2. Kitab Agama Buddha
Ajaran agama Buddha bersumber pada kitab Tripitaka, yang berarti
tiga keranjang atau tiga kumpulan ajaran. Kitab ini merupakan kumpulan
khotbah, keterangan, perumpamaan, dan percakapan yang pernah
dilakukan Sang Buddha dengan para siswa dan pengikutnya. Kitab
Tripitaka terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
d. Sutta Pittaka, yang berisi peraturan-peraturan yang mengatur
kehidupan Sangha dan para penganutnya. Sutta Pitaka terdiri atas lima
bagian, yaitu: Digha Nikaya, Majjhima Nikkaya, Anguttara Nikaya,
Khuddaka Nikaya, dan Samyutta Nikaya. Adapun perintah puasa
terdapat dalam Sutta Pittaka bagian Anguttara Nikaya.
e. Vinayya Pittaka, yang berisi tentang hal-hal yang berkenaan dengan
peraturan-peraturan bagi para bhikkku dan bhikkuni. Vinayya Pittaka
terdiri atas lima bagian, yaitu: Parajika, Pacittiya, Mahavagga,
Culavagga, dan Parivara.
f. Abidhamma Pittaka, yang berisi tentang filsafat agama Buddha,
dimana terdapat pembahasan yang mendalam tentang hakikat dan
tujuan hidup Abidhamma Pittaka terdiri atas tujuh bagian, yaitu:
Dhamma sangani, Vibhanga, Dhatukatha, Puggala pannatti,
Kathavatthu, Yamaka, dan Patthana (Team, 1992:4-8).
3. Sistem Kepercayaan Buddha
Dalam agama Buddha kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dicapai bukan melalui proses evolusi atau penalaran, melainkan
melalui Boddhi (Penerangan Sempurna). Sejak mulai disampaikannya
Dhamma oleh Sang Buddha Gotama, dalam agama Buddha telah terdapat
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang memungkinkan umatnya bebas dari
samsara, yang merupakan tempat perlindungan sampai terciptanya
Pembebasan Mutlak (nibbana), yang menyatukan semua insan, yang
menjadi tujuan akhir.
Umat Buddha di Seluruh dunia menyatakan ketaatan dan kesetiaan
mereka kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha dengan kata-kata dalam
suatu rumusan kuno yang sederhana namun menyentuh hati, yang terkenal
dengan nama Tisarana (tiga perlindungan). Tisarana adalah ungkapan
keyakinan (saddha) bagi umat Buddha. Saddha yang diungkapkan dengan
kata “berlindung” mempunyai tiga aspek:
a. Aspek kemauan, artinya umat Buddha berlindung kepada Tiratana
dengan penuh kesadaran, bukan sekedar sebagai kepercayaan teoritis,
adat kebiasaan atau tradisi saja.
b. Aspek pengertian, mencakup pengertian akan perlunya perlindungan
yang memberi harapan dan menjadi tujuan bagi semua makhluk dalam
samsara ini, dan pengertian akan adanya hakekat dari perlindungan itu
sendiri.
c. Aspek perasaan (emosional), mencakup unsur-unsur keyakinan,
pengabdian, dan cinta kasih. Peengertian akan adanya perlindungan
memberikan keyakinan yang kokoh dalam diri sendiri, serta
menghasilkan ketenangan dan kekuatan. Pengertian akan adanya
perlindungan mendorong pengabdian yang mendalam kepada-Nya, dan
pengertian akan hakikat perlindungan memenuhi batin dengan cinta
kasih kepada Yang Maha Tinggi, yang memberikan semangat,
kehangatan, dan kegembiraan.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa “berlindung” dalam
agama Buddha berarti suatu tindakan yang sadar, yang bertujuan untuk
mencapai pembebasan yang berlandaskan pengertian dan didorong oleh
keyakinan atau bisa juga diartikan suatu tindakan yang sadar dari
keyakinan, pengertian, dan pengabdian (Team, 1992:24-26).
Ajaran agama Buddha bersumber pada kitab Tripitaka, yang berarti
tiga keranjang atau tiga kumpulan ajaran. Kitab ini merupakan kumpulan
khotbah, keterangan, perumpamaan, dan percakapan yang pernah
dilakukan Sang Buddha dengan para siswa dan pengikutnya. Kitab
Tripitaka terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
d. Sutta Pittaka, yang berisi peraturan-peraturan yang mengatur
kehidupan Sangha dan para penganutnya. Sutta Pitaka terdiri atas lima
bagian, yaitu: Digha Nikaya, Majjhima Nikkaya, Anguttara Nikaya,
Khuddaka Nikaya, dan Samyutta Nikaya. Adapun perintah puasa
terdapat dalam Sutta Pittaka bagian Anguttara Nikaya.
e. Vinayya Pittaka, yang berisi tentang hal-hal yang berkenaan dengan
peraturan-peraturan bagi para bhikkku dan bhikkuni. Vinayya Pittaka
terdiri atas lima bagian, yaitu: Parajika, Pacittiya, Mahavagga,
Culavagga, dan Parivara.
f. Abidhamma Pittaka, yang berisi tentang filsafat agama Buddha,
dimana terdapat pembahasan yang mendalam tentang hakikat dan
tujuan hidup Abidhamma Pittaka terdiri atas tujuh bagian, yaitu:
Dhamma sangani, Vibhanga, Dhatukatha, Puggala pannatti,
Kathavatthu, Yamaka, dan Patthana (Team, 1992:4-8).
3. Sistem Kepercayaan Buddha
Dalam agama Buddha kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dicapai bukan melalui proses evolusi atau penalaran, melainkan
melalui Boddhi (Penerangan Sempurna). Sejak mulai disampaikannya
Dhamma oleh Sang Buddha Gotama, dalam agama Buddha telah terdapat
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang memungkinkan umatnya bebas dari
samsara, yang merupakan tempat perlindungan sampai terciptanya
Pembebasan Mutlak (nibbana), yang menyatukan semua insan, yang
menjadi tujuan akhir.
Umat Buddha di Seluruh dunia menyatakan ketaatan dan kesetiaan
mereka kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha dengan kata-kata dalam
suatu rumusan kuno yang sederhana namun menyentuh hati, yang terkenal
dengan nama Tisarana (tiga perlindungan). Tisarana adalah ungkapan
keyakinan (saddha) bagi umat Buddha. Saddha yang diungkapkan dengan
kata “berlindung” mempunyai tiga aspek:
a. Aspek kemauan, artinya umat Buddha berlindung kepada Tiratana
dengan penuh kesadaran, bukan sekedar sebagai kepercayaan teoritis,
adat kebiasaan atau tradisi saja.
b. Aspek pengertian, mencakup pengertian akan perlunya perlindungan
yang memberi harapan dan menjadi tujuan bagi semua makhluk dalam
samsara ini, dan pengertian akan adanya hakekat dari perlindungan itu
sendiri.
c. Aspek perasaan (emosional), mencakup unsur-unsur keyakinan,
pengabdian, dan cinta kasih. Peengertian akan adanya perlindungan
memberikan keyakinan yang kokoh dalam diri sendiri, serta
menghasilkan ketenangan dan kekuatan. Pengertian akan adanya
perlindungan mendorong pengabdian yang mendalam kepada-Nya, dan
pengertian akan hakikat perlindungan memenuhi batin dengan cinta
kasih kepada Yang Maha Tinggi, yang memberikan semangat,
kehangatan, dan kegembiraan.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa “berlindung” dalam
agama Buddha berarti suatu tindakan yang sadar, yang bertujuan untuk
mencapai pembebasan yang berlandaskan pengertian dan didorong oleh
keyakinan atau bisa juga diartikan suatu tindakan yang sadar dari
keyakinan, pengertian, dan pengabdian (Team, 1992:24-26).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan