Dari Hani’ Maula Utsman berkata bahwa ketika Utsman bin Affan berdiri di
depan kuburan, beliau Menangis hingga air matanya membasahi jenggotnya.
Lalu dikatakan kepadanya, “Diceritakan kepadamu tentang Surga dan
Neraka kamu tidak menangis, tetapi kamu menangis dari ini.” Maka beliau
berkata bahwa Rsulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا
مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا
بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا الْقَبْرُ
أَفْظَعُ مِنْهُ
“Kuburan adalah awal rintangan dari beberapa rintangan alam akhirat.
Jika sukses di alam itu maka setelahnya lebih mudah, dan jika tidak
sukses maka setelahnya lebih susah.” Kemudian beliau berkata bahwa
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda, “Tiada pemandangan yang pernah
saya lihat melainkan kuburan yang paling menyeramkan.” (Hasan, HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majjah, lihat Shahihul Jami’ No.5623)
Ketika seseorang hamba diantar ke kuburan dia disertai tiga hal, yaitu
keluarganya, hartanya dan amalnya. Dan yang kembali pulang dua hal yaitu
harta dan keluarganya, sedangkan yang mengikutinya ham amalnya, seperti
yang telah ditegaskan Rasulullah صلي الله عليه وسلم dalam sabdanya:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ
وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ
وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Suatu yang mengikuti mayat ada tiga, kembali pulang dua dan ikut
bersamanya satu; dihantarkan keluarganya, hartanya dan amalnya, maka
kembali pulang keluarganya dan hartanya dan yang tersisa (bersamanya)
amalnya.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i, lihat Shahihul Jami’ No.8017)
Dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya berkata:“Ketika dinding rumah Nabi
صلي الله عليه وسلم roboh sementara Umar bin Abdul Aziz pada saat itu
sedang berada di Madinah, tiba-tiba telapak kaki salah seorang penghuni
kuburan yang dikubur di rumah itu terlihat dan telapak kaki itu terkena
sesuatu sehingga berdarah. Maka Umar bin Abdul Aziz kaget sekali, lalu
Urwah masuk ke rumah tersebut. Ternyata telapak kaki itu adalah telapak
kaki Umar bin Khaththab. Maka Urwah berkata kepada beliau, ‘Engkau
jangan kaget, kaki tersebut adalah kaki Umar bin Khaththab رضي الله
عنه.’ Lalu beliau menyuruh membangun kembali dinding tersebut dan
dikembalikan seperti keadaan semula.” (Lihat Kitab Majmu Rasail Ibnu Rajab, Risalah Ahwalul Qubur, hal. 175)
Abu Umamah al-Bahili berkata,“Sesungguhnya kalian pada pagi dan petang
berada dalam hunian yang meraup kebaikan dan keburukan. Dan
hampir-hampir kalian akan pergi meninggalkannya menuju hunian lain yaitu
kuburan, suatu hunian yang sangat menyeramkan dan rumah yang sangat
gelap, tempat tinggal yang sangat sempit kecuali yang diluaskan Allah,
kemudian kalian akan dibangkitkan pada Hari Kiamat.” (idem, hal. 258)
Umar bin Abdul Aziz رحمه الله berkata kepada salah seorang
pendampingnya,“Wahai Fulan, Aku tadi malam tidak bisa tidur karena
merenungkan sesuatu.” Dia berkata, “Apa yang sedang Engkau renungkan,
wahai Amirul Mukmmin?” Beliau menjawab, “Aku sedang merenungkan kuburan
dan penghuninya. Jika kamu menyaksikan mayat pada hari ketiganya di
dalam kubur, niscaya kamu akan mendapatkan suatu bentuk sangat
mengerikan walaupun sebelum mati dia sangat menawan hati. Kamu
menyaksikan suatu hunian penuh dengan binatang binatang yang
menyeramkan, badan yang mulai mengembung dan bernanah yang dibuat
santapan cacing tanah, sedang tubuh mulai membusuk, kain kafan mulai
hancur, sementara dahulu di dunia penampilannya sangat menawan, aroma
tubuhnya sangat semerbak wangi dengan parfum dan pakaiannya sangat
bersih dan indah.” Setelah itu beliau tersungkur pingsan.” (idem, hal.
290)
Dari Yahya bin Abu Katsir bahwa Abu Bakar رضي الله عنه pernah
berkhutbah,“Di manakah mereka yang berwajah rupawan, yang bangga dengan
usia remajanya, yang silau dengan keperkasaannya, namun hal itu tidak
pernah dipersembahkan untuk peperangan? Di manakah mereka yang telah
membangun kota-kota besar yang dilindungi dengan benteng-benteng yang
kokoh? Semuanya telah ditelan oleh masa dan semuanya akan menuju kepada
gelapnya kuburan.” (idem, hal. 295)
Umar bin Dzar berkata,“Andaikata orang yang sehat wal’afiyat mengetahui
tubuh penghuni alam kubur hancur lebur (dimakan cacing tanah), maka
mereka akan sungguh-sungguh dan serius selama berada di dunia karena
takut pada suatu hari, di mana hati dan mata tercengang karena
ketakutan.” (idem, hal. 296)
Abu Abdurahman al-Umari al-Abid berkata,“Wahai para pemilik
istana-istana yang megah! Ingatlah gelapnya hiburan yang menyeramkan,
wahai orang-orang yang bergelimang kenikmatan dan kelezatan, ingatlah
cacing tanah, darah campur nanah dan hancurnya jasad bersama tanah.”
(idem, hal. 260)
DERITA DAN NIKMAT ALAM BARZAKH
Seorang muslim wajib beriman bahwa azab kubur merupakan perkara yang
haq, dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir kepada penghuni kubur
tentang Tuhannya, agamanya dan Nabinya suatu perkara yang pasti.(Lihat
Tahdzib Syarah Thahawiyah, hal. 237).
Maka Abu Abdullah berkata,“azab kubur suatu yang hak dan tidak ada yang
mengingkarinya kecuali orang sesat dan menyesatkan.” (Lihat Kitab
ar-Ruh, Ibnu Qayyim, hal. 76)
Dan demikian itu berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma sahabat, maka
kuburan merupakan liang dari taman surga atau liang dari jurang neraka,
sehingga ketika seorang hamba mati dan dimasukkan ke liang kubur
berarti ia telah mengawali alam akhiratnya. Ketahuilah, para pembela
kebenaran sepakat bahwa Allah menciptakan untuk sang mayat suatu
kehidupan yang bisa berupa kesengsaraan dan kelezatan di alam
kubur.(Lihat Syarah Fikih Akbar, Mullah al-Qari, hal. 209).
Dan seorang tidak tahu secara persis berapa lama ia harus tinggal di
kampung hunian kuburan tersebut, kuburan adalah alam yang paling
menakutkan setiap salafush shalih. Dalam hadits Barra bin Azib رضي الله
عنه yang panjang, bahwa tatkala Rasulullah duduk di kuburan beliau
bersabda “Berlindunglah kalian kepada Allah dari azab kubur.” Ucapan itu
diulang hingga dua atau tiga kali, kemudian beliau menuturkan tentang
kondisi mayat mukmin dengan bersabda, “Maka ruhnya dikembalikan ke
jasadnya kemudian datanglah dua malaikat dan keduanya mendudukkannya
lalu keduanya bertanya, ‘Siapakah Tuhanmu?’ Maka ia menjawab, ‘Tuhanku
adalah Allah. Keduanya bertanya lagi, ‘Apa agamamu?’ Maka ia men jawab,
‘Agamaku adalah Islam.’ Keduanya bertanya lagi “Siapa orang yang diutus
kepadamu?’ Maka ia menjawab ‘Dia adalah Muhammad sebagai utusan Allah’.
Lalu keduanya bertanya kepadanya, ‘Bagaimana kamu bisa tahu tentang hal
itu?’ Ia menjawab, ‘Saya membaca Kitabullah lalu saya beriman dan
membenarkannya.’”
“Maka terdengarlah dari langit suara panggilan yang memanggil. ‘Jawaban
hamba-Ku sudah benar. Maka hamparkanlah (permadani) dari surga dan
bukakan pintu menuju arah surga serta berikanlah pakaian dari surga.’
Beliau bersabda, “Maka masuklah ke alam kubur aroma semerbak dan
wanginya surga lalu alam kuburnya diluaskan sejauh pandangan matanya.”
Beliau melanjutkan, “Maka datanglah seorang lelaki yang berwajah tampan,
berpakaian bagus dan menamakan wewangian lalu ia berkata,
‘Bergembiralah dengan sesuatu yang pernah dijanjikan kepadamu. Maka si
mayat bertanya kepadanya, ‘Siapa kamu? Wajahmu datang membawa kebaikan.’
Maka ia menjawab, ‘Maka saya adalah amal shalihmu.’ Maka ia berkata,
‘Ya Allah, bangkitkan segera Hari Kiamat hingga aku bisa kembali kepada
keluargaku dan hartaku.’
Kemudian beliau menceritakan kematian orang kafir beliau bersabda, “Maka
ruhnya dikembalikan ke jasadnya lalu datanglah dua malaikat dan
mendudukkannya lalu keduanya bertanya kepadanya, ‘Siapa Tuhanmu?’ la
menjawab, ‘Ha… ha… saya tidak tahu’. Lalu keduanya berlanya lagi, ‘Apa
agamamu?’ Ia menjawab, ‘Ha… ha… saya tidak tahu’. Keduanya bertanya
lagi, “Siapa yang diutus kepadamu menjadi nabi?’ Ia menjawab, ‘Ha… ha
saya tidak tahu’.
Maka terdengarlah suara panggilan memanggil dari alas langit, “Ia
berdusta. Hamparkanlah permadani dari neraka, berikanlah pakaian dari
neraka dan bukakanlah pintu menuju neraka.”
Beliau bersabda, “Maka masuklah panasnya dan racunnya neraka, sehingga
tulang rusuknya berantakan dan datanglah seorang lelaki yang berwajah
buruk, berpakaian kumal dan berbau busuk. Lalu ia berkata,
‘bergembiralah dengan nasib buruk ini yang telah dijanjikan kepadamu
sebelumnya.’ Si mayat bertanya, ‘Siapakah dirimu? Datang berwajah
buruk?. Ia menjawab ‘Saya adalah amal burukmu’. Maka ia berkata, ‘Ya
Tuhan-ku, janganlah Engkau bangkitkan Hari Kiamat.’”
Ada tambahan dari hadits Jarir bahwa beliau bersabda, “Kemudian
dihadirkan orang buta dan bisu yang ditangannya terdapat cemeti terbuat
dari besi. Andaikata digunakan untuk memukul gunung, maka gunung itu
akan menjadi debu bertebaran.”
(Shahih, HR. Abu Daud, Ahmad dan Hakim dalam Mustadraknya dan beliau
berkata bahwa hadits ini shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim dan
dishahihkan Ibnu Qayyim dalam Tadzhibus Sunan 4/ 348-349)
Begitulah wahai saudaraku, kenikmatan surga bisa sampai kepada hamba
pada saat masih berada di alan kubur, dan demikian pula siksaan neraka
sampai kepada hamba pada saat masih berada di alam kubur, hingga
malaikat Israfil meniup sangkakala sebagai pertanda Hari Kiamat tiba.
Pasca kematian bukan tempat peristirahatan namun alam pertanggungjawaban
dan tempat untuk menghisab seluruh amal perbuatan, maka sang penyair
berkata: “Jikalau kita telah mati dibiarkan maka kematian menjadi
tujuan setiap yang hidup. Tetapi tatkala kita mati pasti dibangkitkan
dan ditanya tentang segala sesuatu.”
Wahai Dzat pengambil nyawa dari jiwa manusia pada saat kematian, wahai Dzat Pengampun dosa, jauhkanlah kami dari siksa kubur.
SIKSA KUBUR MENIMPA JASAD DAN RUH
Menurut pendapat yang shahih siksa kubur menimpa jasad dan ruh seperti yang telah ditegaskan dalam hadits-hadits berikut ini:
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه bahwa seorang lelaki atau wanita
berkulit hitam, tukang sapu masjid meninggal dunia lalu dikubur pada
malam hari, kemudian diberitahukan kepada Rasulullah صلي الله عليه
وسلم, dan beliau bersabda:
إِنَّ هَذِهِ اَلْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا, وَإِنَّ اَللَّهَ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلَاتِي عَلَيْهِمْ
“Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi dengan kegelapan bagi penghuninya.
Dan Allah Azza wa Jalla memberi cahaya pada kuburan itu dengan shalatku
atas mereka.” Maka beliau mendatangi kuburannya dan shalat atasnya.”
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan Imam
al-Haitsami dalam MajmaZawaidnya (4191) 3/ 145-146 dari Anas bin Malik)
Dan dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata: “Pada suatu hari
ketika Saad bin Muadz dikubur maka Nabi صلي الله عليه وسلم duduk di
hadapan kuburannya lalu bersabda: ‘Seandainya seseorang bisa selamat
dari siksa kubur atau pertanyaan di alam kubur maka Sa’ad bin Muadz
pasti selamat darinya, namun dia diimpit dengan sekali impitan kemudian
dilonggarkan darinya.’” (Shahih diriwayatkan Imam at-Thabrani dalam
al-Kabir (10827), Imam al-Haitsami dalam Majma Zawaidnya (4257) dan
Silsilah Ahadits Shahihah (1695).
Menurut pendapat yang benar bahwa siksa kubur menimpa ruh dan jasad seperti yang telah ditegaskan Imam Ibnu Rajab, “Di
antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa siksa kubur menimpa jasad dan
ruh adalah hadits-hadits yang menjelaskan tentang mayat yang diimpit di
alam kuburnya hingga tulang rusuknya hancur berantakan. Kalau siksa
kubur hanya menimpa ruh saja maka tidak hanya khusus terjadi di alam
kubur saja dan tidak perlu dinisbatkan kepadanya.” (Lihat Kitab Majmu Rasail Ibnu Rajab, risalah Ahwalul Qubur, hal. 192)
Imam As-Subki berkata, “Kembalinya ruh ke jasad di alam kubur
merupakan ketetapan (final) berdasarkan hadits shahih yang berlaku bagi
semua mayat terutama bagi orang-orang yang mati syahid.” (Lihat Syarhus Sudur, Imam as-Suyuthi, hal. 204)
Ibnu Qayyim berkata, “Jika kamu telah mengetahui beberapa pendapat yang
batil, maka ketahuilah madzhab salaful ummah dan para imam sunnah
(bersepakat) bahwa seorang hamba setelah mati berada dalam nikmat atau
azab di alam kubur. Dan demikian itu menimpa ruh dan jasadnya. Dan
setelah ruh berpisah dari badan maka ia terus berada dalam nikmat atau
azab. Dan terkadang menimpa badan sehingga ia mendapat nikmat atau azab.
Kemudian pada saat kiamat besar maka ruh-ruh tersebut dikembalikan ke
badan lalu semuanya bangkit dari alam kubur mereka untuk menghadap
Rabbul Alamin. Sedang kembalinya ruh ke jasad telah terjadi kata sepakat
antara kaum muslimin, Yahudi dan Nasrani.” (Lihat Kitab ar-Ruh, Ibnu
Qayyim, hal. 69)
Inilah yang dimaksud sabda Nabi,“Sesungguhnya nyawa orang beriman
berbentuk burung yang bertengger di pohon surga hingga dikembalikan
Allah ke jasadnya pada hari Allah membangkitkannya.”
(Imam as-Suyuthi berkata bahwa hadits ini diriwayatkan Imam Malik, Ahmad
dan Nasa’i dengan Sanad yang shahih. Imam Ibnu Katsir berkata: Hadits
ini sandanya shahih (lihat Syarhus Sudur, hal. 306 dan Tafsir Ibnu
Katsir tafsir surat ali Imran ayat: 169)
BENTUK-BENTUK SIKSA KUBUR
Bentuk dan macam siksa kubur banyak sekali, di antara bentuk dan macam siksa kubur yang menimpa para penghuninya adalah:
1. Alam Kubur Sangat Gelap dan Seram
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ هَذِهِ اَلْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا, وَإِنَّ اَللَّهَ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلَاتِي عَلَيْهِمْ
“Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi dengan kegelapan bagi penghuninya.
Dan Allah Azza wa Jalla memberi cahaya pada kuburan itu dengan shalatku
atas mereka.” (Telah Berlalu takhrijnya)
2. Azab Kubur Dipukul dengan Cemeti Besi
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ
حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ
فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ
عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ
النَّارِ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا
وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ
أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ثُمَّ
يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ
صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ
“Sesungguhnya seorang hamba ketika diletakkan di liang kubur dan para
pengantar pulang maka ia mendengar suara terompah mereka. Datanglah dua
malaikat lalu mendudukkannya kemudian bertanya, Apa komentarmu tentang
Muhammad?’ Adapun orang mukmin menjawab, Aku bersaksi bahwa dia adalah
hamba Allah dan utusan-Nya.’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Lihat tempat
tinggalmu dari api neraka telah diganti oleh Allah dengan tempat tinggal
dari surga.’ Maka ia bisa melihat keduanya. Dan adapun orang munafik
dan orang kafir, maka ditanya, Apa komentarmu tentang orang ini
(Muhammad)?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak tahu. Aku mengatakan sebagaimana
yang dikatakan orang-orang.’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Kamu tidak
mengerti dan tidak tahu.’ Dan dia dipukul dengan gadam yang terbuat dari
besi sekali pukulan. Maka ia berteriak kencang hingga didengar makhluk
yang ada disekitarnya kecuali manusia dan jin!” (HR. Bukhari)
3. Azab Kubur dengan Diimpit Bumi
Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata, “Pada suatu hari ketika Saad bin
Muadz dikubur maka Nabi صلي الله عليه وسلم duduk di hadapan kuburannya
lalu bersabda, ‘Seandainya seseorang bisa selamat dari siksa kubur atau
pertanyaan di alam kubur maka Sa’ad bin Muadz pasti selamat darinya,
namun dia diimpit dengan sekali impitan kemudian dilonggarkan darinya.”
(Telah berlalu Takhrij-nya)
4. Azab Kubur dengan Dibelit Ular Berbisa
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
يُرْسَلُ عَلَي الكَافِرِ حَيَّتَانِ وَاحِدَةٌ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ
وَأُخْرَي مِنْ قِبَلِ رِجْلَيْهِ تَقْرِضَانِهِ قَرْضًا كُلَّمَا
فَرَغَتَا عَادَتَا إِلَي يَوْمِ القِيَامَةِ
“Dikirim kepada orang kafir dua ekor ular, seekor ular dari arah
kepalanya dan yang lainnya dari arah kakinya yang membelitnya dengan
kuat, ketika tuntas maka kembali membelitnya hingga Hari Kiamat.” [Hasan diriwayatkan Imam al-Haitsami dan beliau berkata: Diriwayatkan Ahmad dan sanad hadits ini hasan. No: 3/180 (4284)]
5. Azab Kubur Dibakar dengan Api
Sebagian penghuni kubur disiksa dengan api neraka pada pagi dan petang[1] seperti firman Allah:
ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ
مُّبِينٍ. إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْماً
عَالِينَ
“Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda
(kebesaran Kami), dan bukti yang nyata. Kepada Fir’aun dan
pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah
orang-orang yang sombong.” (QS Al-Mukminun [23]: 45-46).
[1] Maksud Penulis mungkin adalah firman Allah:
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari
terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan
kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (QS Al-Mu’min/ Ghofir [40]: 46) (Ibnu Majjah)
6. Azab Kubur untuk Orang Sombong
Di antara pemicu siksa kubur adalah sikap angkuh dan sombong, sebagaimana sabda Nabi صلي الله عليه وسلم:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي حُلَّةٍ تُعْجِبُهُ نَفْسُهُ مُرَجِّلٌ
جُمَّتَهُ إِذْ خَسَفَ اللَّهُ بِهِ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ
“Ketika seseorang sedang berjalan, mengenakan pakaian yang merasa bangga
diri dan rambut tersisir dengan baik, tiba-tiba Allah tenggelamkan ke
bumi dan dia dalam keadaan sekarat hingga Hari Kiamat.” (HR. Bukhari)
7. Azab Kubur bagi Koruptor dan Pemakan Harta Haram
Rasulullah bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِي أَخَذَهَا يَوْمَ
خَيْبَرَ مِنْ الْمَغَانِمِ لَمْ تُصِبْهَا الْمَقَاسِمُ لَتَشْتَعِلُ
عَلَيْهِ نَارًا
“Dan demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya sehelai kain
kecil dari harta ghanimah yang dia curi pada perang Khaibar yang diluar
pembagian ghanimah akan menjadi bara api (di alam kuburnya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
8. Azab Kubur Bagi Orang yang Suka Ghibah atau Namimah dan Tidak Menjaga Kencing
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا
أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ
فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً
فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا
مَا لَمْ يَيْبَسَا
“Sesungguhnya keduanya disiksa dan keduanya tidak disiksa dalam perkara
besar. Adapun yang pertama tidak menjaga dari percikan kencing dan yang
kedua berjala’ di muka bumi dengan namimah.” Kemudian beliu mengambil
pelepah kurma basah dan membelai menjadi dua lalu beliau menancapkan
pada setia} kuburan satu pelepah kurma.” Mereka berkata “Wahai
Rasulullah, kenapa engkau melakukan itu?” Beliau bersabda,
“Mudah-mudahkan diringankan (siksa kubur) dari keduanya, selagi (pelepah
kurma itu) belum kering.” (HR. Bukhari dan Muslim)
9. Azab Kubur Bagi Khatib Gadungan
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
“Aku pernah mendatangi sekelompok laki-laki pada waktu Isra’ mi’rajku
yang lisan mereka sedang dipotong-potong dengan alat pemotong dari
neraka. Aku bertanya, ‘Siapakah mereka, wahai Jibril?’ Beliau menjawab,
‘Mereka adalah para khatib dari umatmu yang memerintahkan manusia dengan
kebaikan sementara melupakan diri mereka sendiri padahal mereka membaca
al-Kitab, apakah mereka tidak berfikir?’”
(Shahih diriwayatkan Imam al-Haitsami dalam Majma Zawaid dan beliau
berkata: Hadits ini diriwayatkan Abu Ya’la dan para perawinya adalah
para perawi hadits shahih. (7/279) dan lihat Shahihul Jami’ no: 129)
10. Azab Kubur yang Menimpa Pendusta, Pezina, Pemakan Riba, Meninggalkan Shalat dan Orang yang Menelantarkan Al-Qur’an
Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda:
لَكِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَأَخَذَا بِيَدِي
فَأَخْرَجَانِي إِلَى الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ
وَرَجُلٌ قَائِمٌ بِيَدِهِ كَلُّوبٌ مِنْ حَدِيدٍ قَالَ بَعْضُ
أَصْحَابِنَا عَنْ مُوسَى إِنَّهُ يُدْخِلُ ذَلِكَ الْكَلُّوبَ فِي
شِدْقِهِ حَتَّى يَبْلُغَ قَفَاهُ ثُمَّ يَفْعَلُ بِشِدْقِهِ الْآخَرِ
مِثْلَ ذَلِكَ وَيَلْتَئِمُ شِدْقُهُ هَذَا فَيَعُودُ فَيَصْنَعُ مِثْلَهُ
قُلْتُ مَا هَذَا قَالَا انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى
رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ عَلَى قَفَاهُ وَرَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى رَأْسِهِ بِفِهْرٍ
أَوْ صَخْرَةٍ فَيَشْدَخُ بِهِ رَأْسَهُ فَإِذَا ضَرَبَهُ تَدَهْدَهَ
الْحَجَرُ فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ لِيَأْخُذَهُ فَلَا يَرْجِعُ إِلَى هَذَا
حَتَّى يَلْتَئِمَ رَأْسُهُ وَعَادَ رَأْسُهُ كَمَا هُوَ فَعَادَ إِلَيْهِ
فَضَرَبَهُ قُلْتُ مَنْ هَذَا قَالَا انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا إِلَى
ثَقْبٍ مِثْلِ التَّنُّورِ أَعْلَاهُ ضَيِّقٌ وَأَسْفَلُهُ وَاسِعٌ
يَتَوَقَّدُ تَحْتَهُ نَارًا فَإِذَا اقْتَرَبَ ارْتَفَعُوا حَتَّى كَادَ
أَنْ يَخْرُجُوا فَإِذَا خَمَدَتْ رَجَعُوا فِيهَا وَفِيهَا رِجَالٌ
وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ فَقُلْتُ مَنْ هَذَا قَالَا انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا
حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ مِنْ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى
وَسَطِ النَّهَرِ قَالَ يَزِيدُ وَوَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ عَنْ جَرِيرِ بْنِ
حَازِمٍ وَعَلَى شَطِّ النَّهَرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ
فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهَرِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ
رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيهِ فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ فَجَعَلَ
كُلَّمَا جَاءَ لِيَخْرُجَ رَمَى فِي فِيهِ بِحَجَرٍ فَيَرْجِعُ كَمَا
كَانَ فَقُلْتُ مَا هَذَا قَالَا انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا حَتَّى
انْتَهَيْنَا إِلَى رَوْضَةٍ خَضْرَاءَ فِيهَا شَجَرَةٌ عَظِيمَةٌ وَفِي
أَصْلِهَا شَيْخٌ وَصِبْيَانٌ وَإِذَا رَجُلٌ قَرِيبٌ مِنْ الشَّجَرَةِ
بَيْنَ يَدَيْهِ نَارٌ يُوقِدُهَا فَصَعِدَا بِي فِي الشَّجَرَةِ
وَأَدْخَلَانِي دَارًا لَمْ أَرَ قَطُّ أَحْسَنَ مِنْهَا فِيهَا رِجَالٌ
شُيُوخٌ وَشَبَابٌ وَنِسَاءٌ وَصِبْيَانٌ ثُمَّ أَخْرَجَانِي مِنْهَا
فَصَعِدَا بِي الشَّجَرَةَ فَأَدْخَلَانِي دَارًا هِيَ أَحْسَنُ وَأَفْضَلُ
فِيهَا شُيُوخٌ وَشَبَابٌ قُلْتُ طَوَّفْتُمَانِي اللَّيْلَةَ
فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ قَالَا نَعَمْ أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ
يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ
حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ
الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ
يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي
الثَّقْبِ فَهُمْ الزُّنَاةُ وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهَرِ آكِلُوا
الرِّبَا وَالشَّيْخُ فِي أَصْلِ الشَّجَرَةِ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ
السَّلَام وَالصِّبْيَانُ حَوْلَهُ فَأَوْلَادُ النَّاسِ وَالَّذِي يُوقِدُ
النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ وَالدَّارُ الْأُولَى الَّتِي دَخَلْتَ
دَارُ عَامَّةِ الْمُؤْمِنِينَ وَأَمَّا هَذِهِ الدَّارُ فَدَارُ
الشُّهَدَاءِ وَأَنَا جِبْرِيلُ وَهَذَا مِيكَائِيلُ فَارْفَعْ رَأْسَكَ
فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا فَوْقِي مِثْلُ السَّحَابِ قَالَا ذَاكَ
مَنْزِلُكَ قُلْتُ دَعَانِي أَدْخُلْ مَنْزِلِي قَالَا إِنَّهُ بَقِيَ لَكَ
عُمُرٌ لَمْ تَسْتَكْمِلْهُ فَلَوْ اسْتَكْمَلْتَ أَتَيْتَ مَنْزِلَكَ
“Akan tetapi aku bermimpi didatangi oleh dua orang lelaki lalu keduanya
memegang tanganku dan keduanya membawaku ke bumi yang disucikan,
tiba-tiba aku dapati seorang yang sedang duduk dan seorang lagi sedang
berdiri sementara di tangannya memegang tombak dari besi. Sebagian
sahabat kami berkata, ‘Dari Musa.’ Tombak besi itu ditusukkan pada pojok
mulut hingga tembus ke tengkuk. Kemudian ditusukkan pada pojok mulut
sebelahnya seperti itu. Setelah pojok mulut pulih kembali maka disiksa
lagi seperti itu.
“Aku bertanya, ‘Siapakah dia itu?’ Kedua orang itu berkata, ‘Pergilah.’
Maka kami pergi hingga bertemu dengan orang yang sedang tidur terlentang
dan seorang lagi berdiri di atas kepalanya dengan memegang alat pemukul
atau batu besar lalu dihantamkan ke arah kepalanya. Ketika dihantam
dengan batu maka batu tersebut terpental. Maka orang itu pergi untuk
mengambilnya dan tidaklah orang itu kembali melainkan kepala tersebut
rekat dan kembali seperti semula. Orang itu kembali kepadanya dan
memukulnya.
“Aku bertanya, ‘Siapakah dia itu?’ Keduanya berkata, ‘Pergilah!’ Maka
kami pergi hingga sampai di suatu tempat yang berlubang besar seperti
dapur roti bagian atas sempit sedangkan bagian bawah lebar. Dari arah
bawah ada api yang menyala. Ketika api mendekat, maka mereka terangkat
hingga mereka hampir keluar dan ketika api padam mereka kembali ke
tempat semula. Dan di dalamnya terdapat kaum laki-laki dan kaum
perempuan dalam kondisi telanjang.
Maka aku bertanya, ‘Siapakah mereka itu?’ Keduanya berkata, ‘Pergilah!”
Maka kami pergi hingga kami mendatangi sebuah sungai darah, sementara
ditengah sungai ada seorang lelaki yang berdiri. Dan di tepi sungai ada
seorang lelaki yang di hadapanya ada batu-batu. Ketika orang yang di
tengah sungai berenang ketepi dan hendak keluar darinya maka orang
tersebut melemparkan batu tepat pada mulutnya. Orang tersebut kembali ke
tempat semula. Dan setiap orang tersebut ingin ke tepi dan hendak
keluar maka dilempar dengan batu hingga kembali ke tempat semula.
Aku bertanya, ‘Siapakah dia itu?’ Keduanya berkah ‘Pergilah.’Maka kami
pergi hingga kami sampai di suah taman yang sangat hijau. Dan di
dalamnya terdapat pohon yang sangat besar dan di bawah pohon ada orang
tua dan anak-anak. Sementara ada orang laki-laki yang dekat dengan pohon
di tangannya memegang api yang dia nyalakan lalu dia membawaku ke atas
pohon dan memasukkanku ke dalam sebuah rumah yang belum pernah aku lihat
suatu rumah sebagus itu. Di dalamnu terdapat kaum laki-laki tua, para
pemuda, kaum wanita dan anak-anak. Kemudian keduanya membawaku keluar
darinya dan menaikkanku ke pohon dan memasukkan ku ke sebuah rumah yang
lebih bagus dan lebih indah. Di dalamnya terdapat kaum lelaki tua dan
para pemuda.
Aku berkata, ‘Kalian berdua telah membawaku berkeliling semalam suntuk,
maka kabarkan kepadaku tentang apa yang aku lihat?’Keduanya berkata, ‘Ya
Adapun orang yang ditusuk pojok mulutnya adalah pendusta yang berbicara
kedustaan. Lalu diambil suatu kabar darinya hingga tersebar ke seluruh
penjuru dunia dan dia disiksa sebagaimana yang kamu lihat hingga Hari
Kiamat. Adapun orang yang dihantam kepalanya dengan batu adalah orang
yang diajarkan Allah tentang Al-Qur’an lalu tidur di malam hari dan
tidak mengamalkan (Al-Qur’an) di siang hari maka dia disiksa hingga
Kiamat. Mereka yang kamu lihat berada di lubang besar maka mereka adalah
para pezina. Dan orang yang kamu lihat berada di tengah sungai adalah
pemakan riba. Dan orang tua yang berada di bawah pohon adalah Nabi
Ibrahim, sementara anak-anak yang berada di sekitarnya adalah anak-anak
umat manusia. Dan orang yang menyalakan api adalah malaikat Malik
penjaga neraka. Rumah yang kamu masuki pertama kali adalah rumah hunian
kaum mukminin secara umum. Adapun rumah berikutnya adalah rumah
orang-orang yang mati syahid. Dan Aku adalah Jibril sedang ini adalah
Mikail. Maka angkatlah kepalamu.’
“Maka aku mengangkat kepalaku tiba-tiba ke arah atas aku melihat
seperti mendung. Keduanya berkata, ‘Itu adalah rumahmu.’ “Aku berkata,
‘Biarkan aku masuk ke rumahku.’ Keduanya berkata, ‘Sesungguhnya kamu
masih punya sisa umur yang belum kamu habiskan, jika kamu telah
menyempurnakan umurmu, maka kamu akan memasuki rumahmu.” (HR. Bukhari)
PEMICU UTAMA SIKSA KUBUR
Sebab-sebab yang memicu siksa kubur yang menimpa penghuni alam barzakh terbagi menjadi dua macam:
Pertama, sebab umum yaitu mereka disiksa karena kejahilan
mereka terhadap Allah, tidak menunaikan ketaatan dan melakukan
kemaksiatan. Allah tidak menyiksa ruh yang mengenal-Nya, mencintai-Nya,
mengikuti perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan tidak menyiksa badan
untuk selamanya selagi kondisi ruhnya demikian. Dan siksa kubur dan azab
akhirat menimpa seorang hamba akibat murka dan marah Allah kepadanya.
Siapa yang perbuatan mengundang murka dan marah Nya di dunia dengan
melakukan maksiat sampai mati belum sempat bertobat, maka ia mendapat
siksa kubur sesuai kadar murka dan marah Allah kepadanya.
Kedua, sebab khusus sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah
tentang dua orang yang disiksa di alam kuburnya: orang yang pertama
disiksa karena namimah di tengah manusia dan orang yang kedua disiksa
karena tidak menjaga percikan kencing. Kemudian beliau juga menyebutkan
orang disiksa karena shalat tanpa bersuci, orang disiksa karena melewati
orang teraniaya tapi tidak menolongnya, orang disiksa karena diberi
Al-Qur’an tapi tidak shalat malam dan tidak mengamalkannya, mereka
disiksa karena berzina, mereka disiksa karena memakai harta riba, mereka
disiksa karena malas shalat subuh, mereka disiksa karena tidak mau
membayar zakat, mereka disiksa karena menyulut api fitnah di tengah umat
manusia, mereka disiksa karena sombong dan congkak, mereka disiksa
karena beramal riya, dan mereka disiksa karena suka mengumpat dan
menghina orang lain. (Lihat al-lrsyad lla Shahihal-lqtiqad, Syaikh
Shalih al-Fauzan, hl. 321-322)
Akan tetapi mayoritas siksa kubur diakibatkan karena tidak menjaga
percikan kencing, ghibah atau namimah sebagaimana yang dijelaskan Nabi
صلي الله عليه وسلم dalam sabdanya:
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا
أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ
فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً
فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا
مَا لَمْ يَيْبَسَا
“Sesungguhnya keduanya disiksa dan keduanya tidak disiksa dalam perkara
besar. Adapun yang pertama tidak menjaga dari percikan kencing dan yang
kedua berjalan di muka bumi dengan namimah”. Kemudian beliau mengambil
pelepah kurma basah dan membelah menjadi dua lalu beliau menancapkan
pada setiap kubviran satu pelepah kurma. Mereka berkata, “Wahai
Rasulullah, kenapa engkau melakukan itu?” Beliau bersabda,
“Mudah-mudahkan diringankan (siksa kubur) dari keduanya, selagi (pelepah
kurma itu) belum kering.” (Telah berlalu takhrij-nya)
Bahkan kencing menjadi faktor utama dan dominai siksa kubur seperti yang
telah ditegaskan sebuah hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
أَكْثَرُ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْ اَلْبَوْلِ
“Kebanyakan azab kubur dari kencing.” [Shahih, HR. Ahmad dan Ibnu Majah serta dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil (280)]
Imam Qatadah berkata,“Sesungguhnya (mayoritas; siksa kubur berasal dari tiga perkara: ghibah, namimah dan kencing.” (Lihat Syarhus Sudur, Imam as-Suyuthi, hal.162)
Sebagian ulama menyingkap alasan, kenapa mayoritas siksa kubur
disebabkan percikan kencing, namimah atau ghibah. Karena kuburan adalah
rintangan pertama kali akhirat dan di dalamnya terdapat berbagai macam
kejadian sebagai rentetan peristiwa yang akan terjadi setelah Hari
Kiamat, baik berupa siksa atau pahala.Sedangkan maksiat yang dilakukan
seorang hamba ada dua macam, yakni maksiat yang terkait dengan hak Allah
dan maksiat yang terkait dengan hak hamba.Sementara hak Allah yang
pertama kali dihisab adalah shalat dan hak hamba yang pertama dihisab
adalah darah. Adapun di alam Barzakh diputuskan pembuka dan pemicu
utamanya, sementara pembuka shalat adalah
bersuci dari hadats dan najis sedangkan pembuka pertumpahan darah adalah
namimah dan ghibah. Dan keduanya merupakan dosa paling mudah terjadi,
sehingga awal perhitungan dan siksaan di alam Barzakh dimulai dengan
kencing dan namimah atau ghibah. (Lihat Kitab Majmu Rasail Ibnu Rajab, risalah Ahwalul Qubur, hal.142-143)
HIKMAH AZAB KUBUR TIDAK DIDENGAR MANUSIA
Para ulama sepakat bahwa azab kubur bisa didengar oleh semua makhluk
yang berada di sekitar kuburan kecuali manusia dan bangsa jin
sebagaimana sabda Nabi:
وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ
أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ثُمَّ
يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ
صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ
“Dan adapun orang munafik dan orang kafir, maka ditanya: ‘Apa komentarmu
tentang orang ini (Muhammad)?’ Dia menjawab: ‘Aku tidak tahu. Aku
mengatakan sebagaimana yang dikatakan orang-orang. Maka dikatakan
kepadanya: ‘Kamu tidak mengerti dan tidak tahu!. ‘Dan dia dipukul dengan
gadam yang terbau dari besi sekali pukulan. Maka ia berteriak kencang
hingga didengar makhluk yang ada di sekitarnya kecual manusia dan jin.” (HR. Bukhari)
Adapun hikmahnya sebagaimana yang dijelaskai Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin (Lihat Majmu Fatawa Syaikh Utsaimin, 8/ 482-483) sebagai
berikut:
1. Karena Rasulullah bersabda: “Kalau bukan karena kalian saling
mengubur orang yang mati maka aku akan berdoa kepada Allah agar kalian
dapat mendengar siksa kubur.” (HR. Muslim)
2. Dalam rangka untuk menutup aib si mayyit.
3. Tidak membuat gundah keluarga yang masih hidup, karena bila
keluarga yang masih hidup mengetahui bahwa mayyit disiksa, pasti
hidupnya akan gelisah dan tidak merasa tentram.
4. Tidak memalukan keluarga yang masih hidup karena pasti akan
berbicara “inilah nasib anakmu’ “inilah nasib orang tuamu” dan “inilah
nasib saudaramu” dan seterusnya.
5. Bisa saja orang mendengar akan binasa karena bukan hanya
sekedar teriakan, bahkan jeritan kencang yang membuat jantung pecah,
sehingga orang yang mendengar bisa pingsan atau mati.
6. Jika manusia bisa mendengar siksa kubur maka beriman terhadap
siksa kubur merupakan perkara indrawi bukan lagi perkara ghaib, sehingga
nilai ujian akan hilang. Karena manusia akan dengan mudah beriman
dengan siksa kubur karena dia bisa menyaksikan dengan alat indranya.
Tetapi bila siksa kubur perkara ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali
dengan berita wahyu maka hikmah beriman dengan perkara ghaib menjadi
suatu yang nampak nyata.