Bumi semakin panas, pemanasan global, itulah isu yang kita rasakan
sekarang ini, dan isu ini sampai kapankah berakhir?. Nyatanya hari demi
hari yang dirasakan memang bumi semakin panas. Jam 8 pagi dirasakan
panasnya sama dengan jam 12 siang masa dekade 20 tahunan ke belakang.
Bahkan di Amerika sana telah disimulasikan oleh komputer, bagaimana
jadinya jika pemanasan global ini mampu mencairkan kutub atau benua
Antartika, hasilnya permukaan laut akan meninggi sampai 60 meter
tingginya, bukankah jika terjadi maka bumi ini menjadi kiamat?.
Bumi semakin panas, persaingan hidup semakin keras. Bahkan setiap orang bagai ada di dunia satwa hutan belantara dimana hukum rimba berlaku, si kuat memangsa si lemah demi sekedar mengenyangkan perutnya. Berjuta problema kehidupan membayangi silih berganti, terkadang problem yang satu belum tersolusi, datang pula problem lainnya, hal ini terus bertumpuk dan tak pernah berujung dalam penyelesaian.
Bumi semakin panas, eksplorasi alam terus berlangsung, pemerkosaan hutan, cuaca tak menentu, petani tidak bisa lagi melakukan jadwal tanamnya seperti dulu, banjir, longsor ketika musin hujan, atau kekeringan ketika musim kemarau. Sementara itu, di setiap jalanan atau gang sempit, becek kumuh berjubel ratusan orang dewasa dan anak-anak memenuhi jalanan bak kelinci dikandangnya. Mereka melakukan aktivitas seharian tanpa mengenal waktu berbaur satu sama lain tanpa mengindahkan norma-norma kaedah dalam pergaulannya. Mereka mau jadi apa nantinya?
Kebutuhan primer, sekunder mapun mewah manusia telah menyebabkan manusia harus mengeksplorasi apapun di muka bumi ini. Inilah penyebab utama percepatan rusaknya alam, bumi semakin panas. Padahal eksplorasi ini akan terus berlangsung dan semakin cepat sejalan dengan tingkat populasi manusia yang semakin tinggi dan akan mencapai angka 9,2 milyar manusia pada tahun 2050. fantastis!
Apakah faktor terlalu banyaknya manusia ini berpengaruh terhadap ekosistem alam? Menurut berita yang bersumber dari Kompas Cybermedia, menyebutkan bahwa “Manusia telah merusak Bumi dengan kecepatan yang tidak diduga sebelumnya. Hal ini meningkatkan resiko kerusakan alam yang bisa mengakibatkan munculnya penyakit, kekeringan, atau zona mati di lautan”.
Lebih lanjut dikatakan bahwa; “Penelitian yang melibatkan 1.360 ahli dari 95 negara ini menyebutkan naiknya populasi manusia selama 50 tahun terakhir telah meningkatkan pencemaran dan eksploitasi berlebih terhadap dua pertiga sistem ekologi yang menjadi tumpuan kehidupan.
Aktivitas manusia telah merusakkan fungsi alami Bumi dan kemampuan eskosistemnya sehingga barangkali tidak akan ada yang tersisa bagi generasi mendatang. Disebutkan, sepuluh hingga 30 persen mamalia, burung, dan jenis-jenis amfibi telah terancam punah. Ini adalah tanda menurunnya dukungan bagi kehidupan di planet kita.
Selama 50 tahun terakhir, manusia telah mengubah ekosistem secara lebih cepat dan meluas dibanding waktu lain dalam sejarah. Pertumbuhan permintaan makanan, air, kayu, serta bahan bakar belum pernah sebanyak jangka waktu itu. Ini mengakibatkan hilangnya keanekaragaman kehidupan di Bumi”.
Lebih lanjut Kompas Cybermedia menyebutkan, bahwa “dicontohkan, sejak tahun 1945, semakin banyak tanah yang berubah menjadi lahan pertanian atau pemukiman dibandingkan sepanjang abad 18 dan 19”.
Apakah keprihatinan ke depan itu tidak berkepanjangan?. Tengoklah statistik kependudukan yang menyatakan bahwa pada tahun 2050 penduduk dunia akan mencapai 9,2 miliar dan penduduk Indonesia 280 juta. Padahal sebagaimana di lansir Kompas Cybermedia tersebut bahwa terlalu banyaknya penduduk itu selain berpengaruh secara revolusioner terhadap faktor ekosistem juga akan mempengaruhi langsung sektor ekonomi dan sosial.
Untuk itu, tidak ada salahnya kita merenung sejenak untuk menyikapi ayat berikut: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS 13:11).
QS 2:60, “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu’. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rejeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.”
QS 2:205, “Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”
QS 5:33, “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar.”
QS 5:64, “Orang-orang Yahudi berkata: ‘Tangan Allah terbelenggu’, sebenarnya tangan merekalah yang terbelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Qur`an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan diantara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.”
QS 7:74, “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum `Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu meraja lela di muka bumi membuat kerusakan.”
QS 7:85, “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka Syu`aib. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.”
QS 11:85, “Dan Syu`aib berkata: ‘Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan berbuat kerusakan.”
QS 13:25, “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di muka bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang paling buruk (Jahannam).”
QS 26:183, “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;”
QS 26:151, “dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas,”
QS 26:152, “yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.”
QS 28:77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagian dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
QS 31:41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Kita tidak bermuluk-muluk ingin merubah dunia, tapi percayalah kita hidup syarat dengan permasalahan ini justru karena kita hidup di dunia, mau atau tidak kita ada didalamnya.
Bumi semakin panas, persaingan hidup semakin keras. Bahkan setiap orang bagai ada di dunia satwa hutan belantara dimana hukum rimba berlaku, si kuat memangsa si lemah demi sekedar mengenyangkan perutnya. Berjuta problema kehidupan membayangi silih berganti, terkadang problem yang satu belum tersolusi, datang pula problem lainnya, hal ini terus bertumpuk dan tak pernah berujung dalam penyelesaian.
Bumi semakin panas, eksplorasi alam terus berlangsung, pemerkosaan hutan, cuaca tak menentu, petani tidak bisa lagi melakukan jadwal tanamnya seperti dulu, banjir, longsor ketika musin hujan, atau kekeringan ketika musim kemarau. Sementara itu, di setiap jalanan atau gang sempit, becek kumuh berjubel ratusan orang dewasa dan anak-anak memenuhi jalanan bak kelinci dikandangnya. Mereka melakukan aktivitas seharian tanpa mengenal waktu berbaur satu sama lain tanpa mengindahkan norma-norma kaedah dalam pergaulannya. Mereka mau jadi apa nantinya?
Kebutuhan primer, sekunder mapun mewah manusia telah menyebabkan manusia harus mengeksplorasi apapun di muka bumi ini. Inilah penyebab utama percepatan rusaknya alam, bumi semakin panas. Padahal eksplorasi ini akan terus berlangsung dan semakin cepat sejalan dengan tingkat populasi manusia yang semakin tinggi dan akan mencapai angka 9,2 milyar manusia pada tahun 2050. fantastis!
Apakah faktor terlalu banyaknya manusia ini berpengaruh terhadap ekosistem alam? Menurut berita yang bersumber dari Kompas Cybermedia, menyebutkan bahwa “Manusia telah merusak Bumi dengan kecepatan yang tidak diduga sebelumnya. Hal ini meningkatkan resiko kerusakan alam yang bisa mengakibatkan munculnya penyakit, kekeringan, atau zona mati di lautan”.
Lebih lanjut dikatakan bahwa; “Penelitian yang melibatkan 1.360 ahli dari 95 negara ini menyebutkan naiknya populasi manusia selama 50 tahun terakhir telah meningkatkan pencemaran dan eksploitasi berlebih terhadap dua pertiga sistem ekologi yang menjadi tumpuan kehidupan.
Aktivitas manusia telah merusakkan fungsi alami Bumi dan kemampuan eskosistemnya sehingga barangkali tidak akan ada yang tersisa bagi generasi mendatang. Disebutkan, sepuluh hingga 30 persen mamalia, burung, dan jenis-jenis amfibi telah terancam punah. Ini adalah tanda menurunnya dukungan bagi kehidupan di planet kita.
Selama 50 tahun terakhir, manusia telah mengubah ekosistem secara lebih cepat dan meluas dibanding waktu lain dalam sejarah. Pertumbuhan permintaan makanan, air, kayu, serta bahan bakar belum pernah sebanyak jangka waktu itu. Ini mengakibatkan hilangnya keanekaragaman kehidupan di Bumi”.
Lebih lanjut Kompas Cybermedia menyebutkan, bahwa “dicontohkan, sejak tahun 1945, semakin banyak tanah yang berubah menjadi lahan pertanian atau pemukiman dibandingkan sepanjang abad 18 dan 19”.
Apakah keprihatinan ke depan itu tidak berkepanjangan?. Tengoklah statistik kependudukan yang menyatakan bahwa pada tahun 2050 penduduk dunia akan mencapai 9,2 miliar dan penduduk Indonesia 280 juta. Padahal sebagaimana di lansir Kompas Cybermedia tersebut bahwa terlalu banyaknya penduduk itu selain berpengaruh secara revolusioner terhadap faktor ekosistem juga akan mempengaruhi langsung sektor ekonomi dan sosial.
Untuk itu, tidak ada salahnya kita merenung sejenak untuk menyikapi ayat berikut: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS 13:11).
QS 2:60, “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu’. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rejeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.”
QS 2:205, “Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”
QS 5:33, “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar.”
QS 5:64, “Orang-orang Yahudi berkata: ‘Tangan Allah terbelenggu’, sebenarnya tangan merekalah yang terbelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Qur`an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan diantara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.”
QS 7:74, “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum `Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu meraja lela di muka bumi membuat kerusakan.”
QS 7:85, “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka Syu`aib. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.”
QS 11:85, “Dan Syu`aib berkata: ‘Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan berbuat kerusakan.”
QS 13:25, “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di muka bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang paling buruk (Jahannam).”
QS 26:183, “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;”
QS 26:151, “dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas,”
QS 26:152, “yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.”
QS 28:77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagian dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
QS 31:41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Kita tidak bermuluk-muluk ingin merubah dunia, tapi percayalah kita hidup syarat dengan permasalahan ini justru karena kita hidup di dunia, mau atau tidak kita ada didalamnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan