Anak laki-laki saya bersekolah di SMA kelas 2. Suatu hari dia membawa pulang brosur mengenai pendidikan orang tua dari sekolah yang berjudul “Bagaimana Cara Membimbing Diri Anda dan Anak Anda.” Inti dari pesan tersebut adalah sebelum mengurus anak kita, kita harus mengurus diri sendiri terlebih dahulu supaya kita mempunyai tubuh yang sehat serta suasana hati yang bahagia. Lebih jauh lagi brosur tersebut juga mengatakan bahwa kita sebagai orang tua seharusnya terus mengontrol suasana hati kita setiap saat. Kita tidak seharusnya melampiaskan emosi kita kepada anak-anak kita, tetapi kita harus belajar menjadi orang tua dengan tingkat EQ –Emotional Quality (Kecerdasan Emosional) yang tinggi. Kemudian kita baru dapat mengajari anak-anak kita dengan berhasil.
Setelah membaca brosur tersebut, saya merasa sangat setuju dengan pesan tersebut. Sebenarnya, orang tua seharusnya belajar meningkatkan kebijaksanaan dan kasih sayang, serta selalu menjaga suasana hati agar tetap stabil sebelum mereka bisa menciptakan suasana yang harmonis dalam membimbing anak-anaknya dengan moralitas dan mengingatkan mereka tentang latihan spiritual. Jika mereka pada akhirnya bisa diinisiasi oleh Guru dan berlatih Metode Quan Yin, maka itulah yang terbaik! Dengan kata lain, untuk mendidik anak-anak, orang tua harus berlatih spiritual terlebih dahulu supaya mereka mempunyai konsep serta kebijaksanaan yang benar. Dengan demikian, anak-anak akan terpengaruh secara alami terhadap hal-hal yang benar dan mengikuti contoh orang tua.
Sungguh suatu kebetulan, pada keesokan harinya ketika saya mengikuti meditasi kelompok, video ceramah Guru juga membahas topik yang sama mengenai bagaimana mendidik anak-anak dan menemani mereka dalam masa-masa pertumbuhannya. Saya kemudian memberi tahu anak perempuan saya bahwa guru di sekolah yang merancang brosur tersebut pastinya seorang malaikat Tuhan yang bermaksud menginformasikan para orang tua cara-cara yang benar dalam mendidik anak-anak mereka.
Pada hari berikutnya, anak perempuan kedua saya yang tidak diinisiasi datang membawa anak laki-lakinya untuk mengunjungi saya. Saya mendengar dari guru dan putri saya bahwa cucu saya ini sangat nakal dan tidak pernah mendengar kata-kata orang dewasa. Akan tetapi, setelah saya memutar video ”Pahlawan Sejati”, dia secara diam-diam ikut menonton dan mengatakan bahwa dia sangat menyukainya. Ketika ayah dan ibunya datang untuk menjemput dia, dia malah menolak untuk pergi dan menganjurkan video itu ke ayahnya dan mengatakan bahwa dia akan menunjukkan video ini kepada guru dan teman-temannya di sekolah. Ketika anak putri saya menanyainya sambil bergurau, “Jadi, sekarang apa kamu masih berani makan bistik?” Dia kemudian mengatakan bahwa dia tidak berani lagi karena dia takut ditangkap Raja Sapi di neraka kalau memakannya.
Dari cerita ini kita bisa melihat bahwa anak kecil sebenarnya sangatlah polos dan mudah terpengaruh dengan pengaruh dari luar. Jika orang tua menggunakan cara-cara yang benar untuk mengajari mereka, maka mereka akan dibimbing ke jalur yang positif dan penuh kasih. Jika mereka hanya diajar dengan omelan dan pukulan, maka mereka mungkin kelihatannya patuh, tetapi di dalam hati, mereka tidak mendengarnya sama sekali; dan hubungan antara anak dengan orang tua pun bahkan dapat menjadi semakin jauh. Di samping itu, saya menganjurkan agar kita jangan memanjakan anak dan terus memberikan berbagai barang-barang. Sebelumnya, saya biasa memarahi anak saya ketika mereka tidak patuh. Tetapi, setelah mendengar ceramah Guru, saya mulai menggunakan kasih dan bujukan untuk membimbing mereka.
Kasih Guru secara alami telah mengubah orang lain menjadi lebih mengasihi dan bijak melalui video, foto, dan buku-bukunya. Jika orang tua mempunyai konsep yang benar pada awalnya, maka anak-anak akan menerimanya. Dengan demikian, cara terbaik untuk mengajar dan mengasihi anak kita adalah dengan mendidik diri kita terlebih dahulu sebelum mendidik mereka
Tiada ulasan:
Catat Ulasan