Permohonan  Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah SWT  Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia  biasa. Mereka adalah malaikat yang bertemu dengan Nabi Ibrahim yang  membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq dan memberitahu kepada  mereka bahwa dia adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada  kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan mana Nabi  Ibrahim telah mohon agar penurunan azab keatas kaum Sadum ditunda,  kalau-kalau mereka kembali sedar mendengarkan dan mengikuti ajakan Luth  serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam  pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anak saudaranya, Luth diselamatkan  dari azab yang akan diturunkan keatas kaum Sadum permintaan mana oleh  para malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak  akan terkena azab.
Para  malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki muda yang  berparas tampan dan badan yang berotot, tegap dan sasa tubuhnya. Dalam  perjalanan mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih dengan seorang  gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil air dari sebuah perigi.  Lelaki muda (malaikat) bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka  diterima ke rumah sebagai tetamu. Si gadis tidak berani memberi  keputusan sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka  ditinggalkanlah para lelaki muda itu oleh lalu pulang ke rumah segera  untuk memberitahu ayahnya (Luth).
Mendengar  khabar berita anak perempuannya, Nabi Luth menjadi bingung, jawapan apa  yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke  rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tetamu yang berparas  tampan dan kacak akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada  tetamu dari kaumnya yang tergila-gila untuk melakukan hubungan seks  sejenis dengan anak muda yang mempunyai tubuh bagus dan paras wajah  elok. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah  harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa  bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan  haus maksiat itu.
Nabi  Luth memutuskan untuk menerima lelaki-lelaki muda itu sebagai tetamu di  rumahnya. Luth hanya pasrah kepada Allah dan berlindung sekiranya  terdapat segala rintangan yang akan datang. Lalu pergilah ia sendiri  menjemput tetamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah  mereka bersama-sama ke rumah. Ketika itu, kota Sadum sudah diliputi  kegelapan dan manusia sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.
Nabi  Luth telah pun berpesan kepada isteri dan kedua puterinya agar  merahsiakan kedatangan anak-anak lelaki muda itu. Jangan sampai  terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Namun, kedegilan isteri Nabi Luth  yang juga sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sadum telah  membocorkan berita kedatangan tetamu Luth kepada mereka. Berita  kedatangan tetamu Luth tersebar kerana isteri Nabi Luth. Datanglah  beramai-ramai lelak-lelaki Sodom yang buta seks ini ke rumah Nabi Luth  berhajat untuk memuaskan nafsu seksual mereka setelah lama tidak  mendapat anak muda. Berteriaklah mereka memanggil Luth untuk melepas  anak-anak muda itu agar diberi kepada mereka untuk memuaskan nafsu.
Dengar  teriakan mereka, Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru  agar mereka kembali ke rumah masing-masing dan jangan menggunggu tetamu  yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan.  Mereka diberi nasihat agar meninggalkan perbuatan kebiasaan mereka yang  keji itu. Perbuatan mereka yang bertentangan dengan fitrah manusia dan  kudrat alam di mana Allah telah menciptakan manusia berpasangan antara  lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat  manusia sebagai makhluk yang termulia di atas bumi. Nabi Luth berseru  agar mereka kembali kepada isteri-isteri mereka dan meninggalkan  perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh sebelum mereka dilanda  azab dan seksaan Allah.
Seruan  dan nasihat-nasihat Nabi Luth tidak dihiraukan dan dipedulikan mereka  bahkan mereka mengugut akan membuka pintu rumahnya dengan paksa dan  kekerasan jika pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa dirinya sudah  tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang lelaki kaumnya itu yang  akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara  terus terang kepada para tamunya, "Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi  menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata  dan kekuatan fizikal yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak pula  mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat  aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahawa sebagai  tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap tetamu  dirumahku sendiri." Mendengar keluh-resah Nabi Luth, lantas anak-anak  muda itu memberitahu hal yang sebenar, mereka adalah malaikat-malaikat  yang menyamar sebagai manusia yang diutus oleh Allah untuk menurunkan  azab dan seksa atas rakyatnya kerana segala kemungkaran dan kemaksiatan  yang keji dan kotor.
Malaikat-malaikat  itu menyuruh Nabi Luth membuka pintu rumahnya seluas mungkin agar dapat  memberi kesempatan bagi orang-orang yang hauskan seks dengan lelaki itu  masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu  memijakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan  tidak dapat melihat sesuatu. Malaikat-malaikat tadi telah membutakan  mata mereka. Lalu, diusap-usap dan digosok-gosok mata mereka, ternyata  mereka sudah menjadi buta.
Lelaki-lelaki  yang menyerbu masuk ke rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau bilau  serta berlanggar antara satu dengan lain dan mereka berteriak-teriak  bertanya apa gerangannya yang menjadikan mereka buta dan ketika itulah  para malaikat berseru kepada Nabi Luth agar meninggalkan segera  perkampungan itu bersama keluarganya, kerana masanya telah tiba bagi  azab Allah yang akan ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth  dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota jangan seorang pun dari  mereka menoleh ke belakang.
Nabi  Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya  terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju  keluar kota, tidak menoleh ke kanan mahupun kekiri sesuai dengan  petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya. Akan tetapi si isteri yang  menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tergamak meninggalkan  kaumnya. Ia berada dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan  perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-henti  menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas  kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang  telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi Luth berserta kedua  puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing,  bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak  terkecuali isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran itu mendahului  suatu gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan  hujan batu yang menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta  semua pemghuninya. Bertebaran mayat-mayat yang dilaknat oleh Allah S.W.T  di kota Sodom dan hancurlah kota tersebut yang berada di laluan manusia  yang lalu-lalang. Namun, masih ditinggalkan kesan-kesan kehancuran kota  tersebut oleh Allah S.W.T sebagai peringatan kaum yang kemudian yang  melalui di jalan tersebut. Demikianlah kebesaran dan ayat Allah yang  diturunkan untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi hamba-hamba-Nya yang  mendatang.
KISAH NABI LUTH DI DALAM AL-QURAN

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tiada ulasan:
Catat Ulasan