Sabtu, 17 Ogos 2013

MANUSIA MENURUT ISLAM

Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam perspektif, Ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja (Ajat sudrajat,2009).
Selain itu, manusia adalah makhluk yang sangat menarik .Oleh karena itu, ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini, dan kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia , karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri,masyarakat dan lingkungan hidupnya.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dengan berkembangnya bermacam-macam pendapat tentang hakikat ataupun prespektif tentang manusia, Banyaknya pendapat tersebut secara langsung akan membuat kita bingung prspektif tentang manusia yang sebenarnya. Salah satu sumber untuk menjawabnya adalah melalui prespektif agama, terutama Agama Islam.



C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat kita ketahui bahwa ada berbagai macam aspek yang perlu kita ketahui tentang manusia terutama menurut agama Islam. Hal-hal tersebut adalah manusia menurut agama Islam dan hubungan manusia dengan agama Islam.

D. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan pembatasan seperti yang telah diuraikan diatas, maka makalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Manusia menurut agama Islam
2. Hubungan manusia dengan agama Islam

E. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui prespektif manusia menurut agama Islam.
2. Dapat mengetahui hubungan manusia dengan agama Islam.






BAB II
PEMBAHASAN

A. MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM


1. Pengertian Manusia Menurut Islam

Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang  berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya (Ajat sudrajat,2009). Manusia cara keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan di atas dua kaki, kemampuan berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain.
 Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam  seting sejarah dan seting psikologis situasi emosional dan intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia  sebagai mahluk yang menciptakan sejarah.
Menurut Islam,manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara makhluk ciptaan-Nya yang lain yang dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dengan segala usaha,kerja keras,dan do’a manusia dapat menemukan jalan kehidupannya sendiri,kecuali pada beberapa ketetapan yang tak bisa diubah(rezeki,mati,jodoh) (Mohammad Daud Ali,2011).
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar’ad ayat 11
 “…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
 sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.Dan apabila Allah
 menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,maka tak ada yang dapat
 menolaknya dan tidak ada pelindung mereka selain Dia.
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi)                     
       Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan
ajaran agama.

2. Ciri-ciri Manusia Menurut Ajaran Islam

Menurut ajaran agama islam , manusia, sibandingkan dengan makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara laian cirinya adalah:

a. Makhluk yang Paling Unik

Dikatakan unik karena dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Hal ini seperti dinyatakan dalam QS. at-Tin ayat 4:
Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. at-Tin (95):4)
Sementara itu, keunikannya dapat dilihat melalui bentuk dan struktur tubuhnya, proses pertumbuhannya melalui tahap-tahap tertentu, gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi pada organ tubuhnya, dsb.

b. Manusia Memiliki Potensi 

Potensi merupakan daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan. Potensi tersebut adalah dalam hal beriman kepada Allah Swt. Sebab sebelum ruh dipertemukan oleh jasad pada rahim ibunya, ruh tersebut melakukan pengakuan bahwa Allah Swt adalah Tuhan mereka. Dengan adanya hal tersebut, manusia mengakui kekuasaan Tuhan sejak dalam alam kandungan dan secara potensial manusia percaya dan beriman kepada ajaran agama yang diciptakan Allah Swt.

c. Manusia Diciptakan Allah untuk Mengabdi Kepada-Nya

Tugas manusia adalah mengabdi kepada Allah Swt. Hal ini dengan tegas dijelaskan dalam QS. az-Zariyat ayat 56:
Tidak Kujadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku. (QS. az-Zariyat (51):56).
Ada dua jalur pengabdian pada Allah Swt:
1. Jalur khusus: Dilakukan melalui ibadah khusus, yaitu upacara pengabdian langsung yang cara dan waktu sudah ditentukan Allah Swt. Seperti: sholat, zakat, puasa, haji.
2. Jalur umum: Dilakukan melalui perbuatan-perbuatan yang baik (amal saleh) yaitu perbuatan yang bermanfaat bagi sendiri dan masyarakat dengan niat mencari ridho Allah Swt.

d. Manusia sebagai Khalifah di Bumi

Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah-khalifah di bumi. Hal itu dinyatakan Allah dalam firman-Nya dalam QS. al-Baqarah ayat 30:
Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. al-Baqarah (2):30)
Perkataan khalifah dalam ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia sebagai wakil atau pemegang kekuasaan-Nya mengurus dunia. Untuk mengurus bumi Allah memberikan manusia akal pikiran dan kalbu yang digunakan untuk mengamati alam dan mengembangkan ilmu mendapatkan keridaan Allah Swt. Selain itu, manusia bertugas untuk memakmurkan bumi yang artinya mensejahterakan kehidupan ini dengan beramal saleh dan menjaga keseimbangan alam.
 Sebagai khalifah manusia juga harus bertanggungjawab atas segala perbuatannya yang dinilai dengan pahala dan dosa.  Tanggungjawab ini merupakan amanah yang tidak dapat dibebankan kepada orang lain atau diwariskan.  Untuk dapat melaksanakan amanah tersebut, manusia senantiasa membingkai dirinya dengan keimanan dan amal saleh.

e. Manusia memiliki Perasaan  dan Kemauan/kehendak

Dengan adanya akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah. Tetapi dengan akal dan kehendak pula manusia dapat tidak patuh pada kehendak Allah seperti yang ditegaskan dalam QS al-Kahfi ayat 29:
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS al Kahfi  (18):29)
Memang manusia bebas menentukan kemauandan kehendaknya. Namun, manusia wajib mempertanggungjawabkannya kelak di akhirat.

f. Secara Individual Manusia Bertanggungjawab Atas Perbuatannya

   Hal ini dapat dilihat dalam QS at-Thur ayat 21:
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.(QS at-Thur (52):21)

g. Berakhlak

  Manusia dapat memiliki kemampuan membedakan yang baik dan buruk. Ajaran mengenai akhlak berasal dari al-Quran dan al-Hadis yang berlaku abadi selama-lamanya. Sebagai perwujudannya yaitu melalui sikap dengan perbuatan baik dan buruk.



B. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA ISLAM

            Dalam masyarakat sederhana banyak pristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar manusia  dan di dalam diri manusia ,tetapi tidak di pahami oleh mereka. Yang tidak di pahami itu di masukan ke dalam kategori gaib.karena banyak hal atau pristiwa gaib ini menurut pendapat mereka,mereka merasakan hidup di kehidupan yang penuh ke gaiban.menghadapi pristiwa  gaib ini mereka merasa lemah dan tidak berdaya untuk menguatkan diri mereka mencari perlindungan pada kekuatan dewa atau tuhan (Mohammad Daud Ali,2011).
Akan tetapi di dunia bagian barat pernah ada pemikiran August Comte melalui bukunya Course de la Philosophie Positive (1842) mengemukakan bahwa sepanjang sejarah pemikiran manusia berkembang melalui tiga tahap: (1) tahap teologik, (2) tahap metafisik, dan (3) tahap positif; pemikiran tersebut melahirkan filsafat positivisme yang mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, melalui sekularisme. Namun teori tersebut tidaklah benar, sebab perkembangan pemikiran manusia tidaklah demikian, seperti pada zaman modern ini (tahap ketiga), manusia masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika, bahkan kembali kepada spiritualisme (Mohammad Daud Ali,2011).
Sejarah umat manusia di barat menunjukkan bahwa dengan mengenyampingkan agama dan mengutamakan ilmu dan akal manusia semata-mata telah membawa krisis dan malapetaka. Atas pengalamannya tersebut, kini perhatian manusia kembali kepada agama, karena: (1) Ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) harapan manusia pada otak manusia untuk memecahkan segala masalah di masa lalu tidak terwujud (Mohammad Daud Ali,2011).
            Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa manusia pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, namun dampak negatifnya juga cukup besar berpengaruh pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Sehingga untuk dapat mengendalikan hal tersebut diperlukan agama, untuk diarahkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
            Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan manusia




BAB III
KESIMPULAN

Menurut Islam,manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara makhluk ciptaan-Nya yang lain yang dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi. Selain itu ciri-ciri manusia menurut Islam adalah makhluk yang paling unik, manusia memiliki potensi, manusia diciptakan allah untuk mengabdi kepada-nya, manusia sebagai khalifah di bumi manusia memiliki perasaan  dan kemauan/kehendak, secara individual manusia, bertanggungjawab atas perbuatannya, dan berakhlak. Selain itu, agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan


















KETURUNAN SIAM MALAYSIA.

Walaupun saya sebagai rakyat malaysia yang berketurunan siam malaysia,saya tetap bangga saya adalah thai malaysia.Pada setiap tahun saya akan sambut perayaan di thailand iaitu hari kebesaraan raja thai serta saya memasang bendera kebangsaan gajah putih.

LinkWithin