Selasa, 28 Jun 2011

NIKMAT BERTAUBAT.

Allah berfirman,
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Ali-Imran [3]: ayat 135)
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.(Ali-Imran [3]: ayat 136)
Allah SWT dengan tegas menyatakan dalam ayat diatas bahwa salah satu ciri orang yang bertaqwa kepada Allah bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa dan tidak punya salah, akan tetapi, orang yang bertaqwa yaitu mereka yang apabila melakukan kesalahan, mereka kemudian mengingat Allah serta bertaubat atas segala kesalahan yang dilakukannya. Mengingat manusia adalah tempat salah dan lupa, maka Allah dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya senantiasa membuka pintu taubat dan ampunan-Nya sampai kelak matahari terbit dari arah barat, saat dimana Qiamat kubra terjadi.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan akan hal itu dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang artinya:
“ Sesungguhnya Allah ta’ala membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu siang, dan Ia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu malam, sehingga matahari terbit dari arah barat   ( sampai qiamat ).” ( H.R. Muslim )
Taubat  sendiri berarti menyesal atau  kembali. Seseorang bertaubat  berarti seseorang tersebut menyesali perbuatan dosa atau kesalahan yang telah diperbuat dengan menghentikan perbuatan dosa dan kembali kepada kebenaran seperti yang sudah digariskan oleh Allah SWT. Dengan demikian, taubat itu berarti melepaskan diri dari keadaan yang dibenci dan dikutuk Allah untuk menuju pada kebenaran yang dicintai dan diridhai Allah SWT. Taubat hukumnya wajib ‘ain atas orang-orang yang melakukan dosa. Taubat selalu berkaitan dengan perbuatan dosa, dan dosa terjadi karena dua hal, yaitu melanggar larangan-larangan-Nya dan meninggalkan perintah-perintah-Nya.
Ditinjau dari keterkaitannya, dosa dibagi atas:
  • Dosa manusia dengan Allah, seperti meninggalkan shalat lima waktu, tidak mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, berbuat syirik /menyekutukan Allah dan melakukan pelanggaran-pelanggaran yang bersifat individu.
  • Dosa manusia terhadap sesamanya, seperti berbohong, menipu, mencuri dan pelanggaran-pelanggaran yang bersifat umum.
Oleh sebab itu agar Allah mengampuni segala dosa yang telah  dilakukannya, maka Allah memerintahkan kepada hamba-Nya yang berdosa agar segera bertaubat kepada Allah dan tidak pernah berputus asa mengharap rahmat-Nya. Oleh karena kita sebagai manusia tidak pernah lepas dari kesalahan dan dosa, maka sudah seharusnyalah kita setiap saat untuk selalu bertaubat kepada Allah, dengan memperbanyak membaca istighfar kepada-Nya.
Rasul bersabda,
Wahai sekalian manusia bertaubatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.”
Maka bersegeralah kalian wahai para hamba Allah untuk menuju kepada-Nya, niscaya kalian akan mendapatkannya sebagai Dzat Yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang serta berjalanlah di atas jalan orang-orang mukmin yang bertaubat, niscaya Rabb kalian akan membangkitkan kalian pada kedudukan yang mulia lagi terhormat.
INTROSPEKSI DIRI
Betapa zalimnya diri ini, bergelimang dosa dan mengaku diri sebagai hamba Allah SWT, hamba macam apakah kebanyakan manusia di jaman modern ini? yang tidak malu berbuat maksiat, kadang dengan bangga menceritakan perbuatan maksiat kepada teman-temanya, naudzubillahi mindaliq…sudah tidak malu & terang-terangan di hadapan  Allah SWT, wahai jiwa… kenalilah kehinaan dirimu…, sadarilah keagungan Rabb yang telah menciptakan dan memberikan nikmat tak berhingga kepadamu…, ingatlah pedihnya siksa yang menantimu, jika engkau tidak segera bertaubat.
Cepatlah kembali tunduk kepada Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih, sebelum terlambat. Karena apabila ajal seseorang telah dating, maka tidak ada seorang pun yang bisa mengundurkannya barang sekejap ataupun menyegerakannya, ketika maut itu datang… beribu-ribu penyesalan akan menghantui orang tersebut, dan bencana besar ada di hadapan dia, siksa kubur yang meremukkan dan gejolak api neraka yang menghanguskan kulit-kulit manusia. Maha Suci Allah, sesungguhnya hukuman-Nya amat sangat keras.
Padahal tidak ada satu jiwa pun yang tahu di bumi mana kita akan mati, kapan waktunya, bisa jadi seminggu lagi atau bahkan beberapa detik lagi, siapa yang tahu? Bangkitlah segera dari lumpur dosa… dan songsonglah pahala yang siap menanti dihadapan….kita , dengan sungguh-sungguh bertaubat kepada Allah SWT.
Kedudukan Taubat
Taubat itu wajib dilakukan untuk setiap dosa yang diperbuat, pokok dari taubat adalah penyesalan. Para ulama telah sepakat bahwa taubat dari segala maksiat hukumnya wajib, dan  taubat itu wajib dilakukan dengan segera dan tidak boleh ditunda-tunda, sama saja apakah maksiat itu termasuk dosa kecil atau dosa besar. Taubat merupakan salah satu prinsip agung di dalam agama Islam dan kaidah yang sangat ditekankan di dalamnya…
Taubat yang terbesar dan paling wajib adalah bertaubat dari kekufuran, kekafiran menuju keimanan. Kemudian tingkatan kedua adalah bertaubat dari dosa-dosa besar, kemudian diikuti dengan tingkatan ketiga yaitu bertaubat dari dosa-dosa kecil. Allah berfirman,
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu.” (Al-Anfaal [8]:ayat 38).
Al-Quran Memerintahkan Manusia untuk Bertaubat.
Allah berfirman,
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nuur [24]: ayat 31)
Penjelasan ayat tersebut, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman” ,  bahwa seorang mukmin itu, memiliki keimanan dan Allah SWT yang menyerunya untuk bertaubat, kemudian Allah SWT mengaitkan taubat itu dengan keberuntungan, “Supaya kamu beruntung”, maka tidak ada jalan lain menuju keberuntungan kecuali dengan taubat, yaitu kembali dari segala sesuatu yang dibenci Allah SWT, lahir maupun batin, menuju segala sesuatu yang dicintai-Nya, lahir maupun batin. Hal ini menunjukkan bahwa setiap mukmin, orang yang beriman  itu membutuhkan taubat, sebab Allah menujukkan seruan-Nya kepada semua orang yang beriman.
Rasul memerintahkan untuk  bertaubat
Rasulullah Muhammad SAW bersabda,
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan minta ampunlah kepada-Nya, sesungguhnya aku ini bertaubat 100 kali dalam sehari.” (HR. Muslim)
Dengan bertaubat itu akan diperoleh dua manfaat:
  • Melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Sedangkan dengan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya itulah terkandung segala kebaikan. Di atas kepatuhan, melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya itulah terdapat sumber kebahagiaan dunia dan akhirat yang abadi.
  • Meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau itu senantiasa bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak 100 kali.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling taat beribadah kepada Allah, dan memang demikianlah sifat beliau. Beliau itu adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kita, beliau orang paling bertaqwa kepada Allah di antara kita, dan beliau adalah orang paling berilmu tentang Allah di antara kita, semoga shalawat dan keselamatan dari-Nya senantiasa tercurah kepada beliau. Dan di dalamnya juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa beliau adalah sosok pengajar kebaikan dengan ucapannya dan dengan perbuatannya. Beliau senantiasa beristighfar kepada Allah dan menyuruh orang-orang agar beristighfar, sehingga para sahabat & pengikutnya pun bisa meniru beliau, demi melaksanakan perintahnya dan mengikuti perbuatannya. Ini merupakan bagian dari kesempurnaan nasihat yang beliau berikan kepada umatnya.
Maka sudah semestinya kita juga meniru beliau, apabila kita memerintahkan sesuatu maka hendaknya kita adalah orang pertama yang melaksanakan perintah ini. Dan apabila kita melarang sesuatu hendaknya kita juga menjadi orang pertama yang meninggalkannya, sebab inilah sebenarnya hakekat sebagai “da’i ilallah (penyeru kepada agama Allah), bahkan inilah hakekat dakwah, yaitu kita lakukan apa yang kita perintahkan dan kita tinggalkan apa yang kita larang, kita mohon kepada Allah SWT untuk menerima taubat kita, serta semoga Allah SWT  memberi petunjuk kepada kita menuju jalan yang lurus.
SYARAT-SYARAT DITERIMANYA TAUBAT.
4 syarat agar taubat seseorang diterima Allah SWT:
  1. 1. Ikhlas karena Allah.
Yaitu orang yang bertaubat hendaknya mengharapkan ampunan Allah SWT dengan taubatnya itu dan berharap supaya Allah menerima taubatnya serta mengampuni dosa yang telah dilakukannya, dengan taubatnya itu ia tidak bermaksud riya’ di hadapan manusia atau demi mendapatkan kedekatan dengan mereka, dan bukan juga semata-mata demi menyelamatkan diri dari gangguan penguasa dan pemerintah kepadanya. Tapi dia bertaubat hanya demi mengharapkan ridha dan rahmat Allah dan pahala di negeri akhirat yang abadi.
  1. 2. Menyesali perbuatan dosa
Harus benar-benar menyesal atas dosa yang telah dilakukannya, sebab perasaan menyesal dalam diri seorang manusia itulah yang membuktikan dia benar dan jujur dalam bertaubat, ini artinya dia menyesali apa yang telah diperbuatnya dan merasa sangat sedih karenanya, dan dia memandang tidak ada jalan keluar darinya sampai dia benar-benar bertaubat kepada Allah SWT dari dosanya.
  1. 3. Meninggalkan dosa yang dilakukannya.
Ini termasuk syarat terpenting untuk diterimanya taubat, meninggalkan dosa itu maksudnya adalah apabila dosa yang dilakukan adalah karena meninggalkan kewajiban, maka meninggalkannya ialah dengan cara mengerjakan kewajiban yang ditinggalkannya itu, seperti contohnya: ada seseorang yang tidak membayar zakat, lalu dia ingin bertaubat kepada Allah maka dia harus mengeluarkan zakat yang dahulu belum dibayarkannya.
Apabila ada seseorang yang dahulu meremehkan berbakti kepada kedua orang tua, kemudian ingin bertaubat, maka dia harus berbakti dengan baik kepada kedua orang tuanya. Apabila dia dahulu meremehkan silaturahim maka kini dia wajib menyambung silaturahim. Apabila maksiat itu terjadi dalam bentuk mengerjakan keharaman maka dia wajib bersegera meninggalkannya, dia tidak boleh meneruskannya walaupun barang sekejap. Apabila misalnya ternyata dia termasuk orang yang memakan harta riba maka wajib baginya melepaskan diri dari riba dengan cara meninggalkannya dan menjauhkan diri darinya dan dia harus menyingkirkan harta yang sudah diperolehnya dengan cara riba, apabila dia telah meraup harta dengan cara haram ini maka dia wajib mengembalikan harta itu kepada pemiliknya atau meminta penghalalan kepadanya.
Apabila dia mengatakan “Saya sudah bertaubat kepada Allah”, akan tetapi ternyata dia masih meneruskan perbuatan yang diharamkan, maka taubat ini tidaklah diterima. Bahkan taubat seperti ini sebenarnya seolah-olah merupakan tindak pelecehan terhadap Allah SWT, bagaimana seseorang bertaubat kepada Allah SWT sementara dia masih terus bermaksiat kepada-Nya? Dalam kondisi bagaimanapun setiap insan harus meninggalkan dosa yang dia sudah bertaubat darinya, apabila dia tidak meninggalkannya maka taubatnya tertolak dan tidak akan bermanfaat baginya di sisi Allah SWT.
  1. 4. Bertekad tidak mengulangi perbuatan dosa.
Seseorang yang bertaubat, harus dengan sungguh-sungguh bertekat untuk tidak mengulangi dosa yang sama dimasa yang akan datang. Apabila seseorang  masih mengulangi perbuatan dosa ketika terbuka kesempatan bagimu untuk melakukannya, maka sesungguhnya taubat itu tidak diterima Allah SWT. Tidak dalam keadaan Sakatarul Maut.
Apabila ada seseorang yang bertaubat dimana taubatnya sudah tidak bisa diterima lagi oleh Allah SWT, maka saat itu taubatnya tidak lagi bermanfaat. Tidaklah diterima taubat seseorang apabila nyawa sudah berada dikerongkongan (sakaratul maut), seperti taubatnya raja Fir’aun. Allah berfirman,
Dan tidaklah Taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. (An-Nisa [4]: ayat 18)
Maka seseorang  apabila sudah berhadapan dengan maut dan ajal sudah mendatanginya ini berarti ia sudah hampir terputus dari kehidupannya, maka taubatnya itu tidak berada pada tempat yang semestinya! Sesudah dia berputus asa untuk bisa hidup lagi dan mengetahui dia tidak bisa hidup untuk seterusnya, maka dia pun baru mau bertaubat. Ini adalah taubat di saat terjepit, dan tidak akan diterima taubatnya, sebab seharusnya taubat itu dilakukannya sejak dahulu, ketika masih hidup normal, bukan di ambang kematian. Allah berfirman,
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Al-Baqarah [2]: ayat 222)
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba Allah SWT yang suka bertaubat dan mensucikan diri, dimatikan Allah dalam keadaan khusnul khatimah, amin.
Wabillahit-taufiq wal hidayah

Tiada ulasan:

Catat Ulasan


















KETURUNAN SIAM MALAYSIA.

Walaupun saya sebagai rakyat malaysia yang berketurunan siam malaysia,saya tetap bangga saya adalah thai malaysia.Pada setiap tahun saya akan sambut perayaan di thailand iaitu hari kebesaraan raja thai serta saya memasang bendera kebangsaan gajah putih.

LinkWithin