Berbicara tentang manusia maka yang
tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam perspektif, Ada yang mengatakan
manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh
para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik
adalah pernyatakan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa
melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang
lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah
hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja (Ajat sudrajat,2009).
Selain itu, manusia adalah makhluk yang
sangat menarik .Oleh karena itu, ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu,
kini, dan kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji
manusia , karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri,masyarakat dan
lingkungan hidupnya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dengan berkembangnya bermacam-macam
pendapat tentang hakikat ataupun prespektif tentang manusia, Banyaknya pendapat
tersebut secara langsung akan membuat kita bingung prspektif tentang manusia yang
sebenarnya. Salah satu sumber untuk menjawabnya adalah melalui prespektif
agama, terutama Agama Islam.
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah
tersebut, dapat kita ketahui bahwa ada berbagai macam aspek yang perlu kita
ketahui tentang manusia terutama menurut agama Islam. Hal-hal tersebut adalah
manusia menurut agama Islam dan hubungan manusia dengan agama Islam.
D. RUMUSAN MASALAH
Dengan
memperhatikan pembatasan seperti yang telah diuraikan diatas, maka makalah
dirumuskan sebagai berikut:
1. Manusia menurut
agama Islam
2. Hubungan manusia dengan
agama Islam
E. TUJUAN
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui
prespektif manusia menurut agama Islam.
2. Dapat mengetahui
hubungan manusia dengan agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM
1. Pengertian Manusia
Menurut Islam
Manusia secara bahasa
disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insan
dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak
artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya (Ajat sudrajat,2009). Manusia cara
keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang
lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan di atas dua kaki, kemampuan
berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia. Manusia
juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain.
Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat
dalam seting sejarah dan seting
psikologis situasi emosional dan intelektual yang melatarbelakangi karyanya.
Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah.
Menurut Islam,manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara makhluk ciptaan-Nya
yang lain yang dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dengan segala
usaha,kerja keras,dan do’a manusia dapat menemukan jalan kehidupannya
sendiri,kecuali pada beberapa ketetapan yang tak bisa diubah(rezeki,mati,jodoh) (Mohammad Daud Ali,2011).
Sebagaimana firman
Allah dalam Surat Ar’ad ayat 11
“…Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri.Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,maka
tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung mereka
selain Dia.”
Agama memberikan
penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik
(takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri
manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti
naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang
lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia
dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi
fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh,
mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi)
Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
2. Ciri-ciri Manusia Menurut Ajaran
Islam
Menurut ajaran agama islam , manusia,
sibandingkan dengan makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara laian cirinya
adalah:
a. Makhluk yang Paling
Unik
Dikatakan
unik karena dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling
sempurna. Hal ini seperti dinyatakan dalam QS. at-Tin ayat 4:
Sesungguhnya Kami telah
menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
(QS. at-Tin (95):4)
Sementara itu, keunikannya dapat dilihat
melalui bentuk dan struktur tubuhnya, proses pertumbuhannya melalui tahap-tahap
tertentu, gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi pada organ
tubuhnya, dsb.
b. Manusia Memiliki
Potensi
Potensi merupakan daya atau kemampuan
yang mungkin dikembangkan. Potensi tersebut adalah dalam hal beriman kepada
Allah Swt. Sebab sebelum ruh dipertemukan oleh jasad pada rahim ibunya, ruh
tersebut melakukan pengakuan bahwa Allah Swt adalah Tuhan mereka. Dengan adanya
hal tersebut, manusia mengakui kekuasaan Tuhan sejak dalam alam kandungan dan
secara potensial manusia percaya dan beriman kepada ajaran agama yang
diciptakan Allah Swt.
c.
Manusia Diciptakan Allah untuk Mengabdi
Kepada-Nya
Tugas manusia adalah mengabdi kepada
Allah Swt. Hal ini dengan tegas dijelaskan dalam QS. az-Zariyat ayat 56:
Tidak Kujadikan jin dan
manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku. (QS. az-Zariyat
(51):56).
Ada
dua jalur pengabdian pada Allah Swt:
1. Jalur khusus: Dilakukan melalui
ibadah khusus, yaitu upacara pengabdian langsung yang cara dan waktu sudah
ditentukan Allah Swt. Seperti: sholat, zakat, puasa, haji.
2. Jalur umum: Dilakukan melalui
perbuatan-perbuatan yang baik (amal saleh) yaitu perbuatan yang bermanfaat bagi
sendiri dan masyarakat dengan niat mencari ridho Allah Swt.
d. Manusia sebagai
Khalifah di Bumi
Manusia diciptakan Allah untuk menjadi
khalifah-khalifah di bumi. Hal itu dinyatakan Allah dalam firman-Nya dalam QS.
al-Baqarah ayat 30:
Dan Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(QS. al-Baqarah (2):30)
Perkataan khalifah dalam ayat tersebut
mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia sebagai wakil atau pemegang
kekuasaan-Nya mengurus dunia. Untuk mengurus bumi Allah memberikan manusia akal
pikiran dan kalbu yang digunakan untuk mengamati alam dan mengembangkan ilmu
mendapatkan keridaan Allah Swt. Selain itu, manusia bertugas untuk memakmurkan
bumi yang artinya mensejahterakan kehidupan ini dengan beramal saleh dan
menjaga keseimbangan alam.
Sebagai khalifah manusia juga harus
bertanggungjawab atas segala perbuatannya yang dinilai dengan pahala dan
dosa. Tanggungjawab ini merupakan amanah
yang tidak dapat dibebankan kepada orang lain atau diwariskan. Untuk dapat melaksanakan amanah tersebut,
manusia senantiasa membingkai dirinya dengan keimanan dan amal saleh.
e. Manusia memiliki
Perasaan dan Kemauan/kehendak
Dengan adanya akal dan kehendaknya
manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah. Tetapi dengan akal dan kehendak
pula manusia dapat tidak patuh pada kehendak Allah seperti yang ditegaskan
dalam QS al-Kahfi ayat 29:
Dan katakanlah:
"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu
neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang
paling jelek. (QS al Kahfi (18):29)
Memang manusia bebas menentukan
kemauandan kehendaknya. Namun, manusia wajib mempertanggungjawabkannya kelak di
akhirat.
f. Secara Individual
Manusia Bertanggungjawab Atas Perbuatannya
Hal
ini dapat dilihat dalam QS at-Thur ayat 21:
Dan orang-orang yang
beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun
dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.(QS at-Thur (52):21)
g. Berakhlak
Manusia dapat memiliki kemampuan membedakan
yang baik dan buruk. Ajaran mengenai akhlak berasal dari al-Quran dan al-Hadis
yang berlaku abadi selama-lamanya. Sebagai perwujudannya yaitu melalui sikap
dengan perbuatan baik dan buruk.
B. HUBUNGAN
MANUSIA DENGAN AGAMA
ISLAM
Dalam masyarakat sederhana banyak
pristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar manusia dan di dalam diri manusia ,tetapi tidak di
pahami oleh mereka. Yang tidak di pahami itu di masukan ke dalam kategori
gaib.karena banyak hal atau pristiwa gaib ini menurut pendapat mereka,mereka
merasakan hidup di kehidupan yang penuh ke gaiban.menghadapi pristiwa gaib ini mereka merasa lemah dan tidak
berdaya untuk menguatkan diri mereka mencari perlindungan pada kekuatan dewa
atau tuhan (Mohammad Daud Ali,2011).
Akan
tetapi di dunia bagian barat pernah ada pemikiran August Comte melalui bukunya Course de la Philosophie Positive (1842)
mengemukakan bahwa sepanjang sejarah pemikiran manusia berkembang melalui tiga
tahap: (1) tahap teologik, (2) tahap metafisik, dan (3) tahap positif;
pemikiran tersebut melahirkan filsafat positivisme
yang mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, melalui sekularisme. Namun teori tersebut tidaklah benar, sebab perkembangan
pemikiran manusia tidaklah demikian, seperti pada zaman modern ini (tahap
ketiga), manusia masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika, bahkan kembali
kepada spiritualisme (Mohammad Daud Ali,2011).
Sejarah
umat manusia di barat menunjukkan bahwa dengan mengenyampingkan agama dan
mengutamakan ilmu dan akal manusia semata-mata telah membawa krisis dan
malapetaka. Atas pengalamannya tersebut, kini perhatian manusia kembali kepada
agama, karena: (1) Ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali pada
agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) harapan manusia pada
otak manusia untuk memecahkan segala masalah di masa lalu tidak terwujud (Mohammad Daud Ali,2011).
Kemajuan ilmu pengetahuan telah
membawa manusia pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, namun dampak negatifnya
juga cukup besar berpengaruh pada kehidupan manusia secara keseluruhan.
Sehingga untuk dapat mengendalikan hal tersebut diperlukan agama, untuk
diarahkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan
hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah
Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk
mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah
(Sunnatullah) yang terbentang di
alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah
yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan
ilmu kehidupan manusia
BAB III
KESIMPULAN
Menurut
Islam,manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara makhluk
ciptaan-Nya yang lain yang dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Selain itu ciri-ciri manusia menurut Islam adalah makhluk yang paling unik, manusia memiliki potensi, manusia diciptakan
allah untuk mengabdi kepada-nya, manusia sebagai khalifah di bumi manusia
memiliki perasaan dan kemauan/kehendak,
secara individual manusia, bertanggungjawab atas perbuatannya, dan berakhlak.
Selain itu, agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan
hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah
Islam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan