Mungkin bagi Anda yang masih awam tentang teknologi parabola, tips berikut akan berguna sebagai pengetahuan Anda sebelum membeli sebuah produk antena parabola dan perlengkapannya. Teliti sebelum membeli, karena sesal kemudian tak berguna.
Antena parabola ada dua macam, yaitu antena parabola yang solid (terdapat tiga buah pilihan, yaitu antena yang terbuat dari seng, galvanish dan juga aluminium alloy), maupun antena parabola yang terbuat dari kawat/kasa nyamuk (parabola mesh). Antena parabola solid relatif lebih mahal harganya daripada antena parabola mesh. Yang paling baik kualitasnya adalah yang terbuat dari aluminium alloy. Lalu apa perbedaannya? Perbedaannya terletak pada sinyal siaran yang ingin ditangkap. Parabola mesh, terutama yang diameternya berukuran di atas 9 feed, bisa digunakan untuk menangkap sinyal siaran satelit televisi yang memiliki polarisasi kiri-kanan (left-right), misalnya siaran satelit televisi dari satelit Amerika, Eropa dan terutama Rusia yang umumnya masih menggunakan polarisasi L-R (kiri-kanan). Polarisasi adalah arah berjalannya frekuensi gelombang yang diterima oleh antena parabola. Dewasa ini, polarisasi yang paling umum ditemui adalah yang menggunakan polarisasi V-H (vertikal horisontal). Walau demikian, antena parabola mesh bisa juga digunakan untuk menangkap sinyal satelit yang berpolarisasi V-H, namun kualitas sinyalnya lebih baik pada antena parabola solid.
Berikut dijabarkan secara singkat mengenai sinyal satelit yang bisa diterima oleh tiap spesifikasi parabola:
1. Sinyal siaran televisi satelit berfrekuensi C-band (antena parabola solid maupun mesh yang menggunakan LNBF C-band) dengan polarisasi LNB vertikal-horisontal. LNB adalah alat yang terdapat pada pucuk/bagian paling atas/ujung parabola yang gunanya untuk menerima sinyal satelit, sementara antena parabola berfungsi sebagai reflektor untuk menerima sinyal. Sinyal siaran televisi satelit berfrekuensi C-band yang bisa diterima di Indonesia (berturut-turut dari arah Barat ke Timur) adalah meliputi satelit-satelit Intelsat 7-10 (Afrika, Eropa), Edusat (India), Insat 3C (India), ABS1 (India), Telstar 10 (Pakistan dan Eropa: Turki, Yunani), Thaicom5 (Thailand, India, Pakistan, Turki, Rusia, Belanda, dsb), Insat 2E-3B-4A (India), ST1 (Taiwan), Mea3 (Malaysia), Insat 3A-4B (India), Asia2 segera akan berganti dengan satelit baru - Asia5 yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ini (Arab, Spanyol, Jerman, Rusia, Macau, India, Hongkong, Brunei, Amerika), Asia3S (India, Pakistan, Perancis, Macau, Hongkong, Taiwan), Telkom1 (Indonesia: FTA, Yestv, Telkomvision), Palapa C2 akan segera diganti dengan satelit Palapa D yang akan diluncurkan beberapa bulan lagi(Indonesia, Jepang, Arab, Korea), Chinasat6B (RRC/Cina, Hongkong, Macau), Asia4 (India, Perancis), Sinosat3 (Macau, RRC), Vinasat1 (Vietnam, Khmer), Apstar6 (RRC, Indonesia), Telstar 18 (Taiwan, Thailand), Agila2 (Filipina, Amerika, Hawaii), Intelsat8 (Hongkong, Taiwan, Korea, Australia, Inggris, Amerika/California, Amerika Latin/Mexico), Intelsat5 (Amerika, Australia, Arab), GE23 (Amerika). Sumber: http://www.lyngsat.com dan http://www.satcodx.com.
2. Sinyal siaran televisi satelit berfrekuensi C-band (antena parabola solid maupun mesh yang menggunakan LNBF C-band) dengan polarisasi LNB kiri-kanan (L-R). Untuk mendapatkan sinyal ini agak sulit secara teknisnya, dan teknisi parabola yang mahir/ahli baru bisa memperoleh sinyal satelit dengan polarisasi ini (sinyalnya biasanya agak lemah). LNB yang digunakan biasanya adalah LNB bermerek Yuri (buatan Rusia), LNB Fuji (buatan Jepang), atau LNBF C band biasa yang diberi sekat pemisah. Sinyal televisi satelit yang bisa diperoleh umumnya adalah sinyal satelit televisi lokal Rusia dan televisi Amerika maupun Eropa. Berikut satelit-satelit yang kemungkinan masih bisa diterima di wilayah Indonesia (berturut-turut dari arah Barat ke Timur): Yamal 202 (Rusia), Intelsat 906 (Afrika), Express MDI (Rusia), Express AM3 (Rusia), Intelsat 701 (Brazil, Amerika, Thailand), NSS9 (Afrika). Sumber: http://www.lyngsat.com dan http://www.satcodx.com.
3. Sinyal siaran televisi satelit berfrekuensi S-band (antena parabola solid menggunakan LNB S-band). Sinyal satelit dengan frekuensi S-band ini cukup langka dan tidak banyak digunakan di dunia, dan hanya bisa menangkap sinyal satelit Cakrawarta (paytv Indovision), Protostar1 (paytv Indovision) dan Protostar2 (paytv Indovision). Sumber: http://www.lyngsat.com dan http://www.satcodx.com.
4. Sinyal siaran televisi satelit berfrekuensi Ku-band (antena parabola solid menggunakan LNB ku-band). Kelemahan sinyal satelit Ku-band adalah sinyalnya yang tidak sekuat sinyal C-band. Sinyal Ku-band biasanya mengalami gangguan saat cuaca buruk, seperti mendung, hujan atau angin badai. Bila terjadi gangguan cuaca, maka sinyal gambar maupun audio dari siaran televisi satelit akan terganggu (gambar mirip gambar VCD rusak ; kotak-kotak, suaranya criet-criet). Siaran baru bisa dinikmati kualitas gambar dan suaranya secara sempurna saat cuaca cerah. Beberapa satelit yang siaran televisinya menggunakan sinyal Ku-band yang bisa ditangkap di wilayah Indonesia, antara lain adalah Edusat (India), ABS1 (India, Arab, Rusia), Telstar 10 (Taiwan), Thaicom 5 (Thailand), Insat 3B-4A (India), ST1 (Taiwan), Yamal 201 (Rusia), Mea3 (Malaysia: paytv Astro), Insat 3A-4B (India), NSS6 (India, Yunani), Asia2 (Cina), Asia3s (Arab, Iran), NSS11 (RRC/Cina), Agila2 (Taiwan), Optus C1, D1, D2 (Australia, New Zealand).
5. Sinyal siaran televisi satelit + internet (IPTV) alias TV internet (gosipnya segera hadir di Indonesia, menggunakan antena parabola solid plus koneksi internet, menggunakan LNB Ka-band).
Sebagai informasi, sinyal televisi satelit C-band maupun Ku-band ada yang bertipe MPEG2 (televisi biasa dengan resolusi rendah 350 - 600 pixel), dan juga ada yang bertipe MPEG4 (HDTV atau televisi dengan resolusi gambar tinggi 1080 pixel - 1800 pixel). Receiver/decoder yang digunakan pun jelas berbeda, untuk siaran televisi satelit dengan sinyal MPEG2 menggunakan decoder/receiver yang memakai sistem MPEG2 (banyak ditemui di pasaran dengan harga berkisar antara 450 ribu - 1 juta), sementara receiver/decoder dengan sinyal MPEG4 (HDTV) agak langka di pasaran, dan harganya masih cukup mahal berkisar antara 2,5 juta rupiah hingga yang puluhan juta rupiah per unit. Macam dan jenis receiver/decoder masih dibedakan lagi berdasarkan fungsinya sebagai receiver untuk sinyal televisi satelit FTA (Free To Air/sinyal televisi gratisan) atau sinyal televisi satelit PayTV (televisi berlangganan, seperti Indovision, Telkomvision, Yestv, AORA, TopTv, karena macam kartu paytv cukup beragam mulai dari yang berjenis irdeto, nagravision, NDS dan banyak lagi. Receiver yang multiguna yang support berbagai jenis kartu, tentunya harganya lebih mahal, apalagi receiver yang dilengkapi dengan koneksi internet untuk card sharing (seperti yang bermerek DM 500) tentunya harganya lebih mahal lagi (di atas kisaran 1 juta rupiah). Sebagai konsumen Anda sebaiknya berhati-hati dalam memilih jasa paytv, karena penggunaan metode card-sharing dengan koneksi internet, tergolong melanggar hukum (ilegal). Jadi supaya aman, lebih baik memilih provider televisi berlangganan yang jelas dan resmi, seperti Telkomvision, Yestv, TopTv, Indovision, AORA, kabelvision (kabelvision menggunakan sistem kabel terestrial tanpa antena parabola). Tapi, siaran satelit gratisan pun (FTA) sudah cukup baik dan cukup menghibur dengan begitu banyak chanel musik, film, drama, dan seni budaya. Selain murah (tanpa bayar), siaran FTA adalah yang paling banyak digemari masyarakat Indonesia, di samping siaran televisi nasional (televisi terestrial menggunakan antena TV biasa).
Lalu apa beda antara C-band dan Ku-band serta S-band? Bedanya terletak pada kisaran frekuensinya (kalau boleh diibaratkan seperti perbedaan antara sinyal radio SW-MW, dan FM). Untuk C-band, frekuensi televisi satelit yang bisa ditangkap adalah antara 3000 Ghz - 4000an Ghz. Untuk Ku-band, frekuensi televisi yang bisa ditangkap adalah antara 12000 Ghz - di bawah 13000 Ghz.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan