jalan 
yang dilalui Maryam menuju masjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk dengan 
jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama 
Maryam melewati pasar itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak kecil 
yang didakapnya. Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih 
perawan? Lalu, anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu 
adalah anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan disampaikannya. Akhirnya, 
orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak 
siapa ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak mengembalikannya, apakah itu memang 
anakmu, bagaimana engkau datang dengan membawa seorang anak sedangkan engkau 
adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah 
seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang penzina." (QS. Maryam: 
28)
Maryam 
dituduh melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih dahulu 
mendengarkan sanggahannya atau mengadakan penelitian atau membuktikan bahawa 
perkataan mereka memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan, 
bahawa bukankah ia seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah 
ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua 
tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya 
dipenuhi dengan cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan 
keadaan semakin sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia 
menunjuk ke arah anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk 
Isa.
Orang-orang yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka 
memahami bahawa Maryam berpuasa dari berbicara dan meminta kepada mereka agar 
bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka akan 
melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil yang baru lahir beberapa hari? 
Apakah anak itu akan berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada 
Maryam:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih 
dalam ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata 
Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab 
(injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang 
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) 
solat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan 
Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan 
semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal 
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. " (QS. Maryam: 
30-33)
Belum 
sampai Isa menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari 
kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi 
di depan mereka secara langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak 
kecil yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahawa Allah 
SWT telah memberinya al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahawa 
kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan 
menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara 
mereka yang dapat "menjual pengampunan" kepada manusia atau menghakimi mereka 
melalui penyataan bahawa ia adalah wakil dari langit yang turun di bumi. Atau 
pernyataan, bahawa hanya dia yang mengetahui syariat.
Para 
pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu tragedi keperibadian yang akan datang 
kepada mereka dengan kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti 
mengembalikan manusia kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini 
berarti menghapus agama Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbezaan antara 
ajaran- ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai 
perbezaan antara bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para 
pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia berbicara di 
masa buaian. Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan 
yang besar. Mereka menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka 
menyaksikan sendiri mukjizat pembicaraan anaknya di masa 
buaian.
Mula-mula cerita tentang itu mereka sembunyikan untuk 
beberapa saat. Meskipun demikian, berita tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim 
Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang Palestina dan orang- orang Yahudi 
dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan darah serta 
banyaknya mata-mata yang dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan 
meminum anggur. Lalu ia mendengar berita yang samar tentang kelahiran seseorang 
anak tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia mampu berbicara saat masih di 
buaian, lalu ia menyampaikan pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap 
kekuasaan Romawi. Kemudian bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia 
memerintahkan untuk diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para 
pengawalnya dan para mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk 
dengan wajahnya yang hitam mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke arah 
mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana berita anak kecil yang berbicara di 
buaiannya?"
Salah 
seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahawa masalahnya tidak benar. Kami 
telah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahawa ia membuat 
mukjizat dengan berbicara saat ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku 
untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas bagi 
kami, bahawa berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata 
raja berkata: "Aku telah mendapatkan bukti yang terpercaya bahawa tiga orang 
dari orang-orang Majusi datang di balik suatu bintang yang mereka lihat menyala 
di suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang 
membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim 
berkata: "Bagaimana ia dapat menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang 
diselamatkannya?" Salah seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak 
mengetahuinya kerana orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang 
pun menemukan mereka."
Hakim 
berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana cerita 
anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk menentang Romawi?" Hakim 
melompat dari tempat duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara 
dengan keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan 
aku juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan informasi yang 
lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai orang-orang yang bodoh." Lalu 
kepala mata-mata berkata: "Barangkali ini hanya mimpi yang dibayangkan 
orang-orang Yahudi bahawa mereka melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh 
kepala-kepala kalian semua akan terbang lebih cepat dari merpati jika kalian 
tidak mendatangkan cerita secara lengkap tentang anak ini. Kebingungan dan 
kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari sini."
Anak 
buah Heradus dan para mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan 
masalah tersebut. Tampaknya masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak 
peduli dengan kedatangan agama baru kepada manusia tetapi yang difikirkannya 
adalah kekuasaan Romawi yang ia menjadi simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan 
untuk memanggil pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini. 
Para pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama 
orang Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara 
kepadamu tentang suatu masalah yang sangat menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu 
berkata: "Aku ingin mengabdi kepadamu."
Heradus 
berkata: "Aku mendengar berita-berita yang saling berlawanan tentang anak kecil 
yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan bahawa ia akan 
menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?" 
Pendeta itu berkata - dan ia merasa bahawa pertanyaan itu sepertinya berupa 
jebakan yang tidak diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli 
dengan agama Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli 
sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta." 
Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia memahami bahawa 
seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan mendapatkan penderitaan pada dirinya, 
maka ia lebih memilih sedikit berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahawa ia 
mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.
Heradus 
berkata: "Apakah benar agama kalian berbicara tentang kedatangan seorang 
penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang 
mulai." Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini adalah persekongkolan 
menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyedari ini adalah bentuk 
pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan aku meluruskan suatu 
pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal itu adalah berita yang kuno. Berita 
ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel sejak ratusan 
tahun."
Heradus 
berkata: "Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang, 
apakah kamu secara peribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu 
yang mereka katakan bahawa ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu 
berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan yang mulia jika dikatakan 
ada seorang anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat 
biasa."
Heradus 
berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa 
selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar 
berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada 
isterimu." Belum lama pendeta itu pergi sehingga Heradus berfikir, bagaimana 
seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada kedua 
matanya. Ia mengetahui kebohongan ini kerana ia sendiri sangat pandai berbohong. 
Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik yang mereka mengikuti bintang? 
Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang Romawi yang tidak 
diketahuinya?
Heradus 
berteriak di tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk menangkap 
semua orang yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat akibatnya. Mula-mula 
dia memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan 
membunuh setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari 
Palestina menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya 
seseorang yang belum pernah dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam 
kepadanya serta menyerukannya dan sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam 
dan keluarlah menuju Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa? 
Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa mengenali jalan?" 
Orang asing itu menjawab, "Keluarlah engkau nescaya Allah SWT akan melindungimu. 
Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin 
membunuhmu."
Maryam 
bertanya: "Kapan aku keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga. 
Janganlah engkau khawatir sedikit pun kerana engkau keluar bersama seorang Nabi 
yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka. 
Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan 
kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgahsananya. 
Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam 
melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam berjalan 
membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan 
kepada Nabi Musa api yang suci dan beliau dipanggil dari sisi thur al-Aiman. 
Setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir. 
Mesir yang dipenuhi dengan kebaikan, kemuliaan, kebudayaan klasik serta cuacanya 
yang stabil mempakan tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa 
as.
Al-Masih 
tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian datanglah 
kepada Maryam orang asing yang telah memerintahkannya untuk meninggalkan 
Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke Palestina. Orang asing 
itu berkata kepadanya: "Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah bersama 
anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk menduduki 
singgahsananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang fakir dan orang-orang 
yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan 
Maryam melalui banyak mata air di sungai Jordania.
Isa pun 
tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan 
menuju tempat penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di 
sana tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api 
atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang 
bagi seorang wanita untuk membikin adunan roti atau seseorang anak kecil mencuci 
anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya 
mengkhususkanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat 
hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang 
sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan 
berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk 
menjaga hari Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahawa hari 
Sabtu adalah hari yang dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusia 
sebagaimana mereka percaya bahawa Bani Israil telah diberikan pilihan kepada 
satu jalur saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka bangga kerana mereka dapat 
menjaganya meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau 
mereka tertawan di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan 
kehormatan hari Sabtu sampai- sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam 
larangan di hari Sabtu. Majlis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang 
tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi palsu 
di hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang untuk memakai perban atau memakai 
minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil doktor. Dilarang pula 
di hari Sabtu untuk menulis dua huruf abjad; dilarang juga untuk mempertahankan 
diri pada hari Sabtu; dilarang untuk panen dan belajar di hari Sabtu. Kemudian, 
berpergian di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua ribu ela. 
Dilarang juga di hari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar 
rumah.
Jadi, 
banyaknya syariat, hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti dengan 
banyaknya keburukan atau paling tidak membantu terciptanya keburukan. Setiap 
timbul suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk menghindar darinya. 
Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa 
di mana secara lahiriah mereka menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, 
tetapi secara batiniah mereka berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam 
cara.
Meskipun 
kelompok Farisiun bertanggungjawab terhadap tugas pelaksanaan syariat dan 
mengawasinya dengan banyak mendapatkan jaminan-jaminan, maka kita akan melihat 
bahawa mereka siap untuk menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang 
memungkinkan mereka untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang 
tepat. Saat yang tepat adalah saat di mana syariat-syariat tersebut bertentangan 
dengan kepentingan peribadi mereka atau dapat menjadi penghalang bagi mereka 
untuk mendapatkan mata pencarian yang haram yang sudah siap masuk pada kantung 
mereka. Misalnya, terdapat kaedah syariat yang menetapkan perjalanan pada hari 
Sabtu tidak boleh melebihi dua ribu ela. Namun orang-orang Farisiun mengadakan 
walimah di mana mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut 
pada hari Sabtu, padahal tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua 
ribu ela dari rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal 
tersebut? Sangat mudah sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebahagian 
makanan yang berjarak dua ribu ela dari rumah mereka lalu setelah itu mereka 
mendirikan suatu tempat tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan 
menempuh dua ribu ela yang lain. Dari sini mereka dapat menambah jarak yang 
mereka inginkan. Begitu juga agar mereka menghindar dari larangan membawa 
sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka membuat tipu daya yang lain. 
Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu dan jendela di berbagai jalan 
sehingga seluruh kota seperti rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk 
membawa segala sesuatu dan bergerak di dalamnya.
Contoh 
lain yang menunjukkan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat 
sedangkan mereka mengklaim menjaganya adalah, bahawa syariat Musa menetapkan 
agar seorang anak menginfaki kedua orang tuanya saat mereka menginjak usia tua 
dan memerlukannya. Tetapi kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak 
untuk lari dan menghindar dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang 
sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memberi 
nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada mereka untuk 
mewakafkan semua hartanya dan kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan 
kaum Yahudi. Saat itu kedua orang tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun 
darinya. Ketika mereka berdua telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya 
untuk memberi nafkah, maka semua harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya 
oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia memberikan bahagian tertentu dari 
hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah yang terdapat dalam Injil 
Mata.
Di 
tengah-tengah suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat 
sikap keras kepala dan kejumudan berfikir yang mengelilingi kaum Yahudi. 
Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua puluh enam solat yang harus mereka 
lakukan saat mereka membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun mereka 
menganggap bahawa meniadakan pembacaan solat-solat sebagai bentuk pembunuhan 
terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi. 
Demikianlah kekerasan sikap masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahawa moral 
mereka telah rosak dan dipenuhi dengan kemunafikan yang tiada 
taranya.
Sementara itu, Isa berjalan menuju tempat beribadah. 
Orang-orang berjalan di sekelilingnya. Mereka tampak membanggakan pakaian- 
pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan Isa berjalan dengan memakai baju 
putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa tampak lembut yang mencapai kedua 
bahunya dan tampak ia basah terkena air awan yang menurunkan gerimis. Kemudian 
kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi dengan bau 
harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang dipakai oleh Isa terbuat dari 
bulu domba yang sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa 
memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua buah yang beliau berikan kepada 
anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam ini menurut kepercayaan Yahudi 
dianggap sebagai tindakan yang menentang agama Yahudi.
Isa 
mengetahui bahawa menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan 
luaran sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh kerana itu, Isa mencabut 
buah dan memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api 
untuk wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati 
kedinginan.
Isa 
sering mengunjungi tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan 
mengamati para pendeta dan manusia yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya 
Isa di tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada 
di dalamnya. Dinding-dinding tempat beribadah itu terbuat dari kayu gaharu yang 
memiliki bau yang harum. Di samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat 
dari kain-kain yang mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat 
lampu-lampu yang terhulur dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi 
ruangan dengan cahaya. Meskipun demikian, kegelapan menyelimuti hati orang- 
orang yang ada di situ.
Nabi Isa 
berdiri cukup lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan 
wajahnya, ia mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta. 
Nama-nama mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai 
saku-saku yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum 
Farisiun, mereka memakai pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan 
emas. Mereka adalah pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka 
yang putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang 
bersekutu dengan penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui persekutuan 
ini. Nabi Isa memperhatikan bahawa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit 
daripada jumlah para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu 
dipenuhi dengan kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat 
penyembahan itu. Mereka menyerahkannya sebagai korban kepada Allah. Yaitu korban 
yang disembelih di dalam tempat persembahan di atas tempat penyembelihan. 
Alhasil setiap langkah yang diayunkan oleh para pejalan di tempat penyembahan 
itu akan menghasilkan wang.
Di 
tempat penyembahan Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai 
satu-satunya yang disembah oleh manusia di zaman itu adalah wang. Jadi, 
kemewahan materi atau kekayaan adalah nilai satu-satunya yang kerananya manusia 
akan bergulat satu sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbezaan antara 
tokoh-tokoh pembawa ajaran syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun 
dan kaum Farisiun bekerja sama di antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan 
mereka di dalam suatu pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka 
dengan terus mencari korban-korban di dalamnya. Sering kali kaum Shaduqiyun dan 
Farisiun berseteru dalam persoalan syariat dan hukum. Demikian juga, mereka 
berseteru dalam menentukan korban yang harus mereka raih di haikal itu. Kaum 
Farisiun berpendapat bahawa haiwan-haiwan korban itu harus dibeli dari harta 
haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahawa harta dari haikal adalah hak 
mereka. Oleh kerana itu, mereka menganggap bahawa haiwan korban itu harus dibeli 
dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk membakar 
haiwan yang disembelih di atas tempat penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun 
mereka mengambil haiwan sembelihan ini untuk diri mereka 
sendiri.
Di dalam 
Talmud disebutkan bahawa kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko mereka 
yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan yang 
diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga 
seekor burung merpati saja mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu 
tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya 
mengurangi kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang 
menyerahkan merpati sebagai korban. Setelah itu, harga burung cuma mencapai 
seperempat Dinar. Pergelutan antara kedua kelompok itu mendatangkan pukulan 
berat bagi pemilik toko yang menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari 
kepala pendeta.
Nabi Isa 
memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir 
yang tidak mampu membeli haiwan korban sehingga mereka tidak mampu berkorban; 
Nabi Isa melihat bagaimana para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka 
seperti serigala yang buas. Nabi Isa berfikir di dalam dirinya, mengapa 
binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara, padahal 
di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka mengira 
bahawa Allah SWT redha ketika tempat penyembelihan dilumuri dengan darah, lalu 
haiwan korban itu dibawa ke rumah-rumah para pendeta dan toko-toko mereka untuk 
dijual? Mengapa orang-orang fakir banyak berhutang dan mengeluarkan banyak wang 
untuk membeli binatang-binatang korban? Mengapa binatang-binatang korban itu 
harus dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka lakukan 
dengan wang-wang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang fakir di haikal itu? 
Bukankah hal yang aneh ketika seseorang memasuki rumah dengan keharusan membawa 
wang?
Nabi Isa 
pergi dari tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung. Dada 
Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar. 
Wajahnya tampak semakin pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi 
dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan solat. 
Titisan-titisan air mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi 
Isa mulai merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati kerana 
kehausan lalu ketika ia mendapatkan titisan air mata al-Masih, maka bunga itu 
mekar kembali dan mendapatkan kehidupan. Titisan air mata al-Masih 
menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan menyelamatkan manusia dengan 
dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua orang Nabi yang mulia 
meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh 
oleh penguasa. Sejak kepergian mereka berdua, bumi kehilangan banyak dari 
kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT 
memutuskan perintah- Nya agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa 
menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan 
tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan 
serta penderitaan: beliau mulai berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai 
membangun kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan 
yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan roh. Kerajaan yang 
memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan rohani. 
Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan. 
Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan orang-orang 
Yahudi.
Syariat 
Musa menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barang siapa yang memukulmu di pipi 
sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah 
orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu 
untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas 
hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya, mamun jika ia tidak mampu, maka 
hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi 
dengan dendam kerana ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi, 
kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau 
adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun 
syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati 
yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa 
terhadap semua ini? Allah SWT telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang 
dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang 
nabi tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata 
rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan 
kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian 
apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas tersebut? Yang jelas, 
tindakan yang dilakukan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatinya dari 
Allah SWT. Nabi Isa mengembalikan kaum kepada tujuan asli dari syariat. Nabi Isa 
mengembalikan mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan 
mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang 
memukul pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi 
sebelah kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah 
syariat Nabi Isa yang tidak berbeza sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia 
merupakan kedalaman yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa 
ingin menetapkan kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang penting. 
Nabi Isa ingin memberitahu mereka bahawa syariat bukan mengajari kalian untuk 
meletakkan dendam pada diri kalian lalu kalian memukul lawan kalian. Syariat 
yang hakiki adalah, hendaklah kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan 
cinta.
Terdapat 
banyak binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri 
mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi makanan dan minuman. 
Mereka memberikan makan kepada anak- anaknya. Perbezaan antara manusia dan 
binatang adalah perbezaan pada tingkat cinta. Haiwan tidak akan mampu melampaui 
darjat cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, haiwan tidak 
dapat membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan 
hal itu. Di situlah manusia mampu dapat mencapai kemuliaannya dan 
kemanusiaannya. Al-Masih memberitahu kaumnya bahawa manusia tidak akan menjadi 
manusia sempurna kecuali setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia 
mencintai dirinya sendiri.
"Aku 
mendengar bahawa dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang dekat denganmu 
dan membenci musuhmu, sedangkan aku berkata kepada kalian, cintailah musuh 
kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada 
pembenci kalian dan solatlah untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian." 
(Injil Mata).
Dakwah 
Nabi Isa datang dan menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk luaran. Jika kita 
berusaha membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka 
pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus bidaah yang dilakukan 
oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan 
hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa 
materialisme yang sangat luar biasa dan dunia dipenuhi dengan penyembahan 
terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam kejahatan, muncullah dakwah 
al-Masih sebagai reaksi ideal yang menunjukkan ketinggian dan kesucian. Al-Masih 
mengetahui bahawa ia mengajak manusia untuk menciptakan perilaku ideal dalam 
kehidupan; Al-Masih menyedari bahawa dakwahnya penuh dengan idealisme tetapi 
idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya untuk 
mengubati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular; Al-Masih 
mengetahui bahawa tidak semua manusia tidak mampu untuk mencapai puncak yang 
diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap orang berusaha sedikit 
mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah 
Nabi Isa terdiri dari kesudian yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan untuk 
menyelamatkan roh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai pedoman perilaku 
individu, bukan suatu sistem perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan 
kepada sumber utama, yaitu roh. Isa ingin menghidupkan rohani manusia dan 
membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh kerana itu, Isa datang 
dengan didukung oleh Ruhul kudus. Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak 
mengetahui bagaimana Allah SWT memperkuat Isa dengan Roh Kudus: apakah Jibril 
menemaninya dan menyertainya sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi 
untuk menyampaikan risalah atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan 
hukuman atas kaumnya, tetapi ia tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh 
kerana itu, apakah memang Jibril menemani Isa sehingga beliau diangkat ke 
langit?
Hampir 
saja hati menjadi tenang dengan tafsiran ini kerana dalam kehidupan Nabi Isa 
terdapat sisi-sisi malaikat di mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa 
yang berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai pada batas 
menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau 
memiliki kemampuan yang luar biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada 
suatu tanah, maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin 
Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang 
hidupnya sehingga beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini juga 
sifat malaikat di mana kita saksikan bahawa sebahagian para nabi yang diutus 
oleh Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan kitab-kitab Yahudi 
menyebutkan bahawa jumlah isteri- isteri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai 
seribu wanita.
Isa 
hidup dalam keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu 
Yahya. Jika Yahya khusyuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan dia 
menginap di gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa hidup 
justru di tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa 
tidak terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat 
yang diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan dengan roh, tetapi yang lebih 
dari itu adalah, bahawa beliau didukung oleh Ruhul kudus sepanjang masa 
dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang pun dari para nabi 
sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putera 
Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan 
kamu dengan roh kudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam 
buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, 
hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari 
tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup 
padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan 
(ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu 
dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu 
mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan 
(ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh 
kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan- keterangan yang nyata, 
lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya sihir 
yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: 
'Berimanlah kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman 
dan saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang- orang yang 
patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. 
Pertama, bahawa beliau mampu berbicara dengan manusia saat beliau masih di 
buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa 
telah tersembunyi dan telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh orang-orang 
cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau membentuk tanah seperti burung kemudian 
meniupkannya lalu tanah itu menjadi burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan 
orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan 
orang yang belang. Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Quran 
al-Karim:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa 
putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' 
Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang 
beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram 
hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan 
kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam 
berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari 
langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi 
orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda 
bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling 
Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu 
kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka 
sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan 
kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 
112-115)
Mukjizat 
yang keenam itu adalah turunnya makanan dari langit kerana permintaan Hawariyin. 
Juga terdapat mukjizat yang ke tujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu beliau 
diberi kemampuan melihat hal-hal yang ghaib melalui panca inderanya meskipun 
beliau tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh kerana itu, beliau memberitahu 
kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang 
mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku khabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa 
yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu 
tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman. " (QS. Ali 
'Imran:: 49)
Inilah 
mukjizat Nabi Isa yang ke tujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang 
sangat mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat 
berikutnya di mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang 
lalim berusaha menyalibnya. Barangkali pembaca akan bertanya-tanya: mengapa 
mukjizat-mukjizat seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahawa 
mukjizat adalah hal yang luar biasa yang Allah SWT berikan kepada nabi-Nya. 
Tetapi pemberian itu menjadi sempurna jika mukjizat itu disesuaikan dengan 
keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga mukjizat itu sangat berpengaruh 
dalam jiwa kaum dan mampu menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka 
beriman kepada pemilik mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar 
biasa. Oleh kerana itu, Allah SWT berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan 
zaman diutusnya nabi tersebut.
Jadi, 
setiap mukjizat yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus 
di tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan dari 
gunung atau mampu membelah batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di 
tengah-tengah kaum yang gemar memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat 
istimewa. Oleh kerana itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya 
seakan-akan menyerupai sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan 
sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu 
memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.
Lain 
halnya dengan Nabi Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis yang 
mengingkari roh dan hari kebangkitan. Mereka menduga bahawa manusia hanya 
sekadar tubuh tanpa roh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahawa darah makhluk 
adalah rohnya atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahawa 
tafsir an-Nafst adalah darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan 
darah dari tubuh manusia kerana jiwa setiap tubuh adalah darahnya. 
"
Nabi Isa 
diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang dasarnya 
mengatakan bahawa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab dari 
akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang 
materialis ini, di mana roh diingkari, maka secara logik mukjizat Nabi Isa 
terkait dengan usaha menunjukkan alam rohani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa 
seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan bahawa 
alam memiliki sumber pertama. Jelas bahawa alam tidak memiliki wujud yang 
mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi 
segala sesuatu dan menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses 
kelahiran anak berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini 
sendiri menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan 
Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak- Nya yang bebas, Dia 
mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir. 
Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan roh 
kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan 
Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta 
alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang 
menegaskan dua hal: pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya 
dengan sebab kerana Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya roh dan 
menjelaskan kedudukannya serta nilainya di antara kaum yang hanya mementingkan 
fizik sehingga mereka mengingkari roh. Seandainya kita mengamati sebahagian 
besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan melihatnya dan mendukung pandangan 
tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu membentuk tanah seperti burung 
lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu menjadi burung. Mukjizat ini pun 
menguatkan adanya roh. Semula ia berupa tanah yang bersifat fizik yang tidak 
dapat disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam 
tanah itu menjadi burung yang memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan 
fizik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah roh. Roh itu masuk ke dalam tanah 
sehingga ia menjadi burung. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau 
fizik. Di samping itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati. 
Bukankah ini juga menunjukkan adanya roh dan adanya hari akhir atau hari 
kebangkitan. Orang yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya 
telah hancur berantakan sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang hancur 
lalu al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari 
kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa fizik sebagaimana 
dikatakan orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu bangkit dari kematiannya 
kerana fiziknya telah hancur tetapi mayat itu mampu bangkit dari kematian. 
Jayanya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya serta berbicara. Jadi, roh 
adalah nilai yang hakiki. bukan fizik atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat 
hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini bukanlah mustahil sebagaimana yang 
dikatakan orang-orang Yahudi, kerana setelah kematian jasad menjadi tanah yang 
berterbangan di udara. Itu bukan mustahil tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil 
dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang telah mati di hadapan mata 
kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah menghidupkan mereka agar kaumnya yakin 
bahawa kiamat fizik akan terjadi dari kematian dan itu adalah benar dan bahawa 
hari akhir adalah benar.
Juga 
terdapat mukjizat yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya tentang apa 
yang mereka simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih dahulu beliau masuk ke 
rumah mereka atau dapat bocoran dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahawa 
panca indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di 
rumah mereka tetapi rohnya mampu untuk melihat dan berbicara atau memberitahu 
mereka. Jadi, rohani adalah nilai yang hakiki, bukan fizik. Demikianlah 
mukjizat-mukjizat Isa datang untuk memberitahukan pentingnya roh dan kebebasan 
kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi Isa - sebagaimana dikatakan oleh guru 
kami Muhammad Abu Zahra' - termasuk dari jenis propagandanya dan sesuai dengan 
tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik rohani dan keimanan kepada hari 
kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada kehidupan lain di mana seseorang 
yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang yang berbuat buruk akan 
dibalas keburukannya.
Lalu, 
apakah mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati masih memberikan celah kepada 
para pengingkaran akhirat untuk terus mengingkarinya atau memberikan ruangan 
kepada penentang hari kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami telah 
mengatakan bahawa orang-orang Yahudi telah diracuni dengan fikiran 
ketidakpercayaan atau penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada 
hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai 
oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman, 
tetapi mereka masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa 
menutup lembaran kehidupannya yang lembut dan ia mulai berdakwah di jalan Allah. 
Beliau didukung oleh Ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Quran 
al-Karim menceritakan kepada kita bahawa esensi dakwah al-Masih tidak banyak 
berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang 
intinya adalah menebarkan tauhid yang sempurna hanya serta menyerahkan diri 
kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Quran 
memberitahu kita bahawa yang mengatakan kalimat tersebut adalah Isa. Kalimat 
tersebut adalah kalimat yang sama yang pernah disampaikan seluruh nabi, meskipun 
nama mereka, sifat mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka, usia 
mereka, bentuk mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua 
bersepakat untuk menyuarakan Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT 
serta beriman bahawa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada 
sekutu bagi-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak 
beranak dan tidak diperanakkan dan tiada sesuatu pun yang 
menyerupai-Nya.
Isa 
tidak mengatakan persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang 
pernah disampaikan oleh para nabi. Al-Quran datang kira- kira setelah lima ratus 
tahun dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang azali 
mengetahui apa yang terjadi di tengah- tengah kaum Masehi di mana mereka 
berselisih tentang hakikat Isa. Oleh kerana itu, Al-Quran al-Karim berusaha 
menyingkap dialog mereka yang belum terjadi. Allah SWT 
berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera 
Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua 
orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut 
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah 
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa 
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. 
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah 
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku 
(mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi 
saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau 
wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha 
Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah: 
116-117)
Al-Quran 
secara tegas mengatakan bahawa dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid. Al-Quran 
ingin mengatakan bahawa al-Masih terlepas dari segala tuduhan yang dialamatkan 
kepadanya, yaitu tuduhan bahawa ia anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri. 
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan 
kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan 
Tuhanmu."
Nabi Isa 
pergi berdakwah di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahawa tidak ada 
perantara antara Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara antara seorang 
penyembah dan yang disembah. Allah SWT menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa. 
Ia adalah kitab suci yang datang untuk membenarkan Taurat dan berusaha 
menghidupkan syariatnya yang pertama. Injil adalah cahaya, petunjuk, dan 
peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran 
orang-orang Yahudi terhadap syariat di mana mereka menyampaikan tafsir dari 
syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan kepentingan mereka. Nabi Isa 
menenangkan orang-orang yang menjaga syariat bahawa ia tidak datang untuk 
menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk menyempurnakannya dan 
menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih menekankan pada penafsiran 
esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi pengertian kepada 
orang-orang Yahudi bahawa sepuluh wasiat yang dibawa oleh Isa mengandung 
makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka bayangkan. Wasiat yang keenam 
bukan hanya melarang pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka fahami tetapi 
juga menyangkut penindasan dan usaha mencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat 
yang ke tujuh bukan hanya melarang zina (dalam pengertian terjadinya hubungan 
antara laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang tidak sah), tetapi zina 
berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada dosa. Misalnya, ketika mata 
diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat seksual, maka itu pun 
berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi manusia untuk 
menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat menghancurkannya daripada ia harus 
hancur dengan mata itu sendiri. Syariat yang dibawa oleh Isa melarang untuk 
melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi pengertian kepada kaumnya bahawa 
hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu kerana merupakan "kesalahan besar jika nama Allah dibuat main-main di atas 
mulut-mulut manusia." (Injil Mata 21 sampai 48).
Dakwah 
Nabi Isa juga berbenturan dengan arus materialisme yang sangat mendominasi 
masyarakat saat itu. Oleh kerana itu, beliau mengingatkan manusia dari perbuatan 
munafik, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga beliau mengingatkan mereka 
dari sifat rakus terhadap kekayaan dunia; beliau mengingatkan agar jangan sampai 
mereka menimbun harta di dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan 
perhatian mereka pada urusan-urusan duniawi semata yang sifatnya tidak abadi. 
Tetapi hendaklah mereka memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal yang bersifat 
samawi (ukhrawi) kerana itu bersifat abadi.
Nabi Isa 
memberitahu kepada masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang teliti 
saat memilih gaya hidup mereka kerana pada gilirannya akal mereka akan menjadi 
cermin darinya. Kecenderungan manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati 
tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan manusia akan tampak bersinar tetapi 
jika hati tertuju pada kegelapan dunia, maka kehidupannya pun tampak gelap. Nabi 
Isa mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau mengajak 
mereka untuk teliti dalam memilih majikan yang mereka mengabdi kepadanya kerana 
manusia tidak dapat mengabdi kepada dua majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia 
akan menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan 
Allah SWT sebagai tuannya. Jika ia menyembah harta, maka berarti ia jauh dari 
penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh kerana itu, hendaklah manusia menjauhi 
dunia, seperti makanan dan pakaian di mana mereka akan dikuasai oleh kegelisahan 
dan ketidaktenangan serta keraguan tentang penjagaan Allah SWT kepada mereka. 
Allah SWT telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan hamba-hamba-Nya dalam 
kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan pada diri mereka, maka itu 
dikeranakan keraguan mereka terhadap penjagaan Allah SWT dan ketidakpercayaan 
mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya serta bimbingan-Nya. Allah SWT lah 
yang menciptakan mereka dan Dia pula yang menjamin kehidupan mereka dan 
melindungi mereka. Bahkan Dia juga melindungi makhluk yang paling kecil 
urusannya seperti burung di langit dan kumbang-kumbang di 
kebun.
Nabi Isa 
memberitahu kaumnya bahawa hanya memperhatikan dunia adalah hal yang salah, yang 
tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu adalah sikap para 
penyembah berhala kerana penyembah berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik 
darinya, sedangkan orang- orang yang beragama mengetahui bahawa di sana terdapat 
bimbingan Ilahi yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak 
begitu peduli dengan dunia. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka 
lebih daripada apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka dan 
akan menjamin kehidupan mereka. kerana itu, yang layak bagi mereka adalah, 
hendaklah mereka memohon agar diberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya. 
Yakni kehidupan rohani dan apa yang dikandungnya dari kebahagiaan 
abadi.
Di 
samping itu, Nabi Isa menasihati mereka agar jangan terlalu pusing dengan 
kejadian-kejadian yang akan datang dan persoalan-persoalan esok hari kerana esok 
hari sudah berjalan sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan penderitaan datang 
silih berganti, maka bantuan dan perlindungan Ilahi pun terus datang silih 
berganti. Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di 
tengah-tengah masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan 
kebaikan yang ditujukan kepada diri mereka, maka mereka pun biasa untuk 
melakukan kejahatan kepada orang-orang lain. Demikianlah, kehidupan orang-orang 
Yahudi dicemari sikap dualisme ini. Nabi Isa mewasiatkan kepada manusia agar 
mereka memperlakukan sesama mereka sesuai dengan akidah yang mengatakan: 
"Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu 
sendiri"
Nabi Isa 
terus melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT 
serta tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau juga mengajak manusia untuk 
membersihkan rohani serta hati dan berusaha memasuki kerajaan langit. Dakwah 
Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para pendeta Yahudi. Kalimat-kalimat yang 
dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata yang siap menerpa wajah mereka dan 
menyatakan peperangan terhadap mereka serta menyingkap kedok kemunafikan mereka. 
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam masalah tersebut kerana 
mereka melihat bahawa itu hanya sekadar perselisihan dalaman antara 
kelompok-kelompok Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk dengan 
masalah mereka sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka pun tidak turut 
campur.
Kemudian 
para pendeta Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan untuk menyingkirkan 
Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan bahawa Isa datang untuk 
menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk merejam wanita yang 
berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang berhak direjam. 
Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat 
menetapkan untuk merejam wanita yang bersalah?" Isa menjawab: "Benar," Mereka 
berkata: "Ini adalah wanita yang bersalah." Isa memandang wanita itu dan ia pun 
melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahawa para pendeta Yahudi lebih 
banyak kesalahannya daripada wanita tersebut. Para pendeta itu menunggu jawapan 
Isa. Jika ia mengatakan bahawa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia 
menentang syariat Musa, dan jika ia mengatakan bahawa ia berhak dibunuh, maka ia 
justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan toleransi. 
Nabi Isa memahami bahawa ini adalah persekongkolan. Beliau tersenyum dan 
wajahnya tampak bercahaya. Kemudian beliau melihat para pendeta Yahudi dan 
wanita itu sambil berkata: "Barang siapa di antara kalian yang tidak memiliki 
kesalahan, maka hendaklah ia merejam wanita itu."
Suara 
beliau yang keras itu memecahkan keheningan tempat penyembahan. Beliau 
menetapkan peraturan baru yang berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada 
orang yang berbuat salah. Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum 
orang yang salah dan tidak berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk 
menghukum orang yang bersalah jika ia sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya 
adalah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT adalah Maha 
Pengasih di antara yang mengasihi.
Nabi Isa 
keluar dari tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari 
belakangnya. Lalu wanita itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol dari minyak 
yang berharga. Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di atas kedua 
kaki Isa lalu menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata. 
Setelah itu, ia mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita itu, 
al- Masih mempakan harapan terakhir yang dapat menyelamatkannya. Lalu keluarlah 
dari belakang Isa seorang tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri menyaksikan 
pemandangan tersebut dan ia merasa kagum terhadap kasih sayang Isa. Isa melihat 
kepadanya dan bertanya; "Seorang kreditor yang memiliki dua orang debitor, salah 
satunya berhutang lima ratus dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu 
berkata: "Ya." Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka berdua yang memiliki 
wang yang cukup untuk melunasi wangnya. Lalu si kreditor memaafkan mereka dan 
membebaskan mereka dari hutang." Pendeta berkata: "Ya." Kemudian Isa bertanya: 
"Siapa di antara mereka yang paling senang kepada kreditor itu?" Pendeta 
menjawab: "Tentu yang berhutang lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang 
engkau ucapkan. Lihatlah wanita ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau 
tidak memberikan kepadaku air agar aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu 
membasuh kedua kakiku dengan air mata lalu ia mengusapnya dengan rambut 
kepalanya. Begitu juga engkau tidak memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini 
tidak merasa puas dengan hanya mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat 
keras tetapi hati wanita itu dipenuhi dengan rasa cinta. Maka barang siapa yang 
banyak mencintai nescaya kesalahan-kesalahannya akan diampun." Kemudian Isa 
menoleh ke wanita itu dan memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil 
berkata: "Ya Allah, ampunilah wanita ini dan hilangkanlah 
kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa 
berusaha menyedarkan para pendeta Yahudi bahawa para dai yang menyeru di jalan 
Allah SWT bukanlah algojo yang bengis yang menerapkan hukum syariat tanpa 
melihat keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka datang dan membawa 
ajaran Allah SWT yang merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat kepada manusia. 
Jadi, rahmat adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi 
itu sendiri mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum mereka.
Isa 
terus berdoa kepada Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh kaumnya 
agar menyayangi diri mereka sendiri dan beriman kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi 
Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman 
berkata, sebagaimana diriwayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya dengan 
memakai pakaian dari wol. Beliau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil 
menangis serta wajahnya tampak pucat kerana kelaparan dan bibimya tampak kering 
kerana kehausan. Nabi Isa berkata, "salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku 
adalah seseorang yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah 
SWT, tanpa bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana 
rumahku?" Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa 
menjawab: "Rumahku adalah masjid, wewangianku adalah air makananku adalah rasa 
lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan solatku di waktu musim dingin di 
saat matahari terletak di timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku 
terbuat dari wol, syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, 
teman-temanku adalah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan 
orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati sesuatu 
pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak menemukan 
sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan tidak 
tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?"
Isa 
terus melakukan dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa 
mampu membuat bentuk burung dari tanah kemudian ia meniupnya, maka tanah itu 
menjadi burung dengan izin Allah SWT. Selain itu, hujung bajunya yang sederhana 
jika tersentuh orang yang sakit, maka orang itu akan sembuh. Bahkan jika Isa 
meletakkan tangannya di atas mata orang yang buta atau orang yang terkena sakit 
belang nescaya ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar 
biasa. Bahkan beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati dari kuburan 
mereka sehingga mereka keluar dalam keadaan hidup dengan izin Allah 
SWT.
Para 
ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa menghidupkan empat orang. Pertama, 
al-Azir yaitu temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang tua, dan 
seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah tiga orang 
yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika orang- orang Yahudi melihat hal tersebut, 
mereka berkata: "Engkau menghidupkan orang-orang yang mati dan kematian mereka 
tidak lama .Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan 
tidak sedarkan diri atau mati suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa untuk 
membangkitkan Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para 
ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di manakah kaum 
kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga mereka mencapai 
kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar menghidupkan orang yang mati 
di situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya, dan rambut dikepala-nya tampak 
beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana rambut di kepalamu bisa beruban, 
sementara di zamanmu kau tidak. ada uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku 
mendengar engkau berdoa untukku lalu aku mendengar suara yang mengatakan, aku 
akan mengabulkan wahai Ruhullah. Aku mengira bahawa kiamat telah tiba. kerana 
takutnya kepada hal itu sehingga rambut di kepalaku beruban."
Apa pun 
yang dikatakan berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan tentang bagaimana 
Nabi Isa menghidupkan orang-orang yang mati, namun kita tidak mengetahui konteks 
Al-Qu'ran serta perincian-perincian yang menjelaskan hal tersebut. Allah SWT 
hanya menyebutkan bahawa Isa menghidupkan orang-orang yang mati dengan izin-Nya. 
Kita percaya bahawa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka tetapi kita tidak 
mengetahui apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau mereka sempat 
menjalani kehidupan selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan di jalan Allah 
SWT. Beliau membuat bagi mereka apa yang disebut dengan hukum roh. Beliau 
menaiki gunung dan para sahabat- sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi Isa 
melihat orang-orang yang beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang yang 
fakir, orang-orang yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah mereka 
sedikit sebagaimana lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung 
diliputi dengan awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara: 
"Sungguh beruntung bagi orang-orang miskin kerana mereka memiliki kerajaan 
langit. Beruntunglah orang-orang yang sedih kerana mereka akan menjadi 
orang-orang yang mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat kerana mereka akan 
mewarisi bumi. Beruntunglah orang- orang yang lapar dan haus kerana mereka akan 
dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang yang menyayangi kerana mereka akan 
disayangi. Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya kerana mereka akan 
melihat Allah SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi mempertahankan 
kebenaran kerana mereka akan mendapatkan kerajaan langit. Kalian adalah garam 
bumi jika garam telah rosak, maka siapa gerangan yang dapat mengembalikannya 
menjadi garam kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan dari Nabi Isa, "kalian 
adalah garam bumi."
Garam 
adalah sesuatu yang memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam makanan akan 
menjadi hambar. Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan terasa 
tidak bermakna; tanpa kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang 
ikhlas terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti. 
Di samping itu, kehadiran manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun 
sia-sia, dan keagungan manusia sebagai hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan 
pada gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan kejahatan dan 
keburukan.
Allah 
SWT teiah mewahyukan kepada "garam bumi" agar mereka beriman kepada Nabi Isa. 
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada 
pengikut-pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada 
rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) 
bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. 
al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka 
menyatakan keislaman kepadanya, sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran ajaran 
Nabi Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya, dan sebagaimana semua para nabi 
menyatakan keislaman. Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada pernyataan 
keislaman dan semua nabi menyeru kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam 
dalam pandangan kami memiliki makna yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan 
seseorang terhadap Allah SWT dan keimanan akan keesaan-Nya dalam menciptakan 
makhluk tidak mencegah orang itu untuk berbuat dosa, sedangkan keislaman atau 
penyerahan hati dan anggota badan serta pemikiran kepada Allah SWT merupakan 
suatu tingkatan sedikit lebih tinggi. Ini adalah tingkat kepatuhan orang-orang 
yang patuh dan puncak ketauhidan orang-orang yang bertauhid. Itu adalah 
keserasian antara tindakan dengan fikiran, yaitu usaha manusia untuk menghindari 
kesalahan dan memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Quran al- Karim 
memberitahu kita bahawa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada al-Hawariyin agar 
mereka beriman kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah 
kita renungkanlah sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita 
mengetahui bahawa Allah SWT mewahyukan kepada manusia dan kepada makhluk-makhluk 
lainnya. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." 
(QS. an-Nahl: 68)
Yang 
dimaksud dengan wahyu di sini adalah memberikan ilham kepada makhluk agar mereka 
menuju ke jalan fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga 
mereka mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang jawapan Nabi 
Musa terhadap pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata: 'Siapakah Tuhan kamu berdua wahai Musa. " 
(QS. Thaha: 49)
"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah 
memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memberinya 
petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di 
sana dan di sini sama. Makna yang sama tersebut diterapkan kepada kaum Hawariyin 
di mana wahyu Allah SWT terhadap mereka berupa pemberian ilham kepada mereka 
demi kebaikan mereka dan kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak bertentangan 
dengan ikhtiar mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan tidak 
bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati mereka yang 
dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT 
mewahyukan kepada mereka agar beriman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka 
pun beriman dan mereka pun bersaksi bahawa mereka orang-orang yang berserah diri 
atau Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan keimanan mereka 
sehingga Isa merasakan kekufuran kaumnya semakin menjadi-jadi lalu Isa memanggil 
mereka: "Siapakah di antara kalian yang menolong aku menuju jalan Allah SWT?" 
Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani 
Israil) berkatalah dia: 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk 
menegakkan (agama) Allah?' Para Hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: 
'Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan 
saksikanlah bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri. 
Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan 
telah kami ikuti rasul, kerana itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang- 
orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran: 52-53)
Nas 
Al-Quran menunjukkan bahawa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti Islam 
sehingga mereka pun berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahawa Nabi Isa 
menyampaikan khabar gembira dengan kedatangan seorang rasul yang datang 
setelahnya yang bernama Ahmad. Dikatakan dalam Al-Quran:
"Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: 'Hai Bani 
Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang 
turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) 
seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka 
tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, 
mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang nyata.'" (QS. Shaff: 
6)
Kita 
tidak mengetahui secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan khabar berita tentang 
kedatangan seorang rasul ini yang datang setelah masanya, yaitu Ahmad saw. 
Apakah khabar berita itu beliau sampaikan dipermulaan pengutusannya kepada 
manusia, atau apakah beliau menyampaikan khabar itu pada akhir masa dakwahnya 
dan sebelum beliau diangkat ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Quran tampaknya 
khabar berita tersebut itu disampaikan di permulaan dakwahnya, sebagaimana 
firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa 
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni adalah sihir yang 
nyata.'"
Kata 
ganti (dhamir) dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut 
menunjukkan bahawa Nabi Isa menyampaikan khabar gembira dengan datangnya 
Muhammad atau Ahmad ketika Allah SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian 
terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai macam mukjizat yang luar biasa seperti 
penghidupan orang yang mati, peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa 
datang membawa bukti- bukti yang jelas ini, maka mereka menuduhnya bahawa ia 
membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahawa tuduhan semacam ini telah dialamatkan 
kepada sebahagian besar para nabi sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahawa nabi 
yang terakhir pun akan mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh kerana itu, nabi yang 
mulia itu tetap berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan tuduhan 
kaumnya yang mengatakan bahawa beliau membawa sihir.
Kemudian 
pertentangan antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka adalah 
orang-orang yang hatinya keras, yang membeku di hadapan kebenaran. Isa datang 
kepada mereka dan menghancurkan segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka 
serta sistem mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terfokus kepada kebenaran, 
kedamaian dan keadilan dan pada saat yang sama mengumumkan peperangan terhadap 
kehidupan orang-orang yang lalim yang telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan 
kedamaian. Injil Mata menyebutkan melalui lisan Isa: "Janganlah kalian mengira 
bahawa aku membawa kedamaian ke muka bumi. Aku tidak datang hanya membawa 
kedamaian tetapi aku datang membawa pedang."
Kalimat 
tersebut menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah para nabi. Para 
nabi adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di medan 
peperangan beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya adalah pejuang. Mereka 
memulai peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu suatu tekad mengatakan 
bahawa tiada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan dengan 
kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusia, baik tuhan-tuhan yang 
terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan 
orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta sangat melawan 
kepentingan mereka, sehingga para raja dan para penguasa seperti biasanya 
bergerak menentang nabi kecuali orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. 
Para pembesar dari kalangan kaum nabi menentang nabi. Al-Mala' adalah para 
pembesar sebagaimana telah kami jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya. 
Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya: Nabi 
meletakkan dasar peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan Allah 
SWT.
Setelah 
meneguhkan dasar yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak seorang pun berhak 
untuk menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai budak kerana penghambaan 
hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara mereka 
sehingga tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusia untuk 
membangun kejayaan peribadinya atau untuk memperkaya dirinya dengan merugikan 
orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk terhadap mereka 
dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi berarti mengganti dan 
mengubah sistem yang rosak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya. Kalau 
begitu, ia adalah dakwah yang menyatakan peperangan dan kerana itu seseorang 
nabi harus membawa senjata. Setelah meneguhkan pemikiran tersebut, dimulailah 
peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung di balik senjata dan 
senjata yang dimiliki oleh setiap nabi berbeza-beza.
Mula-mula seorang nabi tidak menggunakan senjata apa pun 
dalam peperangannya selain berusaha untuk membangkitkan akal. Lalu peperangan 
semakin meningkat sehingga nabi terpaksa untuk menggunakan senjata. Para musuh 
memaksanya untuk menggunakan senjata sehingga para nabi pun menggunakan senjata. 
Di sini setiap nabi mempunyai senjata yang berbeza-beza. Terkadang senjata 
seorang nabi berupa mukjizat yang dapat menghentikan langkah dan menghancurkan 
mereka seperti taufan (kisah Nabi Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan 
terkadang senjata para nabi adalah mukjizat yang membantunya untuk mengalahkan 
musuh-musuhnya secara pasti seperti ditundukkannya jin dan burung baginya (kisah 
Nabi Sulaiman) dan senjata nabi berupa mukjizat yang menyelamatkannya dari tipu 
daya musuh seperti berubahnya api menjadi sesuatu yang dingin dan membawa 
keselamatan (kisah Nabi Ibrahim) dan terkadang senjata nabi yang luar biasa yang 
memperkuat dakwahnya seperti menghidupkan orang-orang yang mati (kisah Nabi Isa) 
dan terkadang senjata nabi berupa pedang yang dipegang di tangannya saat ia 
melangsungkan peperangan dan mempertahankan dakwahnya (kisah Nabi Muhammad 
saw).
Jadi, 
senjata para nabi berbeza-beza, baik dalam bentuk kualiti mahupun kapasitinya. 
Allah SWT mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita ketahui sehingga 
Allah SWT sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk setiap nabi. Dan tak 
seorang nabi pun yang tinggal di suatu tempat sementara ia tidak berjuang dan 
tidak bergerak dan tidak mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh kerana itu, 
sesuai dengan kadar kesabaran para nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan 
dakwah di jalan Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan tempat yang istimewa 
di sisi Allah SWT.
Isa bin 
Maryam telah menyampaikan bahawa beliau adalah seorang pejuang yang membawa 
senjata. Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan masyarakat yang keras, 
masyarakat yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan, 
kesyirikan, kebohongan, kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan tidak 
ada kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan semua 
ini. Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa dakwahnya di jalan Allah SWT bukan 
terfokus pada dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun 
berisi pernyataan perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha 
dipertahankan oleh yang bersangkutan sampai titis darah penghabisan. Timbulnya 
pemikiran- pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar 
kepada idealismenya tetapi nilainya justru bersandar kepada usaha keras yang 
dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka mempertahankannya. Tanpa peperangan 
dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan menjadi pemikiran-pemikiran yang 
sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan seseorang pun dan tidak akan 
membangkitkan seseorang pun.
Kita 
mengetahui bahawa sebahagian besar nabi berhadapan dengan kelompok besar dari 
masyarakat yang menentangnya dan berusaha memeranginya. Mula-mula mereka 
mengejeknya dan pada akhirnya mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui 
bahawa para nabi berusaha mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang 
dibawanya. Melalui kisah para nabi, kita mengetahui bahawa bagaimana serangan 
masyarakat, para pembesar, dan para penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat 
yang sama kita seakan-akan tidak melihat bagaimana serangan para nabi terhadap 
mereka. Penjelasan dari hal itu sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh 
kebatilan atas para nabi didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat di 
mana mereka memiliki berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi, 
sedangkan para nabi hanya menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu 
Allah SWT; kekuatan yang tidak berdasarkan pada sebab- sebab tertentu atau tidak 
peduli dengan tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para 
nabi hanya terus melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha 
membangkitkan akal dan hati serta menyucikan roh. Keteguhan sikap para nabi ini 
bagi musuh-musuh mereka merupakan masalah yang besar. Dakwah nabi juga menjamah 
suatu keluarga di mana seorang ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat 
menentang atau seorang anak dapat beriman sementara si ayah dapat menentang atau 
seorang isteri beriman atau seorang suami kafir atau seorang suami beriman 
sementara si isteri kafir. Perbezaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang 
isteri dengan suaminya menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan 
terjadinya hal ini, masyarakat bergerak untuk menentang nabi dan semakin 
meningkatkan tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian 
mereka kepada nabi semakin meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan nabi itu 
yang bagi mereka telah memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia datang untuk 
memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian 
seorang nabi meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang mengikutinya, yaitu 
undang-undang pokok yang membatalkan undang- undang yang tidak sesuai dengannya. 
Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama cinta kepada Allah 
dan kemudian cinta kepada nabi dan setelah itu cinta kepada sesama manusia." 
Makna-makna yang demikian ini tercermin secara jelas dari kalimat-kalimat Isa 
yang disampaikan oleh Injil Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih 
berkata: "Janganlah engkau mengira bahawa aku datang membawa kedamaian di bumi, 
aku datang bukan hanya membawa kedamaian tetapi pedang. Aku datang untuk 
menjadikan seorang anak berbeza dengan ayahnya dan seorang anak perempuan 
berbeza dengan ibunya sehingga musuh seseorang justru terdapat pada keluarganya. 
Maka barang siapa yang mencintai ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya 
kepadaku, maka ia tidak berhak mencintaiku, dan barang siapa yang mencintai anak 
laki-lakinya dan perempuannya lebih dariku, maka ia tidak berhak mengikutiku. 
Meskipun kehidupannya tampak beruntung sebenarnya ia telah rugi, dan barang 
siapa yang kehidupannya merugi kerana aku, maka sebenarnya ia telah 
beruntung."
Penjelas 
Injil mengatakan: "Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al- Masih adalah, ketika 
al-Masih datang, maka semua pengikutnya akan merampas kekayaan dan kejayaan di 
dunia ini lalu ia hanya memberi mereka ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih 
datang, ia menjelaskan kepada para muridnya bahawa hal tersebut tidak benar, 
kerana jika ia datang untuk memberikan kedamaian kepada para pengikutnya, maka 
mereka akan terancam kelaliman dan mereka akan mati kerana tajamnya pedang. Maka 
hendaklah mereka tidak mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah 
mereka tidak mengharapkan keserasian tetapi perpecahan." Demikianlah masyarakat 
Yahudi terbagi menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang fakir, 
orang-orang yang lemah dan orang-orang yang bersih hatinya bersama Isa, 
sedangkan kelompok majoriti menentang Isa. Bahkan kelompok majoriti kafir itu 
sering menyakiti Isa.
Injil 
Mata menceritakan penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan 
bagaimana kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang tidak mengabdi kepada 
Yuhana (Yahya) dengan baik atau mengabdi kepadanya secara peribadi dengan baik. 
Injil Mata mengutip pernyataan Isa sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan 
generasi ini, Sesungguhnya mereka menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar 
yang berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "Kami telah 
meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian 
tidak menangis." Yuhana telah datang dan tidak makan dan minum tetapi mereka 
mengatakan, sesungguhnya ia terkena syaitan. lalu datanglah seorang anak manusia 
yang makan dan minum lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang yang ahli makan 
dan ahli minum khamer."
Dokumen 
itu menunjukkan penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang akan 
dihadapinya. Penderitaan yang dialami oleh hati suci al-Masih adalah sebagai 
tindakan generasi tersebut di mana beliau diutus di dalamnya sebagai orang yang 
memberi petunjuk dan menyampaikan berita gembira tentang kerajaan langit. Beliau 
menyerupakan generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang duduk- duduk di 
pasar sambil berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "kami 
telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami berbelas kasih kepada 
kalian tetapi kalian tidak menangis." Al-Masih mengisyaratkan dengan pernyataan 
itu tentang apa yang diperbuat anak- anak kecil saat mereka bermain-main, di 
mana biasanya mereka meniru orang-orang yang besar saat mereka bergembira dengan 
menari-nari dan saat mereka sedih mereka menangis. Demikianlah mereka sangat 
cepat berubah antara bergembira dan sedih tanpa melalui pertimbangan dan 
kesedaran. Demikianlah keadaan orang-orang Yahudi saat mereka mengabdi kepada 
Yahya, kemudian saat mereka mengabdi kepada al- Masih. Yahya telah datang kepada 
mereka dalam keadaan menangis, tidak makan dan tidak minum dari apa yang mereka 
makan dan yang mereka minum. Ia tidak bergaul dengan sembarangan manusia. Telah 
datang kepada mereka seorang nabi yang ahli ibadah tetapi kebanyakan mereka 
menolaknya dan mereka mengatakan bahawa ia terkena syaitan. Kemudian datang 
kepada mereka al-Masih di mana ia makan dan minum bersama pada acara walimah dan 
hari raya lalu mereka pun menolaknya dan mengatakan bahawa ia suka makan dan 
minum khamer padahal beliau adalah cermin terbesar dalam menghilangkan syahwat 
dan kesucian yang sempurna.
Alhasil, 
generasi itu adalah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada 
sesuatu pun yang dapat mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau bertaubat. 
Meskipun demikian, di sana terdapat kelompok kecil dari manusia yang terpengaruh 
dan bertaubat. Dokumen tersebut menunjukkan betapa beratnya penderitaan Isa di 
tengah-tengah generasi yang sezaman dengannya. Isa mengalami banyak penderitaan 
dalam menyampaikan dakwahnya. Isa banyak menderita di tengah-tengah kaum yang 
fikiran mereka belum matang. Mereka tak ubahnya seperti anak- anak kecil yang 
suka bermain-main. Kaum yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan 
mereka tidak bergerak atau tersentuh ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang 
luar biasa.
Allah 
SWT kembali memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan. Mukjizat 
di sini adalah senjata yang diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar nabi 
tersebut menjadi tenteram dan agar menambah keyakinan orang-orang yang beriman 
kepadanya, sedangkan bagi orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah 
kekufuran mereka sehingga Allah SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada 
kedua kelompok tersebut. Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam 
yang lain adalah, Allah SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan 
dari langit. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa 
putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' 
Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang 
beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram 
hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan 
kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam 
berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari 
langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi 
orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda 
bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling 
Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu 
kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka 
sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan 
kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 
112-115)
Barangkali kita terhairan-hairan ketika memperhatikan 
perkataan Hawariyin, "wahai Isa bin Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin 
pertama-tama yang terlintas dalam fikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut 
adalah, keraguan Hawariyin terhadap kekuatan atau kekuasaan Allah SWT. Bagaimana 
hal itu mampu mereka laku-kan sedangkan mereka adalah murid-murid Isa yang 
beriman dan berserah diri kepada Allah SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat 
tersebut, para ulama berbeza pendapat. Sebahagian ulama mengatakan, bahawa 
pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti apakah Tuhanmu bisa? 
Kemudian mereka mencarikan alasan yang membenarkan perkataan Hawariyin itu 
dengan mengatakan bahawa pertanyaan itu dilontarkan saat mereka baru saja 
mengikuti Isa, sebelum mereka banyak mengetahui Allah SWT. Oleh kerana itu, Isa 
berkata dalam jawapannya terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah kepada Allah 
SWT jika kamu benar-benar orang mukmin. Yakni, janganlah kalian meragukan 
kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi 
menampik tafsir ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT, sesuai dengan nas 
Al-Quran dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT untuk tidak mengetahui 
kekuatan-Nya, apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Sebahagian ulama mengatakan 
bahawa perkataan tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin yang 
berasal dari Bani Israil dan tidak seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan 
demikian kecuali mereka hanya sekadar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat 
lain lagi yang mengatakan bahawa ayat tersebut tidak dibaca 'hal yastathi' 
rabbuka' tetapi dibaca 'hal tastathi' rabbaka' sebagaimana bacaan Aisyah dan 
sebagaimana dibaca oleh Nabi. Maknanya, "apakah engkau mampu menghadirkan 
kekuatan Tuhanmu terhadap apa yang engkau minta." Ada pendapat yang lain 
mengatakan ia dibaca 'hal tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk 
berdoa kepada Tuhanmu atau meminta-Nya."
Sebahagian kaum sufi berpendapat bahawa kaum Hawariyin 
bukan tidak mengetahui kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu justru 
bersumber dari cinta kepada Allah SWT dan keinginan menyaksikan kekuasaan Allah 
SWT. Sikap mereka ini menyerupai dengan perbezaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim 
as ketika beliau mengatakan:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau 
menghidupkan orang-orang mati?' Allah berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?' 
Ibrahim menjawab: 'Saya telah percaya, tetapi agar bertambah mantap hatiku.'" 
(QS. al-Baqarah: 260)
Oleh 
kerana itu, kaum Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi mantap," sebagaimana 
Nabi Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap hatiku." Inilah tafsir yang membuat 
kita puas dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan mereka: 
'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Yakni, 
hati-hatilah kalian dengan banyak bertanya dan menguji Allah SWT kerana kalian 
tidak mengetahui apa yang boleh kalian minta untuk didatangkan bukti- bukti 
kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi Isa, jika kalian benar-benar beriman 
terfokus kepada apa yang dibawanya yang berupa mukjizat- mukjizat atau 
tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa bermaksud untuk mengatakan, 
sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari mukjizat- mukjizat bagi kalian 
seharusnya sudah cukup membuat hati kalian mantap. "Mereka berkata: 'Kami ingin 
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa 
kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang 
menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum 
Hawariyin menjelaskan kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika beliau 
melarangnya. Jika Nabi Isa keluar, maka beliau diikuti lima ribu orang atau 
lebih. Sebahagian mereka dari kalangan Hawariyin dan sebahagian yang lain 
campuran di antara pengikutnya dan musuhnya. Dikatakan bahawa mereka berpuasa 
dan mereka tidak mempunyai makanan, lalu para pengikut berkata kepada kaum 
Hawariyin, "Tanyalah kepada Isa apakah ia mampu berdoa kepada Tuhannya sehingga 
diturunkan kepada kita makanan dari langit." Kemudian kaum Hawariyin pergi 
dengan membawa surat kaum itu kepada Isa. Ketika Isa meminta mereka untuk merasa 
cukup dengan mukjizat-mukjizat sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran 
permintaan mereka: 'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka adalah orang-orang 
yang lapar sementara mereka tidak mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati 
kami.
Hati 
kaum Hawariyin menjadi tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para pengikut 
pun merasa hatinya tenang dan mengakui bahawa Isa adalah Nabi yang diutus untuk 
mereka. Dan hati musuh juga menjadi tenang kerana mereka menyaksikan kebatilan 
mereka sehingga pilihan mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu 
saat mereka akan diminta pertanggungjawaban.
"Dan 
supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami. Yakni kami 
mengetahui bahawa engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang 
menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan Allah dan risalah dan 
kenabianmu. Dan bagi orang lain yang tidak menyaksikannya, maka kami akan 
menceritakan kepada mereka peristiwa yang terjadi."
Isa 
putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu 
hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu 
bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi 
tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang 
Paling Utama.'
Ketika 
kaum Hawariyin bertanya kepada Isa bin M aram agar diturunkan makanan dari 
langit, maka Nabi Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari kulit wol kemudian 
beliau melangkahkan kakinya dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan 
kirinya, lalu beliau menundukkan kepalanya dalam keadaan khusyuk dan tunduk 
kepada Ala SWT. Kemudian beliau membuka matanya dan menangis sehingga air 
matanya membasahi janggutnya bahkan mencapai dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan 
kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit... Allah 
berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu 
kepadamu.
Lalu 
turunlah makanan besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu awan di 
bawahnya. Saat itu manusia melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah jadikanlah 
makanan ini sebagai rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu turunlah di depan 
Nabi Isa sapu tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan 
sujud yang diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka mendapati suatu bau yang harum 
yang belum pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa 
berkata, "Siapakah di antara kalian yang paling ikhlas dan paling percaya kepada 
Allah SWT agar ia membuka makanan itu sehingga kita bisa makan darinya serta 
berzikir kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur kepadanya." Kaum Hawariyin 
berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau lebih berhak daripada kami dalam 
hal itu.", maka Nabi Isa berdiri lalu beliau mengambil wuduk dan solat. Kemudian 
beliau banyak berdoa sambil duduk di sisi makanan itu dan membukanya. Tiba- tiba 
di atas makanan itu terdapat ikan yang lazat yang tidak ada durinya. Nabi Isa 
ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini makanan dari dunia atau dari syurga?" Nabi 
Isa menjawab: "Bukankah Tuhan kalian melarang kalian untuk bertanya pertanyaan 
semacam ini. Ia turun dari langit dan tidak ada makanan sepertinya di dunia dan 
ia bukan berasal dari syurga tetapi ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan 
dengan kekuasaan yang luar biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah, maka 
jadilah."
Para 
mufasir berbeza pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan kepada Isa, 
apakah itu ikan atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang bahawa 
pembahasan-pembahasan ini kurang penting. Sesuatu yang paling penting yang perlu 
kita perhatikan adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia 
diciptakan oleh Allah SWT dengan kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup 
mengatakan "Jadilah, maka jadilah ia."
Inilah 
hakikat makanan tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yaitu 
suatu tanda yang Allah SWT mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia akan 
menyeksanya dengan azab yang belum pernah diterima oleh seseorang pun di dunia. 
Para ulama berbeza pendapat apakah makanan tersebut memang diturunkan atau 
tidak, tetapi menurut pendapat majoriti dan ini yang benar makanan tersebut 
memang diturunkan, sesuai dengan firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan hidangan 
itu bagimu. "
Dikatakan bahawa ribuan pengikut Nabi Isa memakannya dan 
makanan tersebut tidak habis. Setiap orang yang buta ia sembuh dari butanya dan 
setiap orang yang belang ia sembuh dari belangnya akibat memakan hidangan itu. 
Alhasil, setelah menyantap makanan itu, orang yang sakit sembuh dari 
penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu dijadikan hari raya dari hari 
raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa. Kemudian berita dan 
peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan mulai dilupakan sehingga kita 
tidak menemukan beritanya hari ini di Injil- Injil yang mereka akui. Setelah 
peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan dalam surah al-Maidah, Allah SWT 
menunjukkan kepada kita sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah SWT berkata 
setelah menceritakan kepada kita tentang turunnya mukjizat makanan dari 
langit:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera 
Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua 
orang tuhan selain Allah!' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut 
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah 
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa 
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. 
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah 
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau beri padaku (mengatakan)nya 
yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap 
mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, 
Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala 
sesuatu. Jika Engkau menyeksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah 
hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah 
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman: 'lni adalah suatu hari 
yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka syurga 
yang di bawahnya mengalir sungai- sungai; mereka kekal di dalamnya 
selama-selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya. 
Itulah keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan 
bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. " 
(QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan 
ayat-ayat tersebut, Al-Quran menutup surah al-Maidah. Demikianlah konteks 
Al-Quran berpindah secara mengejutkan dari turunnya makanan kepada sikap atau 
dialog antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada hari kiamat. Allah SWT bertanya 
pada hari kiamat: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Para 
ahli ilmu sepakat bahawa pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan murni 
meskipun tampak dalam bentuk pertanyaan kerana Allah SWT mengetahui apa yang 
dikatakan oleh Isa. Tentu yang dimaksud dengan pertanyaan itu adalah sesuatu 
yang lain. Ada yang mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud memberitahu Isa bahawa 
kaumnya telah mengubah ajarannya sepeninggalannya. Dan mereka telah mendapatkan 
fitnah. Ada lagi yang mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu 
untuk mencela orang-orang yang mengubah akidah Nabi Isa setelah beliau tidak 
ada. Kami kira pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup makna yang 
lain.
Allah 
SWT ingin menyingkap dan memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang terakhir 
bahawa Nabi Isa terlepas dari berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang 
dilakukan kaumnya sepeninggalannya. Konteks Al- Quran menunjukkan tentang 
peristiwa ghaib yang belum terjadi meskipun akan terjadi pada hari kiamat. Oleh 
kerana itu, Al-Quran menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk 
lampau). Al-Quran menyampaikan berita ghaib ini kepada penduduk dunia agar 
mereka mengetahui hakikat Isa bin Maryam.
Allah 
SWT bertanya kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi besar, Isa 
tidak menjawab kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.' 
Sebelum menjawab, Isa memulai dengan tasbih dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa 
menampakkan kepatuhan dan ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut 
terhadap azab- Nya. Qurthubi menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika 
Allah SWT berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia jadikanlah 
aku dan ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak gementar terhadap perkataan 
itu sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya lalu 
ia berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan 
hakku (mengatakannya). Tidak mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak aku 
miliki, yang diriku tidak dapat melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan 
seorang yang disembah: Jika aku pernah mengatakannya maha tentulah Engkau telah 
mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa menyampaikan jawapannya kepada Allah 
SWT dan ia mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui 
terhadap apa yang dikatakannya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan 
aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui apa 
yang aku sembunyikan sedangkan aku tidak mengetahui apa yang engkau sembunyikan. 
Engkau mengetahui rahsiaku dan apa yang terlintas dalam hatiku dan aku tidak 
mengetahui apa yang Engkau sembunyikan dari ilmu ghaib-Mu. Sesungguhnya Engkau 
Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang 
ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka 
setelah Engkau angkat aku dari bumi: 'Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka 
kecuali apa yang Engkau kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, 
Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin 
Maryam. Dia hanya mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak 
menyekutukan-Nya: Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di 
antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka saat aku tinggal di 
tengah- tengah mereka dan mengajak mereka ke jalan yang benar. Maka setelah 
Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah 
mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam pengertian kematian, sebagaimana 
firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya." (QS. 
az-Zumar: 42)
Yakni 
ketika tercabutnya ajal. Kedua, bahawa wafat adalah tidur, sebagaimana firman 
Allah SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari. " (QS. 
al-An'am: 60)
Yakni 
yang menidurkan kalian. Ketiga, wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman 
Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada 
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 
55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa yang mereka katakan dan 
apa yang mereka nisbatkan kepadanya. Isa mengumumkan bahawa dakwahnya tidak 
lebih dari sekadar ajakan untuk bertauhid dan tidak keluar dari kerangka Islam 
yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa kembali menyampaikan pembicaraannya 
dan meminta belas kasihan kepada Allah SWT: Jika Engkau menyeksa mereka, maka 
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari makhluk yang 
mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci 
Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan kekuasaan. Pada akhirnya, 
mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak memiliki apa-apa di hadapan 
tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya 
Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'
Isa 
tidak mengatakan jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun dan 
Maha Pengasih. Jadi, jawapan Isa terfokus pada penyerahan diri dan kepatuhan 
serta tunduk kepada kemuliaan Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi 
Isa adalah hamba-hamba Allah SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka 
Dia akan menyeksa mereka sesuai dengan seksaan yang layak mereka terima, dan 
jika Dia berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka kerana Dia mengetahui 
kerana mereka memang layak untuk mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang 
mutlak ini, Isa menyampaikan jawapan atas pertanyaan Allah SWT dan beliau 
berlepas diri dari apa yang dikatakan oleh kaumnya sepeninggalannya. Isa 
menyampaikan - pada awal pembicaraannya - bahawa hanya Allah SWT yang patut 
disembah, dan pada akhir pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya 
kepada Allah SWT. Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi 
orang-orang yang benar kebenaran mereka.
Allah 
SWT memuji ketulusan Isa, dan kerana dialog tersebut terjadi pada hari kiamat, 
Allah SWT berfirman: "Hari ini adalah hari kiamat di mana orang-orang yang benar 
akan dapat mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di 
sana akan mereka temukan balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka 
syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama- 
selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya. 
"
Demikianlah balasan orang-orang yang benar, syurga. Dan ada 
balasan yang lebih baik dari syurga, yaitu kepuasan (redha) seorang hamba 
terhadap Allah SWT dan keredhaan Allah SWT terhadap hamba. Pengertian kepuasan 
seorang hamba adalah kegembiraannya terhadap penyembahan kepada Allah SWT 
sedangkan pengertian keredhaan Allah SWT terhadap hamba-Nya adalah rahmat yang 
diberikan-Nya kepada mereka: Itulah keberuntungan yang paling besar.' Setelah 
itu Allah SWT, memberitahukan hakikat Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan 
Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha 
Kuasa atas segala sesuatu." Allah SWT adalah Penguasa satu-satunya dan Dia 
Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah hamba.
Isa 
terus melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui bahawa 
singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk 
menangkapnya. Orang-orang Yahudi menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai 
macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah 
syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan 
syaitan. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Nabi 
Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di 
sekitarnya, maka mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka mempengaruhi 
orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur kerana 
menganggap bahawa perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi adalah 
perselisihan yang terjadi demi memperebutkan kepentingan sesama mereka. Lalu 
diadakanlah majlis Sanhadurim (yaitu majlis undang-undang tertinggi dari 
kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat persekongkolan demi 
menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil bentuk yang 
baru.
Ketika 
orang-orang Yahudi tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berfikir untuk 
membunuhnya. Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat 
suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang 
tidak menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika 
para kepala Yahudi bermusyawarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang 
dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al- Iskhriyutha. Ia berkata kepada 
mereka, "Apa yang kalian berikan jika aku berhasil menyerahkannya kepada 
kalian."
"Meja 
pengkhianatan telah digelar di antara mereka dan dimulailah perundingan. 
Orang-orang Yahudi berusaha mencari titik temu dan mereka sepakat untuk 
memberinya tiga puluh lempeng dari perak. Ini adalah harga yang biasa mereka 
lakukan untuk membeli seorang budak sesuai dengan syariat Yahudi." (penjelasan 
Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang menetapkan untuk menangkap 
al-Masih dan kemudian membunuhnya. Dikatakan bahawa kepala pendeta Yahudi 
merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu pertemuan agama dan ia berteriak, 
"sungguh Isa telah kafir." Pero bukan baju dalam tradisi orang-orang Yahudi 
dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat sesuatu yang mengandung 
penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak memiliki kekuasaan untuk 
menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan oleh kekuasaan 
penguasa Romawi. Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan kekuasaan Romawi 
bahawa Isa telah membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan Romawi atau mereka 
berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahawa masalah yang mereka hadapi murni 
berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka. Kemudian mereka 
menyarankan agar penguasa tidak turut campur atas apa yang mereka tetapkan. 
Demikianlah konspirasi itu telah ditetapkan dan telah diputuskan bahawa Isa 
harus ditangkap dan kemudian disalib.
Empat 
Injil yang diakui oleh kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang proses 
pembunuhan Isa di mana beliau disalib kemudian beliau bangkit dari kematiannya 
dan naik ke langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses penyaliban Isa dan 
kematiannya, sebagaimana mereka sepakat tentang tabiat Isa yang mengandung 
ketuhanan yang bercampur dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan 
menyampaikan keyakinan orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana 
diyakini oleh majoriti kaum Nasrani saat ini, kemudian kami akan mengemukakan 
keyakinan Islam tentang Isa sebagaimana diceritakan oleh Al-Quran al- Karim dan 
disampaikan oleh para ulama dan disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan 
membicarakan hal-hal yang perlu dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum 
Muslim dan kaum Masehi serta kaitannya dengan akidah mereka.
Injil 
Mata mengatakan, "Isa ditangkap dan majlis Sanhadirum memutuskan bahawa ia harus 
dibunuh. Kemudian para anggota majlis itu dari kepala-kepala para pendeta dan 
para tokoh mereka menghinanya dan mengejeknya serta berbuat aniaya terhadapnya 
bahkan mereka meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka 
berkata, "beritahukanlah wahai al-Masih siapa yang memukulmu." Setelah itu 
al-Masih ditangkap dan ia ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah 
sudah menjadi tradisi di kalangan orang-orang Romawi untuk mencambuk orang yang 
ditetapkan untuk dibunuh sebelum pelaksanaan hukum tersebut. Oleh kerana itu, 
para penguasa Romawi menetapkan agar al-Masih dicambuk terlebih dahulu. 
Sedangkan syariat Musa menetapkan agar cambukan itu tidak melebihi empat puluh 
kali, namun orang-orang Romawi tidak berhenti pada batasan ini bahkan mereka 
terus mencambuk korban dengan cambukan yang kejam dan terus- menerus sehingga 
punggung yang bersangkutan hampir saja patah dan nafasnya nyaris tinggal 
sedikit. Setelah itu, mereka mulai melaksanakan hukum bunuh kepadanya. 
Demikianlah yang dilakukan oleh tentera terhadap penyelamat kita. (Injil Mata 
26)
Selesailah proses pecambukan, lalu penguasa Romawi 
menyerahkan Isa kepada tentera agar mereka menyalibnya. Kemudian para tentera 
membuat sesuatu hal yang bermaksud untuk menghibur. Mereka mencabut pakaian Isa 
yang dilumuri dengan darah yang ada luka di tubuhnya setelah proses pencabukan, 
lalu mereka memakaikan pakaian merah dengan maksud untuk mengejeknya. Para raja 
biasanya memakai pakaian merah. Mereka terus menghinanya. Mereka memakaikannya 
mahkota dari duri dan meletakkannya di atas kepalanya. (Injil Mata 
26)
Akhirnya, mereka sampai pada suatu tempat yang bernama 
Jaljatsah, yaitu suatu tempat di luar pagar Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan 
untuk memberi satu gelas khamer yang bercampur dengan minyak wangi bagi orang 
yang ditetapkan untuk dihukum mati sebelum pelaksanaan hukum. Ini dimaksudkan 
sebagai alat pembius untuk meringankan penderitaannya. Tetapi para tentera 
menentang tradisi ini dan mereka memberi al-Masih satu gelas dari cuka yang 
bercampur dengan sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks 
Injil mata mengatakan (cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh tujuh: 
"Sehingga mereka sampai ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu mereka 
memberinya minuman keras yang bercampur dengan empedu agar ia meminumnya. Ketika 
ia merasakannya, ia enggan untuk meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya. 
Kemudian mereka duduk di sana menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu 
tuduhan yang tertulis: Ini adalah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar 
menyalibnya bersama Yasim. Salah seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan 
yang lain di sebelah kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di tempat itu 
mencelanya dan berkata, "wahai yang menghancurkan tempat sembahan dan yang 
membangunnya pada tiga hari, selamatkanlah dirimu dan jika engkau adalah anak 
Allah, maka turunlah dari tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebahagian riwayat kaum Masehi tentang proses 
penyaliban serta penafsiran mereka berkaitan dengannya. Kami telah menukilnya 
tanpa memperhatikan tentang catatan yang terdapat dalam Injil Mata yang terbaru, 
yaitu ia merupakan catatan yang paling baik dalam bentuknya yang terkumpul dari 
ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh agama Masehi sehingga ia lebih mudah untuk 
difahami dan lebih sederhana. Kami telah mengemukakan sebahagiannya kepada Anda 
dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah Islam disebutkan suatu riwayat 
yang berbeza dengan riwayat yang ada dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, 
baik yang berhubungan dengan kehidupan akhir yang dialami oleh Isa mahupun 
tabiat Isa yang merupakan sumber perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Quran 
al-Karim menceritakan bahawa Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk 
membunuh Isa atau menyalibnya tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari kekufuran 
mereka lalu mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka tidak berhasil membunuhnya dan 
tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan seperti orang-orang di antara 
mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan 
kerana ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh al- Masih, Isa putera 
Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula 
menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa 
bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) 
Isa, benar- benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak 
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti 
persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahawa yang mereka bunuh itu adalah 
Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepadanya." (QS. 
an-Nisa': 157-158)
Dan 
Allah SWT juga berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya 
Aku akan menyampaikan kamu pada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta 
membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. " (QS. Ali 'Imran: 
55)
Para 
ulama-ulama Islam sepakat atas hal itu dan mereka berselisih pendapat tentang 
cara beragumentasi terhadap apa yang mereka yakini sebagai kebenaran. Sebahagian 
mereka meyakini nas-nas Al-Quran saja yang menyebut tentang Isa al-Masih dan 
mereka tidak mendukungnya atau memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain 
Al-Quran. Kedua metode tersebut memiliki titik kekuatan tersendiri. Orang yang 
berpegangan dengan pendapat yang pertama mengatakan bahawa Nabi melarang untuk 
membahas kitab-kitab pegangan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama 
mereka dan bagi kita agama kita dan hanya Allah SWT yang akan memutuskan segala 
perselisihan di antara kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang berpegangan dengan cara yang 
kedua mengatakan bahawa larangan Nabi tersebut terjadi pada permulaan masa Islam 
di mana kaum Muslim sangat dekat dengan masa jahiliah. Nabi memerintahkan mereka 
agar tidak disibukkan dengan kitab-kitab lain selain kitab mereka, yakni 
Al-Quran. Yang demikian ini dimaksudkan agar mereka memiliki akidah yang kuat 
dan keyakinan mereka benar- benar tertanam dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan 
pandangan ilmiah menetapkan bahawa seorang yang alim harus banyak menggali 
kitab- kitab kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan jika ia mendapati 
sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya dengan kebenaran, maka hatinya 
akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan dengan kelompok yang pertama yang 
merasa cukup dengan Al-Quran, kita tidak menemukan perincian-perincian yang 
mendalam berkenaan dengan usaha penangkapan Isa, bagaimana proses 
pengangkatannya ke langit, di mana Isa diserupakan dengan salah seorang di 
antara mereka, bagaimana dia diserupakan dengan salah seorang di antara mereka. 
Allah SWT telah menyerupakannya dengan salah seorang di antara mereka sedangkan 
Nabi Isa diangkat ke langit. Demikianlah penjelasan singkat mereka, tidak ada 
penambahan lagi. Sedangkan kelompok yang kedua, mereka melontarkan kisah secara 
lengkap. Mereka mengatakan bahawa Allah SWT menyerupakan Isa dengan Yahuda. 
Yahuda ini adalah Yahuda al- Askhariyutha yang menurut Injil ia menjualnya 
kepada musuh-musuhnya dan menunjukkan kepada mereka tentang keberadaannya. Ia 
adalah seorang muridnya yang terpilih. Demikian ini sesuai dengan Injil Barnabas 
di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para tentera mendekat bersama Yahuda di 
tempat yang di situ terdapat Yasu', maka Yasu' mendengar kedatangan segerombolan 
orang yang menuju tempatnya. Oleh kerana itu, ia segera pergi ke rumah dalam 
keadaan takut. Di dalam rumah itu terdapat sebelas orang yang tidur. Ketika 
Allah melihat bahaya akan mengancam hamba-Nya, maka Dia memerintahkan Jibril, 
Mikail, dan Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail) yang mereka semua adalah para 
utusan- Nya untuk mengambil Yasu' dari dunia. Lalu datanglah malaikat-malaikat 
yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu yang dekat dengan arah 
selatan. Mereka membawanya dan meletakkannya di langit yang ketiga dengan 
disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah selama-lamanya. Yahuda 
masuk secara paksa ke kamar yang di situlah Yasu' diangkat ke langit. Saat itu 
murid-murid sedang tidur semuanya, lalu Allah mendatangkan keajaiban yang luar 
biasa di mana Yahuda berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia sangat 
mirip sekali dengan Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia (Yahuda) 
setelah membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si guru berada. Oleh kerana 
itu, kami merasa heran dan kami menjawab, "bukankah engkau wahai tuanku guru 
kami, apakah sekarang engkau telah melupakan kami?" Demikianlah kisah yang 
terdapat dalam Injil Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul yang 
Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang 
sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan." (QS. al-Maidah: 
75)
Para 
ulama berkata, "Al-Masih dinamakan al-Masih kerana ia mengusap bumi dan 
membersihkannya serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah di zaman 
itu kerana saking hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi kepadanya dan bagaimana 
usaha mereka untuk menciptakan dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama 
yang meriwayatkan tentang kesucian spirituil dari Nabi Isa. Abu Hurairah 
meriwayatkan dari Nabi bahawa beliau menceritakan tentang al-Masih sebagai 
berikut: "Isa melihat seorang lelaki yang mencuri lalu ia berkata: "Wahai si 
fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata: "Tidak, demi Allah aku tidak 
mencuri," Isa berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT dan penglihatanku telah 
berbohong." Ini menunjukkan kesucian rohani Isa di mana ia lebih memilih sumpah 
orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia membayangkan bahawa orang tersebut 
tidak akan bersumpah dan membawa nama Allah SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta 
sehingga ia menerima penyataannya dan ia kembali kepada dirinya sendiri sambil 
berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah 
berbohong kerana engkau telah bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan 
bahawa suatu hari Nabi Isa berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati 
bangkai anjing yang busuk baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul dan 
sangat menderita dengan bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata: 
"Lihatlah betapa putih giginya."
Isa 
ingin mengajari manusia bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa 
menekankan agar mereka lebih melihat kepada keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi 
Isa merupakan puncak dari ketinggian rohani dan idealisme yang mengagumkan di 
mana Beliau lebih menekankan kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata: 
"Semua para nabi adalah saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan 
dari berbagai macam ibu dan aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin 
Maryam di mana tidak ada nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai riwayat 
disebutkan bahawa Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat memberikan 
penghormatan kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi 
ulul azmi yang besar. Islam menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah 
diberikan kepada Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam 
agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. 
Sesungguhnya al-Masih Isa putera Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang 
terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan 
tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan 
janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.' Berhentilah dari ucapan itu. 
(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari 
mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah 
Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba 
bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat malaikat yang terdekat (kepada 
Alah). Barang siapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti 
Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadanya. Adapun orang-orang yang beriman 
dan berbuat amal soleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan 
menambah untuk mereka sebahagian dari kurnia- Nya. Adapun orang-orang yang 
enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyeksa mereka dengan seksaan 
yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan 
penolong selain dari Allah. " (QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu 
Katsir berkata dalam Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih 
pendapat setelah Nabi Isa diangkat ke langit. Sebahagian mereka mengatakan, di 
tengah-tengah kita ada hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebahagian lagi 
mengatakan, dia adalah Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia adalah anak Allah. 
Mereka berselisih pendapat tentang Injil yang menyebutkan berbagai kebohongan di 
mana terdapat di dalamnya penambahan, pengurangan, dan pergantian. Al-Quran al- 
Karim telah membahas persoalan ketuhanan. Ia menjelaskan bahawa Allah SWT Maha 
Suci dari segala sekutu dan anak dan segala hal yang menyerupai-Nya serta segala 
bentuk ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT 
berfirman:
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.'Allah adalah 
Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula 
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. " (QS. 
al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah berfirman: "Sesungguhnya misal 
(penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah 
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah' 
(seorang manusia), maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai anak.' 
Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan 
Allah; semua tunduk kepadanya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia 
berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan 
kepadanya: 'Jadilah', lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 
116-117)
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putera Allah' dan 
orang-orang Nasrani berkata: Al-Masih itu putera Allah.' Demikian itulah ucapan 
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. 
Mereka di laknat oleh Allah; bagaimana mereka sampai berpaling?" (QS. Al-Aubah: 
30)
Nas 
tersebut mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti mereka 
dari umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada keyakinan 
penyaliban Isa, tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan yang disembelih serta 
penentangannya terhadap para pengikutnya setelah kematiannya.
Allah 
SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafilah orang-orang yang berkata: 
'Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih putera Maryam.' Katakanlah: 'Maka 
siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia 
hendak membinasakan al-Masih putera Maryam itu berserta ibunya dan seluruh 
orang-orang yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan langit 
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang 
dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Maidah: 
17)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah 
salah seorang dari yang tiga,' padahal sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan 
Yang Esa." (QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Quran al-Karim menyebutkan sikap berbagai 
aliran yang saling berlawanan yang tumbuh setelah pengangkatan al-Masih. 
Al-Quran menjelaskan bahawa al-Masih adalah hamba Allah SWT dan seorang rasul 
yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba dan rasul adalah kata yang sangat 
jelas ertinya, adapun yang dimaksud dengan al-Kalimah dan ar- Roh, maka kedua 
kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim memahami bahawa al-Kalimah adalah 
petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Maryam sedangkan ar-Roh adalah 
menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Roh Kudus, yaitu Jibril as. Allah SWT 
telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan roh yakni 
Jibril:
"Dan (ingatlah) ketika Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus." 
(QS. al-Maidah: 110)
Setelah 
mengemukakan keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir dari 
kehidupannya dan setelah menjelaskan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada 
kita tentang karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang dialami oleh Nabi 
Isa, kita ingin mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam 
hubungan mereka dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam 
menetapkan atau menyampaikan nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama Masehi 
- di antara agama-agama yang lain - dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari 
ketuhanan al-Masih; ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang 
dilakukannya. Namun Al-Quran menegaskan dalam nasnya bahawa agama Nasrani 
merupakan agama yang lebih dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT 
berfirman:
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras 
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang- orang Yahudi dan 
orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat 
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: 
'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang demikian itu disebabkan kerana di 
antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan 
rahib-rahib, (juga) kerana sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS. 
al-Maidah: 82)
Allah 
SWT memuji para pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya. Allah SWT 
berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya 
rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (keadaan 
tidak menikah dan mengurung diri di biara) padahal kami tidak mewajibkannya 
kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakannya untuk mencari 
keredhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak 
terdapat kontradiksi dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al- Quran terhadap 
ketuhanan al-Masih dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta 
pujiannya terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih 
dari satu: Pertama, bahawa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat sulit 
bagi para pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang 
mengakui hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan 
orang-orang Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap 
congkak di hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya; 
ketiga, sebahagian pengikut Nabi Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih 
sayang dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali 
dari keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya 
kepada kaum Muslim agar mereka memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang 
mulia dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk menentukan keyakinan 
pada setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua 
orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia 
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS. Yunus: 
99)
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); 
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (QS. al- 
Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada 
suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, 
bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan 
sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain 
sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada 
mereka: 'Saksikanlah, bahawa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri 
(kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita 
perhatikan bahawa ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara memperlakukan kaum 
Masehi sebagai individu sebagaimana ia berbicara tentang bagaimana kita 
memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu, 
kita menyaksikan ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang 
mereka perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas mengatakan bahawa mereka 
lebih dekat kecintaannya kepada orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang 
menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan 
kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan dengan keyakinan 
mereka, di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang melarang untuk memaksa 
manusia dalam bentuk apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka 
barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang 
ingin kafir biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)
Yang 
demikian itu, kerana keimanan yang didahului dengan paksaan adalah bukan 
keimanan kerana ia berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu 
adalah syarat dari keimanan. Dan barangkali inilah yang menunjukkan kesempurnaan 
Islam di lihat dari sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus 
memaksakan tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT 
dari kesalahan dan kebodohan bahawa Islam dengan sikapnya itu ingin menjauhkan 
para pengikutnya dari kalangan awam dari perdebatan yang panjang dan melelahkan 
seputar keyakinan orang lain. Tentu perdebatan tersebut tidak akan berhujung dan 
akan menjadi seperti debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya di emban oleh 
para ulama, di mana mereka membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai 
keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi 
tanggung jawab dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan 
aliran- aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang- 
orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah 
saja.
Islam 
akan kembali menjadi asing dan akan kembali menjadi asing seperti pertama kali 
terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil 
membangun suatu individu Muslim yang kukuh. Dan ketika bangunan tersebut telah 
selesai, maka sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar 
bahawa salah seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang 
tidak berhujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya memberi petunjuk 
kepada orang lain sehingga orang tersebut mengetahui jalan menuju Allah SWT 
adalah perbuatan yang indah, tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad 
seseorang untuk memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya 
orang-orang Islam membimbing mereka menuju jalan Allah SWT nescaya Allah SWT 
memberi petunjuk melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari 
hamba-hamba-Nya.
Al-Quran 
menetapkan dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab Injil: 
pertama mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih menyusui di buaian. 
Dan yang kedua mukjizat makanan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin. 
Sebagaimana Al-Quran menetapkan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Isa saat ia 
diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyeksanya 
atau membunuhnya sehingga Nabi Isa terselamatkan dan dia diangkat ke langit. 
Rasulullah saw mewasiatkan kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan 
orang-orang Masehi dengan penuh kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria 
al-Qibthiya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahawa seseorang lelaki 
dari Bani Salim bin Auf yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang 
masih Kristen, lalu ia masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana 
seandainya ia harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka 
berdua menolak agama lain selain agama Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan 
ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS. 
al-Baqarah: 256)
Ketika 
para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk berunding 
dengan Nabi, maka beliau memberi mereka setengah dari masjidnya agar mereka 
dapat melaksanakan solat dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari 
Rasulullah saw berdiri untuk melakukan solat kepada seseorang jenazah lalu 
dikatakan kepadanya bahawa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah 
menjawab: "Bukankah ia adalah manusia." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw 
bersabda: "Barang siapa yang mengganggu secara aniaya seorang Yahudi atau 
seorang Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari kiamat." Terkadang 
kekuasaan akan langgeng meskipun disertai dengan kekufuran tetapi ia tidak akan 
abadi ketika disertai dengan kelaliman.
Para 
ulama Islam berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah 
pengangkatannya. Mereka sepakat bahawa beliau tidak disalib tetapi Allah SWT 
mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib, maka bagaimana 
keadaannya setelah itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati seperti matinya 
nabi yang lain? Majoriti mengatakan bahawa Allah SWT mengangkat Isa dengan 
fiziknya dan rohnya di sisi- Nya. Mereka mengambil zahir dari 
firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 
158)
Juga 
sebahagian hadis yang mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain 
dari kalangan mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoriti, mereka 
mengatakan bahawa Nabi Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia 
mematikan nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat rohnya di sisi-Nya sebagaimana roh 
para nabi diangkat, begitu juga roh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan 
syuhada. Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya 
Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku 
serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran: 
55)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tiada ulasan:
Catat Ulasan