Selain itu ada pula tanda-tanda
pubertas pada remaja secara kejiwaan atau psikologis. Perkembangan
secara psikologis ditandai dengan munculnya rasa ketertarikan pada lawan
jenis. Para remaja mengenalnya dengan kasmaran atau jatuh cinta. Dan
munculnya rasa ketertarikan pada lawan jenis itu lebih karena didorong
oleh mulai matangnya alat-alat kelamin sekunder. Alias nafsu atau hasrat
seksual yang mulai tumbuh menggebu-gebu. Sementara itu secara kejiwaan
pada masa pubertas remaja akan mengalami kelabilan ataupun ke-galau-an.
Ini yang perlu diwaspadai bersama.
Menurut para ahli, kematangan
alat kelamin sekunder pada remaja laki-laki biasanya terjadi antara usia
13 – 15 tahun. Sedang pada perempuan terjadi pada usia antara 12 – 14
tahun. Bahkan kini seiring kemajuan zaman masa puber tersebut semakin
cepat terjadi. Mungkin saja karena pengaruh makanan-makanan modern yang
turut memicunya.
Seperti halnya kata seorang
pakar masalah seks, Dr. H Boyke Dian Nugraha SpOG MARS. Dr. Boyke
mengatakan bahwa “cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar
dari remaja manapun di dunia ini. Tak jarang masa depan mereka yang
penuh harapan itu hancur berantakan karena masalah cinta dan seks.
Inilah titik rawan masa remaja”.
Apa yang dikutip dari pendapat
Dr. Boyke itu memang relevan dengan berbagai kasus yang dialami para
remaja Indonesia sekarang ini. Bahkan berdasar pengamatan di lapangan
sekarang ini banyak anak pra-remaja (usia Sekolah Dasar) yang sudah
mulai mengenal yang namanya cinta. Walaupun pada kenyataannya mereka
belum paham apa itu cinta yang sesungguhnya.
Mereka hanyalah korban dari
keadaan (termasuk tayangan TV) yang memaksa mereka untuk mengetahui dan
mencoba sesuatu yang semestinya belum mereka lakukan. Apa akibatnya?
Banyak anak-anak pra-remaja yang kini telah mencoba ataupun menjadi
korban yang namanya “seks”. Ironis sekali memang.
Pacaran atau dalam Islam dikenal
ta’aruf sesungguhnya merupakan hal yang wajar dan baik bagi upaya
pengembangan kematangan emosional remaja. Asalkan pacarannya diisi
dengan hal-hal yang positif dan tidak melanggar ajaran agama serta nilai
norma yang ada. Pacaran itu wajib mematuhi rambu-rambu yang ada, jangan
berlebih-lebihan. Dan jangan sampai kebablasan menjurus kearah
melakukan hubungan seks. Memang terkadang begitu berat godaan yang
menghampiri. Kekuatan iman dan hati nurani sebaiknya selalu menjadi
pertimbangan atau benteng para remaja.
Bagi para remaja harus terus
disadarkan, ungkapan cinta atau kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan
dalam bentuk aktivitas seksual yang bersifat destruktif. Remaja
Indonesia harus berani mengatakan TIDAK manakala kekasihnya meminta
melakukan aktivitas pacaran yang melanggar ajaran agama maupun nilai
norma dalam masyarakat. Termasuk hubungan seks ataupun hal-hal yang
mengarah kepada aktivitas seksual lainnya. Kepada para remaja, cinta
adalah ketulusan juga kasih sayang yang sifatnya konstruktif atau
membangun atau membaikkan. Bukan penyaluran hawa nafsu seksual yang
justru akan merusak dan menodai kesucian cinta itu sendiri.
Ingat, masa remaja hanya datang
satu kali dalam seumur hidup kita. Itu artinya sekali Anda (para remaja)
terjerumus pada jalan yang salah, maka seumur hidup penyesalan yang
akan dirasakan. Masa remaja, masa mengenal cinta. Maka belajarlah
mengenal cinta yang konstruktif. Jika pacaran, jauhi yang namanya
hubungan seks.
Lakukan aktivitas yang positif,
semisal merancang cita-cita bersama, belajar kelompok bersama, saling
mengingatkan dalam kebaikan, berlomba meraih prestasi, dan aktivitas
positif lainnya. Jadilah remaja Indonesia yang smart, pandai memilah
antara yang salah dan yang benar. Remaja Indonesia mari gelorakan
semangat: Say yes to “LOVE”, say NO to “seks” !
Tiada ulasan:
Catat Ulasan