Sejarah Melaka bermula dengan pengasasan Kesultanan Melaka oleh Parameswara, seorang bangsawan Srivijaya dari Palembang, pada tahun antara 1400 hingga 1403.
Parameswara merupakan turunan ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila Utama), seorang penerus raja Sriwijaya[1]. Sang Nila Utama mendirikan Singapura Lama dan berkuasa selama 48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372 – 1386) yang kemudian diteruskan oleh cucunya, Paduka Seri Rana Wira Kerma (1386 – 1399). Pada tahun 1401, Parameswara putra dari Seri Rana Wira Kerma, mengungsi dari Tumasik setelah mendapat penyerangan dari Majapahit.[2].
Parameswara pada awalnya menjadi raja di Singapura pada tahun 1390-an. Negeri ini kemudian diserang oleh Jawa dan Siam, yang memaksanya pinda lebih ke utara. Kronik Dinasti Ming mencatat Parameswara telah tinggal di ibukota baru di Melaka pada 1403, tempat armada Ming yang dikirim ke selatan menemuinya. Sebagai balasan upeti yang diberikan Kekaisaran Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada kerajaan baru tersebut. [3]
Parameswara kemudian menganut agama Islam setelah menikahi putri Pasai. Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho pada 1409 menyiratkan bahwa pada saat itu Parameswara masih berkuasa, dan raja dan rakyat Melaka sudah menjadi muslim. [4]. Pada 1414 Parameswara digantikan putranya, Megat Iskandar Syah.[3][4]
Megat Iskandar Syah memerintah selama 10 tahun, dan digantikan oleh Muhammad Syah. Putra Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, tampaknya tidak menganut agama Islam, dan mengambil gelar Seri Parameswara Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah.
Di bawah pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah Melaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pantai timur Sumatera (Kampar dan Indragiri). Ini memancing kemarahan Siam yang menganggap Melaka sebagai bawahan Kedah, yang pada saat itu menjadi vassal Siam. Namun serangan Siam pada 1455 dan 1456 dapat dipatahkan.
Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, Sultan Mansur Syah, Melaka menyerbu Kedah dan Pahang, dan menjadikannya negara vassal. Di bawah sultan yang sama Johor, Jambi dan Siak juga takluk. Dengan demikian Melaka mengendalikan sepenuhnya kedua pesisir yang mengapit Selat Malaka.
Mansur Syah berkuasa sampai mangkatnya pada 1477. Dia digantikan oleh putranya Alauddin Riayat Syah. Sultan memerintah selama 11 tahun, saat dia meninggal dan digantikan oleh putranya Sultan Mahmud Syah. [5]
Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511. Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan mendirikan ibukota baru di sana. Pada tahun 1526 Portugis membumihanguskan Bintan, dan Sultan kemudian melarikan diri ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian. Putranya Muzaffar Syah kemudian menjadi sultan Perak, sedangkan putranya yang lain Alauddin Riayat Syah II mendirikan kerajaan baru yaitu Johor.
Kesultanan Melaka ini memerintah Melaka selama 110 tahun sehingga ditewas oleh pihak Portugis pada tahun 1511.
Untuk rencana lanjutan, lihat Kesultanan Melaka.
St. Francis Xavier, seorang mubaligh Jesuit, tinggal di Melaka selama beberapa bulan pada tahun 1545, 1546 dan 1549 kerana hendak menjadikan Melaka sebagai pusat operasinya di Timur.
Pada tahun 1641, pihak Belanda menakluk Melaka dengan penewasan pihak Portugis melalui bantuan Sultan Johor. Walau bagaimanapun, pihak Belanda tidak berminat menjadikan Melaka sebagai sebuah pusat perdagangan di antara Timur dan Barat tetapi mereka lebih mementingkan pembangunan Batavia (Jakarta) di Indonesia sebagai pusat pentadbiran mereka.
Pihak Belanda menyerahkan Melaka kepada pihak British mengikut Perjanjian British-Belanda pada tahun 1824. Dari 1826 hingga 1867, Melaka diperintah oleh Syarikat Hindia-Timur British (British East India Company), dan kemudiannya menjadi sebuah tanah jajahan British. Ia menjadi sebahagian Petempatan Selat (Straits Settlement), bersama-sama dengan Singapura dan Pulau Pinang pada tahun 1946. Selepas pembubaran tanah jajahan, Melaka dan Pulau Pinang menjadi sebahagian Malayan Union yang kemudiannya menjadi Malaysia.
Melaka diisytiharkan sebagai "Bandaraya Bersejarah" pada 15 April 1989.
Parameswara merupakan turunan ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila Utama), seorang penerus raja Sriwijaya[1]. Sang Nila Utama mendirikan Singapura Lama dan berkuasa selama 48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372 – 1386) yang kemudian diteruskan oleh cucunya, Paduka Seri Rana Wira Kerma (1386 – 1399). Pada tahun 1401, Parameswara putra dari Seri Rana Wira Kerma, mengungsi dari Tumasik setelah mendapat penyerangan dari Majapahit.[2].
Parameswara pada awalnya menjadi raja di Singapura pada tahun 1390-an. Negeri ini kemudian diserang oleh Jawa dan Siam, yang memaksanya pinda lebih ke utara. Kronik Dinasti Ming mencatat Parameswara telah tinggal di ibukota baru di Melaka pada 1403, tempat armada Ming yang dikirim ke selatan menemuinya. Sebagai balasan upeti yang diberikan Kekaisaran Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada kerajaan baru tersebut. [3]
Parameswara kemudian menganut agama Islam setelah menikahi putri Pasai. Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho pada 1409 menyiratkan bahwa pada saat itu Parameswara masih berkuasa, dan raja dan rakyat Melaka sudah menjadi muslim. [4]. Pada 1414 Parameswara digantikan putranya, Megat Iskandar Syah.[3][4]
Megat Iskandar Syah memerintah selama 10 tahun, dan digantikan oleh Muhammad Syah. Putra Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, tampaknya tidak menganut agama Islam, dan mengambil gelar Seri Parameswara Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah.
Di bawah pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah Melaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pantai timur Sumatera (Kampar dan Indragiri). Ini memancing kemarahan Siam yang menganggap Melaka sebagai bawahan Kedah, yang pada saat itu menjadi vassal Siam. Namun serangan Siam pada 1455 dan 1456 dapat dipatahkan.
Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, Sultan Mansur Syah, Melaka menyerbu Kedah dan Pahang, dan menjadikannya negara vassal. Di bawah sultan yang sama Johor, Jambi dan Siak juga takluk. Dengan demikian Melaka mengendalikan sepenuhnya kedua pesisir yang mengapit Selat Malaka.
Mansur Syah berkuasa sampai mangkatnya pada 1477. Dia digantikan oleh putranya Alauddin Riayat Syah. Sultan memerintah selama 11 tahun, saat dia meninggal dan digantikan oleh putranya Sultan Mahmud Syah. [5]
Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511. Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan mendirikan ibukota baru di sana. Pada tahun 1526 Portugis membumihanguskan Bintan, dan Sultan kemudian melarikan diri ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian. Putranya Muzaffar Syah kemudian menjadi sultan Perak, sedangkan putranya yang lain Alauddin Riayat Syah II mendirikan kerajaan baru yaitu Johor.
Kesultanan Melaka ini memerintah Melaka selama 110 tahun sehingga ditewas oleh pihak Portugis pada tahun 1511.
Untuk rencana lanjutan, lihat Kesultanan Melaka.
|
Pemerintahan Jajahan
Melaka ditawan oleh Alfonso de Albuquerque, seorang Wizurai Portugis pada 24 Ogos 1511 dan menjadikannya suatu pangkalan strategik bagi pengembangan pihak Portugis di Hindia Timur. Sultan Mahmud Shah, Sultan terakhir Melaka, melarikan diri ke daerah pedalaman dan menyebabkan kesukaran kepada pihak Portugis dengan serangan sekejap-sekejap dari tanah daratan dan laut. Akhirnya, pada tahun 1526, seangkatan kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dihantar oleh negeri Portugal untuk memusnahkan bandar Bentan yang melindungi Sultan Mahmud. Sultan Mahmud terpaksa melarikan diri melintasi Selat Melaka ke Kampar, Sumatra di mana beliau mangkat dua tahun kemudian.St. Francis Xavier, seorang mubaligh Jesuit, tinggal di Melaka selama beberapa bulan pada tahun 1545, 1546 dan 1549 kerana hendak menjadikan Melaka sebagai pusat operasinya di Timur.
Pada tahun 1641, pihak Belanda menakluk Melaka dengan penewasan pihak Portugis melalui bantuan Sultan Johor. Walau bagaimanapun, pihak Belanda tidak berminat menjadikan Melaka sebagai sebuah pusat perdagangan di antara Timur dan Barat tetapi mereka lebih mementingkan pembangunan Batavia (Jakarta) di Indonesia sebagai pusat pentadbiran mereka.
Pihak Belanda menyerahkan Melaka kepada pihak British mengikut Perjanjian British-Belanda pada tahun 1824. Dari 1826 hingga 1867, Melaka diperintah oleh Syarikat Hindia-Timur British (British East India Company), dan kemudiannya menjadi sebuah tanah jajahan British. Ia menjadi sebahagian Petempatan Selat (Straits Settlement), bersama-sama dengan Singapura dan Pulau Pinang pada tahun 1946. Selepas pembubaran tanah jajahan, Melaka dan Pulau Pinang menjadi sebahagian Malayan Union yang kemudiannya menjadi Malaysia.
Melaka diisytiharkan sebagai "Bandaraya Bersejarah" pada 15 April 1989.
Garis masa
Kesultanan Melaka
- 1400: Parameswara, putera raja dari Palembang setelah ditumpaskan oleh Majapahit telah menuju ke Temasik (nama asal Singapura) dan akhirnya membuka negeri Melaka.
- 1403: Laksamana Yin Ching dalam misi perdagangannya telah singgah di Melaka dan menjalinkan hubungan diplomatik dan perdagangan China - Melaka.
- 1409: Parameswara membayar ufti kepada negeri China untuk mendapat perlindungan daripada serangan pihak Siam.
- 1409: Laksamana Cheng Ho, ketua Armada perdagangan China dan para pembesar tiba di Melaka bagi mengukuhkan lagi hubungan antara kedua-dua negara.
- 1411: Parameswara diiringi pembesar Melaka dengan rombongan pengiring sebanyak 540 orang serta ditemani oleh Laksamana Cheng Ho belayar ke China. Baginda diterima mengadap Maharaja Yung Lo.
- 1414: Parameswara berkahwin dengan Puteri Pasai. Baginda memeluk agama Islam dan memakai gelaran Sultan Iskandar Shah (1414-1424).
- 1424: Parameswara mangkat dan anakandanya, Sri Maharaja menaiki takhta dan menukar namanya menjadi Sultan Muhammad Shah (1424-1444).
- 1444: Sultan Muhammad Shah diganti oleh putera bongsunya, Raja Ibrahim.
- 1445: Raja Ibrahim dibunuh dan dimakamkan dengan gelaran Sultan Abu Syahid.
- 1446: Raja Kassim menaiki tahta dan memakai gelaran Sultan Muzaffar Shah (1446-1458) menaiki takhta dan mengisytiharkan Islam sebagai agama rasmi negeri.
- 1447: Serangan pertama Siam ke atas Melaka. Pihak Siam ditewaskan tidak jauh dari Muar.
- 1456: Tun Perak menjadi Bendahara dengan gelaran Bendahara Paduka Raja. Beliau telah berkhidmat di bawah empat Sultan dan merupakan tulang belakang kepada perkembangan Melaka ke mercu kekuasaannya di Kepulauan Melayu.
- 1458: Sultan Mansur Shah menaiki takhta. Maharaja China telah menghantar Laksamana Cheng Ho yang membawa Puteri Hang Li Po dan dikahwinkan dengan Baginda. Sultan Mansur Shah juga menghantar Tun Perpateh Puteh dengan segolongan pengiring ke negeri Cina untuk mengiring Hang Li Po.
- 1477: Sultan Mansur Shah mangkat dan Sultan Alauddin Riayat Shah (1477-1488) menaiki takhta pada umur 15 tahun. Baginda merupakan seorang yang tegas dalam melaksanakan tugasnya.
- 1488: Sultan Alauddin diracun mati di Pagoh dan diganti oleh Sultan Mahmud Shah (1488-1511).
- 1498: Tun Perak meninggal dunia.
- 1500: Tun Mutahir, sepupu Tun Perak, menggantikannya sebagai Bendahara bergelar Bendahara Seri Maharaja dan menjadi bendahara yang paling berkuasa di kalangan bendahara-bendahara.
- 1509: Diego Lopez de Sequiera dengan 18 buah kapal dari Angkatan diRaja Portugal tiba di Melaka. Mereka merupakan orang Eropah pertama yang tiba di Asia Tenggara dan digelar 'Benggali Putih' oleh orang tempatan. Atas sebab perselisihan faham, angkatannya diserang oleh Melaka dan 20 anak kapalnya ditahan.
- 1510: Bendahara Tun Mutahir dan keluarganya mati dihukum bunuh oleh Sultan Mahmud Shah kerana difitnah oleh para pembesar bahawa beliau ingin mengatasi kekayaan sultan. Sultan Mahmud Shah tanpa usul periksa telah memeritahkan Tun Muthahir dan keluarganya dihukum bunuh.Kemudian Sultan menyedari akan kesilapannya lalu mengambil Tun Fatimah sebagai isterinya dan dimashurkan sebagai Puan Besar. Sultan Mahmud Shah memilih anaknya, Sultan Ahmad Shah menggantikan baginda sebagai Sultan sementara.
Pemerintahan Portugis
- 1511: Alfonso d'Albuquerque tiba di Melaka pada 10 Ogos dan membuat permintaan membina sebuah markas Portugis di Melaka tetapi permintaanya ditolak oleh sultan. Selepas 10 hari dengan bantuan pembelot dari kalangan pembesar dan orang dalam istana yang iri hati dan dengki diatas pemashuran Tun Fatimah dan bimbang akan kedudukan jalur keturunannya, pihak Portugis berjaya mengepung dan menawan Kota Melaka pada 24 Ogos dan membina A Famosa dalam tempoh enam bulan. Dengan penewasan Sultan Mahmud Shah, pihak Portugis memerintah Melaka selama 130 tahun.
- 1513: Patih Unus dari Jawa, seorang pahlawan Jawa yang menjadi Sultan Demak di Sumatera menyerang Melaka.
- 1518-1519: Sultan Mahmud Shah telah mengerah rakyatnya membina tembok tinggi mengelilingi Melaka dalam masa tiga bulan.
- 1521: Gereja St. Paul dibina oleh Kapten Portugis yang bernama Duarte Coelho dan dinamakan "Our Lady of The Hill", tetapi kemudiannya ditukar oleh pihak Belanda kepada tempat persemadian bangsawan dan dinamakan "Gereja St. Paul".
- 1523: Sultan Mahmud gagal sekali lagi dalam penawanan Melaka.
- 1525: Laksamana Hang Nadim telah mengepung Kota A Famosa. Pihak Portugis membuat catuan makanan dari Goa.
- 1526: Seangkatan kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dihantar oleh negeri Portugal untuk memusnahkan bandar Bentan yang melindungi Sultan Mahmud Shah. Sultan Mahmud terpaksa melarikan diri melintasi Selat Melaka ke Kampar, Sumatra.
- 1528: Sultan Mahmud Shah mangkat di Kampar, Sumatra.
- 1537: Pihak Aceh menyerang pihak Portugis di Melaka pada kali yang pertama.
- 1545: Buat pertama kalinya, Fr. Francis Xavier tiba di Melaka. Pada keseluruhannya, beliau membuat lima lawatan ke Melaka kerana hendak menjadikan Melaka sebagai pusat operasinya di Timur.
- 1548: Kolej St. Paul (St. Paul's College), sekolah pertama di Melaka, dibina oleh St. Francis Xavier untuk orang Katolik Portugis dan orang tempatan yang memeluk agamanya.
- 1551: Gabungan Johor, Japara dan Perak yang mantap telah menawan Melaka dan mengepungnya selama tiga bulan.
- 1553: Fr. Francis Xavier meninggal di Pulau Sancian berdekatan Canton, China dan dibawa ke gereja St. Paul selama sembilan bulan persemadiannya sebelum mayatnya dibawa semula ke Goa, India.
- 1568: Johor membantu Portugis Melaka mematahkan serangan Acheh. Acheh telah mengawal Selat Melaka selama enam puluh tahun.
- 1582: Pihak Portugis membantu Johor daripada serangan Aceh, dan Sultan Abdul Jalil Riayat Shah menjadi Sultan Johor pertama yang melawat Melaka.
- 1587: Johor menyerang pihak Portugis secara besar-besaran melalui serangan tanah daratan dan laut tetapi gagal sewaktu angkatan pihak Portugis sampai dari Goa.
- 1588: Pelawat Inggeris pertama, Ralph Ritch telah tiba di Melaka.
- 1597: Pihak Belanda membuat serangan pertama Belanda ke atas Kota Portugis Melaka.
- 1606: Pihak Belanda di bawah Laksamana Matelieff de Jonge bekerjasama dengan Sultan Johor untuk menguasai Melaka. Percubaan selama tiga bulan gagal apabila Portugis mendapat bantuan dari Goa.
- 1615-1616: Acheh menyerang Melaka.
- 1628-1629: Acheh memerintah Melaka selama lapan bulan sebelum pihak Portugis mengambil Melaka kembali.
- 1636: Kapal Belanda telah memusnahkan kapal Portugis di pelabuhan.
Pemerintahan Belanda
- 1641: Pihak Belanda (1641 - 1795) menewaskan pihak Portugis pada 14 Januari dan menakluk Melaka dengan pembantuan Sultan Johor. Gabenor Portugis, Manuel de Souza Couthinho, menyerah kalah kepada Kapten Minne Williemson Kaartokoe.
- 1645: Tokong Cheng Hoon Teng telah dibina oleh Kapten Lee Wei King dan ia merupakan tokong Cina yang tertua di Malaysia.
- 1645-1670: Perang antara Belanda - Naning.
- 1650: Bangunan Stadthuys dibina sebagai penempatan rasmi Gabenor Belanda dan timbalannya, dan dijadikan pusat pentadbiran Belanda di Melaka.
- 1710: Gereja St. Peter, gereja Katolik tertua di Malaysia, dibina selepas pihak Belanda memberi kebebasan kepada orang Katolik untuk mengamalkan agama mereka.
- 1753: Gereja Christ, yang melambangkan seni rekabentuk Belanda, disiap sepenuhnya selepas pembinaan dua belas tahun.
- 1756: Bugis di bawah pemerintahan Daeng Kemboja telah menyerang Melaka.
- 1784: Raja Haji datang ke Melaka untuk menawannya tetapi terbunuh semasa pertempuran di Teluk Ketapang.
- 1795: Syarikat Hindia Timur menguasai Melaka buat sementara semasa Perang Napoleon.
- 1807: Pihak British di bawah William Farquar mula memusnahkan kubu Portugis dan mengusir pengaruh Portugis dari Melaka. Kemudian Belanda merancang untuk menukarkan pedagang-pedagang yang datang ke Melaka berpindah ke Pulau Pinang dan berhasrat melemahkan kekuatan Melaka.Kerja-kerja memusnahkan kota ini menelan belanja disekitar 70,000 paun sterling.
- 1808: Kedatangan Sir Stamford Raffles telah menyelamatkan Melaka dari kemusnahannya dengan persetujuan Lord Minto. Rancangan pemindahan penduduk dibatalkan.
- 1818: Melaka dipulangkan kepada pihak Belanda di bawah Perikatan Vienna selepas Perang Napoleon.
- 1819: Sultan Husin Shah telah menyerahkan Singapura kepada Syarikat Hindia Timur Inggeris. Makam baginda terdapat di Masjid Tengkera.
Pemerintahan British
- 1824: Satu Perikatan British-Belanda (juga digelarkan Perikatan London) dibuat yang mana pihak British memberi Bencoleen (Bengkulu) di Sumatra kepada pihak Belanda sebagai pertukaran dengan Melaka. Perikatan ini ditandatangani untuk mengasingkan kawasan jajahan British dan Belanda. British telah menguasai kawasan utara Selat Singapura sementara Belanda di bahagian Selatan (Kepulauan Indonesia).
- 1826: Melaka, Pulau Pinang dan Singapura disatukan menjadi Negeri-negeri Selat.
- 1849: Gereja St. Francis Xavier dibina untuk memperingatkannya.
- 1867: Negeri-negeri Selat menjadi tanah jajahan British. Pejabat Pemerintahan Gabenor-Jeneral yang berpusat di India berpindah ke Pusat Pemerintahan di London.
- 1895: Penanaman getah secara ladang dilakukan oleh Tan Chay Yan di Bukit Lintang, Melaka.
- 1941: Perang Dunia ke-2 berlaku. Jepun mengebom Pearl Harbour (Pengkalan Laut yang penting di Hawai bagi Amerika Syarikat).
- 1942: Melaka jatuh ke tangan Jepun.
- 1945: British kembali menguasai Melaka setelah Jepun menyerah kalah kepada British di Singapura.
- 1948: Komunis menyerang dan menguasai Malaya selama 14 hari. Pihak British mengistiharkan darurat dan situasi ini berakhir pada tahun 1960.
- 1956: Tunku Abdul Rahman, Perdana Menteri Malaysia yang pertama mengumumkan tarikh kemerdekaan (31 Ogos, 1957) setibanya dari London. Dalam tahun yang sama, Melaka menjadi sebahagian daripada Persekutuan Tanah Melayu sebagai negara merdeka.
Kemerdekaan
- 1957: Persekutuan Tanah Melayu mencapai kemerdekaan pada 31 Ogos.
- 1963: Pembentukan Malaysia pada 16 September. Melaka menjadi sebahagian daripada Malaysia. Singapura, Sabah dan Sarawak juga menyertainya.
- 1989: Melaka diisytiharkan sebagai Bandaraya Bersejarah pada 15 April.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan