|
Bagaimana cara berdzikir kepada Allah SWT sehingga kita siap untuk bertemu dengan-NYA?
Dzikir adalah sebuah aktivitas yang kaya akan aspek esoteris. Ia adalah
bagian laku yang harus ada dalam sebuah perjalanan suluk menempuh jalan
ruhani untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Semesta Alam. Dalam
prakteknya, berdzikir harus mengikuti aturan-aturan dan adab tertentu
sesuai dengan cara yang dituntunkan oleh para guru spiritual sepanjang
masa. Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan adab berzikir
dan tata cara zikir dengan harapan agar kita mendapatkan pengetahuan
bagaimana berdzikir yang khusyuk agar kita bisa bertemu Allah SWT.
1. Membaca lafaz LA ILAHA ILLA ALLAH. Artinya: Tiada Tuhan selain
Allah. Zikir ini disebut zikir NAFI ISBAT. Paling tidak dibaca 100 kali
setiap hari terutama dibaca setelah sholat fardhu. Khususnya setelah
Maghrib, Isya dan setelah sholat subuh. Lafaz ILLA ALLAH ini disebut
Isbat yang artinya pengecualian atas segala sesembahan kecuali hanya
Allah SWT. 2. Membaca lafaz ALLAHU. Zikir ini disebut ISMU
AL-ASMA, dibaca sebanyak 33 kali sehabis sholat fardhu, terutama setelah
sholat Isya. 3. Membaca lafaz zikir HUWA ALLAH. Zikir inilah
yang disebut sebagai zikir GHAIB AL ISMI. Zikir ini dibaca setiap hari
sebanyak 33 kali, setelah sholat fardhu, terutama setelah sholat Isya.
4. Membaca zikir HUWA, HUWA. Zikir ini disebut sebagai zikir GHAIB AL
GHAIB. Zikir ini dibaca sebanyak 34 kali setelah sholat fardhu, sehingga
jumlahnya (total item 2,3,4) sebanyak 100 kali. Adapun gerakan dalam melafazkan zikir NAFI ISBAT tersebut haruslah mengikuti aturan sebagai berikut:
1. Ketika membaca lafaz LA, maka dengan gerakan kepala, lafaz LA
tersebut dimulai dari bahu kiri menuju ke bawah ke arah perut, kemudian
diputarkan mengelilingi tali pusat lalu diteruskan ke arah atas menuju
bahu kanan; 2. Pada waktu berada di bahu kanan itulah lafaz ILAHA diucapan sambil kepalanya dimiringkan ke arah belikat kanannya; 3. Sambil kepala ditekan ke arah hati sanubarinya, lafaz ILA ALLAH diucapkan dengan penekanan pada sudut kiri bawah dada. TIGA TAHAP BERDZIKIR
Ada tiga tahap adab berdzikir. Pertama, ada lima perkara sebelum
berdzikir. Kedua, dua belas perkara pada saat mengerjakan zikir dan
ketiga, ada tiga perkara setelah berdzikir. Lima perkara yang harus dilakukan sebelum berdzikir adalah sebagai berikut: 1. Bertaubat kepada Allah SWT 2. Mandi atau mengambil air wudhu 3. Diam sambil mengkonsentrasikan diri pada zikir dengan mengikhlaskan hati sebelum berdzikir 4. Hatinya meminta tolong ( bertawasul) kepada para wali-wali Allah 5. Hatinya meminta tolong ( bertawasul) kepada Nabi Muhammad SAW Sedangkan dua belas perkara saat berzikir adalah sebagaoi berikut: 1. Duduk bersila di tempat yang suci 2. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha 3. Membuat bau harum di tempat zikir 4. Memakai pakaian yang halal dan pakai wangi-wangian 5. Pilih tempat yang tenang dan sunyi 6. Pejamkan mata 7. Bayangkan wajah wali Allah di antara kedua mata agak maju ke depan 8. Tetap istiqomah baik dalam keadaan ada orang maupun sepi 9. Tulus ikhlas hatinya saat berdzikir 10. Dzikir utama adalah LA ILAHA ILLA ALLAH 11. Berusaha menghadirkan ALLAH SWT dalam setiap mengucapkan dzikir LA ILAHA ILLA ALLAH 12. Meniadakan wujud lain selain Allah. Sedangkan tiga macam adab lainnya setelah selesai berdzikir adalah: 1. Diam sejenak sesaat setelah usai melakukan dzikir dan tetap diam di tempat 2. Mengatur dan mengembalikan nafas seperti semula 3. Menahan diri untuk minum air
Sangat dianjurkan untuk melakukan pemutihan diri dari semua amalan
negatif sebelum menjalankan ritual dzikir. Caranya adalah menjalankan
PUASA selama 7 hari. Usai menjalankan puasa baru kemudian menjalankan
amalan zikir rutin. Bagi para pejalan spiritual yang ingin lebih
mendalami laku suluknya, maka disarankan untuk melakukan dzikir dengan
cara: 1. BERTAPA (Uzlah). Ini adalah syarat agar laku suluk
kita semakin bagus. Uzlah adalah mengasingkan diri untuk sementara waktu
dari keramaian dan dari pergaulan sehari-hari. Ini biasa dilakukan oleh
murid-murid tarekat di masa silam. Bila anda berkesempatan untuk uzlah,
silahkan pergi ke gunung atau hutan dan carilah sebuah gua. Siapkan
bekal makan dan minum yang cukup untuk sekian lama Anda inginkan.
Pedoman selesainya uzlah adalah KEMANTAPAN HATI setelah bertemu dengan
apa yang dicari. Namun kini, uzlah dianggap terlalu berat sehingga
sebagai penggantinya adalah menjauhkan diri dari segala bentuk perbuatan
maksiyat dan terlarang syariat. 2. NGAWULO (Mengabdi).
Mengabdi pada “sang guru” selama berbulan-bulan atau mungkin juga hingga
bertahun-tahun. Dalam konteks sekarang, cukup kita mengabdi kepada
instruksi-instruksi yang diyakini benar dan tawadhu’ (merendahkan diri)
untuk tidak mengaku dirinya paling benar dibanding diri yang lain.
3. AMAL SHOLDAQOH. Mengadakan amal shodaqoh dan infaq sesuai dengan
kemampuan. Ini sebuah bentuk pengorbanan dan kerelaan melepaskan apa
yang dimiliki karena sesungguhnya kita hakekatnya tidak memiliki
apa-apa. Hanya DIA yang Maha Memiliki. Dalam keadaan bersih
lahir batin dan untuk sementara mengosongkan diri dari pengaruh duniawi
itulah kita menghadap Sang Khalik Yang Maha Suci. Saat bersuluk ini,
kita diharapkan untuk selalu menjauhi pikiran kotor dan suci dari batin
yang penuh prasangka negatif (suudzon) dan menggantinya dengan prasangka
baik (husnudzan) kepada Allah dan kita yakin bahwa hanya DIA-lah
sebaik-baiknya tempat bergantung. HASBUNA ALLAH WA NI’MAL WAKIL, NI’MAL
MAULA WA NI’MA N-NASIR (Cukuplah Allah sebagai tempat bersandar bagi
kami dan Dialah tempat memohon pertolongan manusia). Apa yang
akan terjadi bila kita sudah melengkapi laku suluk mulai Dzikir dan
Uzlah secara lengkap? Silahkan ditunggu kejadian-kejadian gaib luar
biasa yang akan merubah hidup Anda selamanya. Salam. ILMU TAUHID Kita bergantung kepada Allah secara mutlak tanpa ada sedikitpun rasa syak wasangka dan was-was terhadap Allah Artinya : Kita bertauhid kepada Zat, Pada Sifat, Pada Asma’ dan pada Af’al Allah Semata Tauhid pada Zat ialah :
Kita mutlak yakin bahwa zat Allah lah yang memerintah alam maya ini
(dunia dan isinya) dan tidak menyekutukan- Nya dengan yang lain Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (Ali-Imran : 109) Tauhid pada Sifat ialah : Kita bergantung sepenuhnya pada Allah. Manusia tidak berhak atas segala sesuatu kecuali dengan izin Allah Artinya : kita menafikan diri jahir kita dan mengisbatkan diri kita hanya kepada Allah semata Tauhid pada Asma’ ialah : Kita memandang bahwa setiap yang ada dan wujud kita adalah membawa nama Allah dimanapun kita berada disitu ada Allah. Tauhid pada Af’al ialah : Kelakuan kita adalah kelakuan Allah SWT semata. Artinya : kita menafikan kelakuan diri jahir kita dengan mengisbatkan diri bathin kita itu ialah kelakuan zat Allah semata. 1. Suhudul Kasra fil wahda Artinya : saksikanlah pada yang banyak itu, kepada yang satu 2. Suhudul wahda fil Kasra Artinya : saksikanlah pada yang satu itu, kepada yang banyak Ma’rifatullah ialah Mengenal Allah SWT. Pada Zat-Nya, pada Sifat-Nya, pada Asma’-Nya dan pada Af’al-Nya. 1.AWALUDIN MA’RIFATULLAH AWAL AGAMA MENGENAL ALLAH 2.LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH TIDAK SYAH SHOLAT TANPA MENGENAL ALLAH 3.MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA 4.ALASTUBIRAFBIKUM QOLU BALA SYAHIDENA BUKANKAH AKU INI TUHANMU ? BETUL ENGKAU TUHAN KAMI, KAMI MENJADI SAKSI (Q.S AL-‘ARAF 172) 5.AL INSAANU SIRRI WA ANNA SIRRUHU MANUSIA ITU RAHASIAKU DAN AKULAH RAHASIANYA 6.WAFI AMFUSIKUM AFALA TUB SIRUUN AKU ADA DI DALAM JIWAMU MENGAPA KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN 7.WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ AKU LEBIH DEKAT DARI URAT NADI LEHERMU 8.LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH AKU TIDAK AKAN MENYEMBAH ALLAH BILA AKU TIDAK MELIHATNYA LEBIH DAHULU HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH
Pada alam Raibul Ruyub yaitu dalam keadaan antah berantah pada zat
semata-mata yaitu pada belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada
bulan, belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatu. Malahan
belum ada tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, diri yang
empunya zat tersebut ialah mentajalikan diri-Nya untuk memuji diri-Nya
Lantas ditajali-Nya-lah Nur Allah dan kemudian ditajali-Nya pula Nur
Muhammad yaitu insan kamil, yang pada peringkat ini dinamakan anta ana,
ana anta. Maka yang empunya zat bertanya kepada Nur Muhammad dan
sekalian roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba.Lantas
ditanyakannya kepada Nur Muhammad, apakah Aku ini Tuhanmu? Maka
menjawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh roh, ya Engkau Tuhanku.
Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Araf
172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)”, Selepas pengakuan atau persumpahan Roh
ini dilaksanakan maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah SWT.
Seperti firman Allah dalam hadits qudsi yang artinya : “Aku suka
mengenal diriku, lalu aku jadikan makhluk ini dan perkenalkan diriku
kepada mereka lalu merekapun mengenal diriku. Apa yang dimaksud
dengan makhluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam
maya ini dijadikan dari pada Nur Muhammad. Tuhan yang empunya zat
mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri
dengan diri Rahasianya sendiri, maka diri rahasianya itu adalah
ditanggung dan diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama : Insan
yang bertubuh diri bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia
atau rohani. Firman Allah dalam hadits qudsi : Al-Insaanu Sirri wa Ana Sirruhu Artinya : Manusia itu adalah Rahasiku dan akulah yang menjadi rahasianya. Jadi yang dinamakan manusia itu ialah : karena Ia mengandung Rahasia
Dengan perkataan lain manusia itu menanggung Rahasia Allah maka manusia
harus berusaha mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhan-Nya,
sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada yang empunya
diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT. Yaitu Tatkala berpisah Roh
dengan jasad. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 58 sbb:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam hadits qudsi : Man arafa nafsahu, paqat arafa rabbahu. Artinya : barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya
Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan
rahasia-Nya itu kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semuanya
tidak sanggup menerimanya. Seperti firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72. Inna ‘araf nal amanata, alas samawati wal ardi wal jibal fa abaina anyah milnaha wa as fakna minha, wahama lahal insannu.
Artinya : sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan memikulnya dan mereasa
tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya.
Oleh karena amanat (rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi
tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas
manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang empunya Rahasia
Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri bathin/Roh)
untuk tujuan inilah maka Adam dilahirkan untuk memperbanyak diri, diri
penanggung rahasia dan berkembang dari satu dekade ke satu dekade, dari
satu generasi ke generasi yang lain sampai alam ini mengalami kiamat dan
rahasia dikumpulkan kembali. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun. Artinya : kita berasal dari Allah , kembali kepada Allah.
Ilmu Qalam ialah ilmu yang paling rendah tingkatannya yaitu Dunia.
Namun demikian dengan ilmu ini manusia sudah sampai pergi ke bulan.
Ilmu ghaib ialah ilmu yang diterima manusia melalui jalan laduni yaitu
dengan petunjuk guru ghaib yang mursyid. Melalui 5 cara : 1.Nur yaitu petunjuk ghaib yang diterima melalui mimpi-mimpi yang bisa diterjemahkan oleh guru ghaib.
2.Tajali yaitu ilmu ghaib yang diterima melalui penjelmaan buah pikiran
dari pada perasaan zuk semasa mereka menjalani latihan tarekat tasauf,
sehingga muncul dari akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah
diketahui sebelumnya. Misalnya : terbacalah olehnya sepotong do’a sedangkan do’a tersebut belum pernah di bacanya atau diketahuinya.
1.Cara Sir ialah : suatu jalan penyampaian ilmu ghaib secara rahasia,
ia hanya dapat dirasakan dan didengar oleh seseorang itu secara mutlak
dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya.
Suara tersebut akan memberi tahu sesuatu dan mengajarkan ilmu ghaib
dengan terang dan jelas berupa bisikan dan disertai dengan satu
kelejatan yang sulit untuk diceritakan 2.Cara Sirusir ialah suatu
cara penyampaian ilmu dengan cara rahasia . seseorang yang menerima ilmu
ghaib dengan cara ini mereka dapat melihat dengan mata basir dan
mendengar dengan telinga bathin. 3.Cara Tawasul ialah penjelmaan
seorang guru atau wali-wali Allah yang Ghaib dan mereka menjelma untuk
bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang menjalankan ilmu tasauf,
mereka ketemu dalam keadaan nyata (hidup) bukan dalam mimpi, dia datang
sama seperti kedatangan tamu biasa atau kawan kita. Kadang-kadang
penjelmaan mereka bisa dilihat oleh orang ramai, bila kebetulan
penjelmaan itu terdapat banyak orang. Perlu diingat kedatangan
mereka merupakan suatu penghormatan yang besar kepada Ahli tasauf atau
murid yang sedang mendalami ilmu tasauf. Bagi mereka yang dapat
menguasai dan mengalami sendiri ilmu ini maka sudah pasti mereka dapat
menjelajahi seluruh alam maya. Mereka diberi peluang untuk
menjelajahi alam lain termasuk alam barzah, syurga dan neraka, arash dan
qursyi Allah SWT,. Bagi mereka yang sudah sampai keperingkat ini
jiwanya akan tenang disamping tuhannya, semasa hidupnya didunia ini dan
juga dalam akhirat nanti, mereka adalah termasuk dikalangan manusia yang
baik dan beruntung. Ilmu Syahadah ialah merupakan Martabat ilmu yang tertinggi, karena ilmu ini Tuhan sendiri yang akan mengajarkan kepada manusia
Manusia diajarkan untuk mengenali dirinya (jasmani) dan diri bathinnya
(rohani). Hanya orang yang mempunyai maratabat tinggi disisi Allah yang
dapat menguasai ilmu ini. Ilmu ini. Ilmu ini sangat luar biasa karena
hanya dimiliki oleh para rasul, Nabi dan wali-wali Allah yang teragung.
Maka beruntunglah manusia yang termasuk wali-wali Allah. ……..Man Arafa Nafsahu, Fakat Arafa Rabbahu……(“Barang Siapa Mengenal Dirinya Maka IA akan Mengenal Tuhan-nya”) Nyawa : 1.Nafas ; Berada dimulut yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia 2.Ampas ; Berada dihidung yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia 3.Tanapas ; Berada ditengah-tengah antara telinga kanan dan telinga kiri
4.Nupus ; Berada dijantung yaitu keadaan kedalam jua, tidak keluar
tidak kekanan, maupun kekiri, keatas maupun kebawah, kehadapan maupun
kebelakang, yaitu Alif pada insan yang meliputi sekalian tubuh manusia. Hidup Nafas Karena Ampas Hidup Ampas Karena Tanapas Hidup Tanapas Karena Nupus Hidup Nupus Dengan Rahasia Dan Rahasia Itu Adalah Diri Rahasia Allah SWT, Yaitu Diri Bathin Manusia
orang yang sakti belum tentu dekat dengan allah,tapi orang yang dekat
dengan allah pasti sakti. orang cerdas memiliki rencana jangka panjang
maupun jangka pendek rencana jangka pendek : memiliki ilmu gaib agar
nyaman dan aman beribadah kepada allah selama hidup didunia rencana
jangka panjang : memiliki amal ibadah yang banyak dan berbobot tuk bekal
bertemu allah dan kengerian hari kiamat.(pangeran pengasih- KWA )
|
Tiada ulasan:
Catat Ulasan