Hati yang bersih adalah hati yang selamat dari syirik, khianat, dendam,
dengki, kikir, sombong, cinta dunia, dan kekuasaan, jika hati telah
selamat dari semua itu, berarti ia selamat dari segala penyakit yang
dapat menjauhkan hamba dari Allah, selamat dari segala perkara syubhat
yang bertentangan dengan penjelasan- Nya, selamat dari syahwat yang
menyalahi perintah-Nya, selamat dari setiap keinginan yang berlawanan
dengan kehendak-Nya, dan juga selamat dari segala sesuatu yang dapat
memutuskan hubungannya dengan-Nya. Hati bersih yang seperti ini berada
dalam surga, baik di dunia, alam barzakh, maupun di akhirat.
Kebersihan hati tidak akan sempurna secara mutlak, kecuali jika telah
terbebas dari lima perkara: pertama, dari syirik yang merusak tauhid.
Kedua, bid'ah yang menyimpang dari sunnah Nabi Saw. Ketiga, syahwat yang
menyalahi perintah Allah. Keempat, lalai yang merusak dzikir. Kelima,
hawa nafsu yang merusak kemurnian dan keikhlasan. Kelima perkara ini
adalah hijab yang menjadi penghalang dari Allah. Masing-masing memiliki
bentuk bermacam-macam yang terkandung dalam pribadi setiap orang.
Oleh karena itu, seorang hamba sangat perlu untuk memohon kepada Allah
agar ditunjukkan kepada jalan yang benar. Tidak ada yang lebih
diperlukan dan lebih berguna bagi seorang hamba kecuali permohonan itu.
Sesungguhnya jalan yang benar itu mencakup ilmu pengetahuan, kehendak,
dan amal perbuatan secara lahiriah maupun batiniah yang berlaku pada
setiap hamba di setiap waktu.
Ada yang mengetahui jalan yang benar dengan rinci dan ada pula yang
tidak. Namun, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Yang mengetahuinya
pun terkadang mampu dan terkadang tidak mampu melaksanakannya.
Begitulah jalan yang benar.
Jika seseorang mampu melaksanakannya, terkadang kehendak itu muncul dari
nafsunya dan adakalanya tidak dikehendaki karena malas, meremehkan,
atau bisa juga karena masih tetap melakukan hal yang dapat mencegahnya,
dan lain sebagainya.
Apa yang dikehendakinya itu adakalanya dikerjakan dan adakalanya tidak.
Apa yang telah dikerjakan bisa jadi dilakukan dengan ikhlas dan bisa
jadi tidak. Apa yang dilakukan dengan ikhlas terkadang dilakukan sesuai
dengan sunnah dan terkadang tidak. Apa yang dilakukan sesuai dengan
sunnah bisa jadi tetap terus konsisten dan adakalanya hati berpaling
darinya. Ini semua berlaku pada seluruh manusia, baik sedikit maupun
banyak.
Secara alamiah, hamba tidak memiliki petunjuk menuju itu semua. Bahkan,
jika ia menyerahkan itu kepada tabiat alamiahnya, ia akan terhalang
darinya. Inilah yang ditimpakan oleh Allah kepada orang-orang munafik
akibat dosa-dosa mereka, lalu mereka dikembalikan kepada tabiat,
kebodohan, dan kezhaliman yang ada pada diri mereka, sementara Allah
Swt. tetap pada jalan yang benar dalam menetapkan takdir, perintah, dan
larangan-Nya.
Allah memberikan hidayah kepada orang yang dikehendaki- Nya menuju jalan
yang lurus dengan keutamaan dan kasih sayang- Nya. Dia memberikan
hidayah kepada yang pantas menerimanya diin Dia memalingkan siapa saja
yang dikehendaki-Nya dari jalan lurus dengan keadilan-Nya. Hikmahnya
adalah karena memang ia tak pantas mendapatkannya, dan hal itu
menetapkan adanya jalan yang lurus, sementara Dia berada di atasnya. Dia
bentangkan jalan lurus dan mengantarkan hamba kepada jalan itu sebagai
hujjah dan keadilan-Nya. Dia memberikan petunjuk kepada siapa saja yang
dikehendaki agar sampai kepada-Nya sebagai nikmat dan keutamaan
dari-Nya.
Allah tidak akan keluar dari jalan yang lurus (benar). Pada lari kiamat,
Dia bentangkan jalan lurus agar para hamba bisa ampai ke surga-Nya. Dia
memalingkan dari jalan lurus itu siapa aja yang berpaling dari-Nya di
dunia, dan Dia menegakkan orang 'ang tegak dalam ketaatan kepada-Nya di
dunia. Dia memberi :ahaya bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya,
kepada itusan-Nya serta ajaran yang dibawanya. Ajaran itu menjadi :ahaya
yang nyata dalam hati mereka selama di dunia. Dia juga nemberikan
cahaya bagi mereka sebagai penerang kegelapan di lari kebangkitan. Dia
senantiasa menjaga cahaya mereka hingga nereka melewati jalan itu
sebagaimana Dia menjaga iman mereka lingga mereka bertemu dengan-Nya.
Sebaliknya, Allah Swt. memadamkan cahaya orang- orang munafik yang
paling mereka butuhkan, sebagaimana Dia memadamkannya dari hati mereka
selama masih di dunia. Dia menjadikan perbuatan para ahli maksiat
duri-duri yang nenyambar mereka sebagaimana mereka tersambar di dunia
sehingga tidak bisa istiqamah di jalan yang lurus sesuai dengan tingkat
perjalanan dan kesegeraan mereka dalam menempuh jalan yang lurus ketika
di dunia.
Allah membentangkan telaga bagi orang-orang yang beriman untuk minum
sebagai balasan bagi mereka yang menjalankan syariat-Nya ketika masih di
dunia. Dia mengharamkan meminum air telaga itu atas mereka yang enggan
meminum atau menjalankan iyariat maupun agama-Nya ketika masih di
dunia.
Coba bayangkanlah, seolah-olah akhirat di depan mata! Renungkanlah
hikmah Allah di dunia dan akhirat, tentu engkau iapatkan ilmu yakin yang
tidak ada keraguan di dalamnya! Dengan demikian, engkau tentu
mengetahui bahwa dunia adalah ladang bagi akhirat dan juga miniaturnya.
Kebahagiaan dan celakanya manusia tergantung pada iman ian amal
shalihnya ketika di dunia. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
Hukuman terbesar akibat dosa adalah keluar dari jalan yang lurus
(benar), baik di dunia maupun di akhirat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan