Khamis, 14 Julai 2011

MELATIH KESABARAN .

Bhante Rahula memulainya dengan kisah Buddha dimana Beliau dicaci maki, dihina, dan dimarahin oleh seorang perumah tangga. Buddha dengan sabar menerima cacian dan hinaan tersebut. Setelah orang tersebut selesai, Buddha berkata, “Apakah engkau telah selesai dengan cacian dan hinaanmu itu?” Dan orang tersebut menjawab, “Ya, saya telah selesai.” Kemudian Buddha bertanya, “Apakah kamu bersedia mendengar tanggapanku?” Orang tersebut menyetujuinya. Buddha bersabda:
“Bagaikan seorang tuan rumah yang menerima tamu di rumahnya,
ia akan menyediakan makanan dan minuman kepada tamunya;
akan tetapi apabila tamu tersebut tak mau menerima makanan dan minuman yang dihidangkannya, maka semua yang dihidangkan akan dengan sendirinya (kembali) menjadi milik si tuan rumah.”
“Begitu pula dengan segala cacian dan hinaan;
Segala cacian dan hinaan yang tak diterima oleh yang dicaci,
akan kembali menjadi milik si pencaci.”
Itulah sabda Buddha yang menunjukan bahwa seorang yang suci tak dapat digoyahkan oleh cacian, makian, dan hinaan. Kita pengikut ajaran Beliau juga seharusnya mencontohi sifat mulia Beliau.
Kemudian Bhante mengutip kisah Bhikkhu Punna yang merupakan seorang arahat yang memiliki kesabaran yang luar biasa. Bhante Punna berkehendak pergi merantau jauh membabarkan Dhamma. Akan tetapi Buddha menasehatinya untuk berhati-hati karena daerah yang ia pilih tersebut didiami oleh banyak orang kasar. Berikut adalah ringkasan percakapan tersebut:
Buddha: “Tetapi Punna, orang-orang sana sangatlah kasar perilakunya.”
Bhante Punna: “Biarlah, O Bhagava; mereka itu baik karena biarpun kasar mereka tak memukulku.”
Buddha: “Bagaimana kalau mereka memukulmu?”
Bhante Punna: “Biarlah, O Bhagava; mereka itu baik karena biarpun mereka memukulku, mereka tak memotongku.”
Buddha: “Bagaimana kalau mereka memotongmu?”
Bhante Punna: “Biarlah, O Bhagava; mereka itu baik karena biarpun mereka memotongku, mereka tak membunuhku.”
Mendengar jawaban Bhikkhu Punna, Buddha berkata, “Bagus, bagus sekali, Punna. Engkaulah yang paling sesuai untuk menyebarkan Dhamma di sana. Sebarkanlah Dhamma yang indah ini di negeri sana.”
Sebagai penutup, berikut adalah cara-cara yang seharusnya diketahui dan dilatih oleh seorang Buddhis:
1) mengabaikan hal tak baik tersebut (cacian, hinaan, pukulan, dll.)
2) mengenang kwalitas baik dari orang yang menyakiti kita, sehingga timbul rasa sayang
3) mengerti bahwa orang tersebut akan memetik buah yang pahit di kemudian hari (meningkatkan rasa kasihan terhadapnya).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan


















KETURUNAN SIAM MALAYSIA.

Walaupun saya sebagai rakyat malaysia yang berketurunan siam malaysia,saya tetap bangga saya adalah thai malaysia.Pada setiap tahun saya akan sambut perayaan di thailand iaitu hari kebesaraan raja thai serta saya memasang bendera kebangsaan gajah putih.

LinkWithin