Meski kejadiannya dari dulu telah marak, tetapi saat ini
semakin sering terdengar kasus pelecehan seksual terhadap anak.
Pelecehan seksual pada anak, membayangkannya saja sudah membuat para
orang tua bergidik! Namun, hal itu adalah kenyataan yang menakutkan dan
tidak menyenangkan di dalam dunia yang tidak menentu ini harus
dihadapi. Apalagi, pengaruhnya atas anak-anak bisa menghancurkan
psiokososial, tumbuh dan berkembangnya di masa depan. Menurut berbagai
penelitian, korban pelecehan seksual adalah anak laki-laki dan perempuan
berusia bayi sampai usia 18 tahun. Kebanyakan pelakunya adalah orang
yang mereka kenal dan percaya. Sebagai orangtua, sangat mutlak harus
melindungi anak di sekitarnya untuk terlindung dari bahaya pelecehan
seksual pada anak. Pendidikan seksual dan pemberian informasi tentang
permasalahan pelecehan seksual tampaknya dapat mencegah perilaku
pelecehan seksual.
Terdapat beberapa informasi dan pengetahuan kepada anak yang perlu
diberikan kepada anak agar terhindar dari kekerasan seksual, sejak
anak berusia 2-4 tahun. Pada awalnya, anak harus dibritahukan agar
jangan berbicara atau menerima pemberian dari orang asing. Anak juga
harus selalu meminta izin orang tua jika akan pergi. “ Katakan pada
anak bahwa mereka harus segera melaporkan kepada bapak atau ibunya
apabila ada orang yang menyentuh alat kelamin atau tubuh mereka dengan
cara yang tidak mereka sukai. Katakan juga agar anak berteriak atau
kabur jika merasa terancam oleh orang yang tak dikenal. Agar anak dapat
memahami bahwa orang lain dapat melakukan hal-hal yang tidak
menyenangkan kepada dirinya berkaitan dengan perbuatan seksual dan
upaya anak dapat memahami hal tersebut, pengenalan bagian tubuh kepada
anak mutlak dilakukan.
Tanggung Jawab orang tua
Tanggung jawab utama untuk melindungi anak-anak dari pelecehan ada
pada orang tua, bukan pada anak-anak. Karena itu, orang tua harus
terdidik sebelum bisa mendidik anak. Jika Anda orang tua, ada beberapa
hal yang perlu Anda ketahui. Anda perlu mengetahui ciri-ciri pelaku dan
bagaimana modusnya. Orang tua sering membayangkan pelaku sebagai orang
tak dikenal yang mengintai di kegelapan, mencari-cari cara untuk
menculik dan memperkosa anak-anak. Orang jahat seperti itu memang ada.
Media berita sering kali melaporkan tentang mereka. Namun, secara
relatif mereka jarang ada. Dalam sekitar 90 persen kasus pelecehan
seksual anak, pelakunya adalah orang yang sudah dikenal dan dipercaya
oleh si anak.
Orangtua sulit untuk berpikir atau membayangkan bahwa manusia di
sekitarnya yang dikenal baik seperti tetangga, guru, tenaga medis,
pelatih olahraga, atau kerabat bisa berp[optensi melakukann pelecehan
seksual pada anak. Dan, kebanyakan orang memang tidak begitu. Padahal,
sebagian besar pelakunya justru orang dekat yang dikenal anak atau
keluarga. Memang seharusnya tidak perlu mencurigai setiap orang di
sekitar. Namun, orangtua dapat melindungi anaknya dengan
mengetahui karakteristik seorang pelaku pelecehan.
Karakteristik Pelaku Pelecehan Seksual
Seorang pelaku pelecehan seksual pada anak atau
pemerkosa biasanya sangat lihai sehingga tidak akan memaksa korbannya.
Sebaliknya, ia mungkin lebih suka merayu anak-anak secara bertahap.
Mula-mula, ia memilih calon korbannya, sering kali anak yang kelihatan
tidak berdaya dan penurut, dengan demikian secara relatif mudah
dikendalikan. Kemudian, ia memberikan perhatian khusus kepada anak itu.
Ia mungkin juga mencoba mendapatkan kepercayaan orang tuanya. Para
pemerkosa sering kali mahir berpura-pura menaruh minat yang tulus kepada
si anak dan keluarganya.
Akhirnya, si pemerkosa akan mulai mempersiapkan si anak untuk
dijadikan korban. Sedikit demi sedikit, ia mulai lebih banyak mengadakan
kontak badan dengan si anak melalui pertunjukan kasih sayang,
gulat-gulatan, dan gelitikan yang tampaknya polos. Ia mungkin menghujani
si anak dengan hadiah dan mulai memisahkannya dari teman-teman, kakak
adik, dan orang tua, supaya bisa berduaan saja dengan si anak. Pada
suatu waktu, ia mungkin meminta si anak tidak menceritakan rahasia kecil
kepada orang tua—mungkin tentang suatu hadiah atau rencana jalan-jalan.
Taktik-taktik tersebut melicinkan jalan untuk rayuan. Sewaktu si
pemerkosa telah mendapatkan kepercayaan si anak serta orang tuanya, ia
siap beraksi.
Cara yang dilakukan tampaknya tidak kentara, tidak kejam atau
memaksa. Ia mungkin memanfaatkan keingintahuan wajar si anak tentang
seks, menawarkan untuk menjadi ”guru”, atau ia mungkin mengajaknya
mengadakan ”permainan istimewa” yang tidak boleh diketahui orang lain.
Ia mungkin mencoba memperlihatkan pornografi kepada si anak supaya
perilaku demikian tampak normal.
Jika ia berhasil memperkosa si anak, ia sekarang ingin sekali
memastikan bahwa si anak tidak menceritakannya kepada siapa-siapa. Ia
mungkin menggunakan berbagai taktik, misalnya dengan mengancam, memeras,
dan menyalahkan, atau mungkin dengan mengkombinasikan cara-cara itu.
Contohnya, ia mungkin mengatakan, ”Salah kamu sendiri. Kamu sih tidak
menyuruh saya berhenti.” Ia mungkin menambahkan, ”Kalau kamu beri tahu
Mama Papa, mereka akan memanggil polisi dan saya dipenjarakan untuk
selamanya.” Atau, ia mungkin mengatakan, ”Ini rahasia kita berdua. Kalau
kamu cerita, tidak ada yang bakal percaya. Awas kalau Mama Papa sampai
tahu, akan saya hajar mereka.” Ada banyak sekali taktik licik dan jahat
yang akan diupayakan orang-orang ini.
Dengan mengenali taktik-taktik
tersebut, sebagai orang tua dapat lebih siap untuk bertindak dalam hal
mencegah terjadinya segala sesuatu. Misalnya, jika seseorang, yang
tampak lebih berminat pada anak-anak ketimbang orang dewasa, memberikan
perhatian khusus dan hadiah-hadiah kepada anak Anda atau menawarkan
untuk menjaganya tanpa bayaran atau bertamasya berduaan dengan anak.
Meskipun bel;um tentu harus dicurigai sepenuhnya, paling tidak tidak ada
salahnya saat itu mulai dilakukan tindakan preventif.
Memberi Pelajaran tentang seks pada anak
Membahas masalah seks
pada anak memang tidak mudah. Namun, mengajarkan pendidikan seks pada
anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam hidupnya.
Anak yang tidak tahu apa-apa tentang seks akan menjadi korban empuk
berikutnya. Anak-anak yang kurang pengetahuan tentang seks jauh lebih
mudah dibodohi oleh para pelaku p[elecehan seksual. Sehingga untuk
melindungi anak dari segala sesuatu yang tidak diinginkan, amatlah
penting memberikan edukasi khusus kepada anak. Pendidikan yang terkait
adalah pendidikan seks dan pemberian informasi berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan upaya pelecehan seksual.
Pendidikan seks pada anak didefinisikan
sebagai pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang dapat dilanjutkan
pada reproduksi seksual. Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak,
menghindarkan anak dari resiko negatif perilaku seksual. Karena dengan
sendirinya anak akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila
dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta
kesiapan mental dan material seseorang.
Banyak orang tua merasa segan dan risi
untuk membahas topik seks dengan anak-anak. Apalagi anak mungkin lebih
risi lagi, dan kemungkinan besar dua masalah ini membuat lebih sulit
untuk memulainya. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya
sedini mungkin. Tepatnya dimulai saat anak masuk play group (usia
3-4 tahun), karena pada usia ini anak sudah dapat mengerti mengenai
organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan dengan pengenalan organ
tubuh internal
Pelajaran sederhana yang bisa dilakukan
adalah mulai sejak dini dengan menyebutkan bagian-bagian tubuh.
Sebaiknya dipakai bahasa yang benar, bukan bahasa anak-anak, untuk
memperlihatkan kepada mereka bahwa tidak ada satu bagian pun dari tubuh
mereka yang aneh atau memalukan.” Petunjuk untuk menghindari pelecehan
menyusul dengan sendirinya. Banyak orang tua memberi tahu anak-anak
bahwa bagian tubuh yang tertutup pakaian renang bersifat pribadi dan
khusus.
Pendidikan seks lain yang secara tidak
disadari sudah dilakukan adalah mengajari anak untuk membersihkan alat
genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air
besar (BAB), agar anak dapat mandiri dan tidak bergantung dengan orang
lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat mengajari anak
untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat
kelaminnya
Cara menyampaikan pendidikan seksual
itu pun tidak boleh terlalu vulgar, karena justru akan berdampak negatif
pada anak. Di sini orangtua sebaiknya melihat faktor usia. Artinya
ketika akan mengajarkan anak mengenai pendidikan seks, lihat sasaran
yang dituju. Karena ketika anak sudah diajarkan mengenai seks, anak akan
kristis dan ingin tahu tentang segala hal.
Beberapa contoh kasus dalam
pembelajaran pendidikan seks pada anak misalnya mengatakan bahwa alat
kelamin atau penisnya adalah milik pribadi, dan bukan mainan. Tidak
boleh dijadikan mainan oleh siapa pun—Mama, Papa, bahkan dokter. Sewaktu
kami membawanya ke dokter, saya menjelaskan bahwa dokter hanya mau
memeriksa dan karena itu boleh memegangnya.” Kedua orang tua ikut dalam
pembicaraan singkat ini dari waktu ke waktu, dan meyakinkan si anak
bahwa ia bisa memberi tahu mereka kapan saja jika ada yang menyentuhnya
dengan cara yang tidak benar atau yang membuatnya merasa risi. Para
pakar dalam bidang pengasuhan anak dan pencegahan penganiayaan
menyarankan agar semua orang tua mengadakan percakapan serupa dengan
anak-anak mereka.
Anak-anak perlu tahu bahwa ada yang suka meraba anak-anak atau
menyuruh anak-anak meraba mereka dengan cara yang salah. Peringatan ini
tidak perlu membuat anak-anak cemas, ketakutan atau mencurigai semua
orang dewasa. ”Itu semacam petunjuk kewaspadaan dan keamanan saja.
Dibeberapa negara yang sudah maju para
orangtua telah mendapatkan buku panduan mengenai pendidikan seks agar
mereka dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan anak. Sementara di
Indonesia, karena belum ada, maka sebaiknya para orangtua sigap dengan
mencari informasi mengenai pendidikan seks di internet, buku bacaan,
koran atau majalah.
Tanda dan gejala pelecehan seksual
Gejala dan tanda seorang anak yang
mengalami pelecehan seksual tidak selalu jelas. Ada anak-anak yang
menyimpan rahasia pelecehan seksual yang dialaminya dengan bersikap
manis dan patuh, berusaha agar tidak menjadi pusat perhatian. Meskipun
pelecehan seksual terhadap anak tidak memperlihatkan bukti yang jels.
Namun, jika tanda-tanda yang
mencurigakan tampak pada anak dan terlihat terus-menerus dalam jangka
waktu panjang, kiranya perlu segera mempertimbangkan kemungkinan anak
telah mengalami pelecehan seksual. Tanda dan indikasi pelecehan seksual
antara lain memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi kencing,
penyakit kelamin, dan sakit kerongkongan tanpa penyebab jelas bisa
merupakan indikasi seks oral.
Remaja Tandanya sama dengan di atas dan
kelakuan yang merusak diri sendiri, pikiran bunuh diri, gangguan makan,
melarikan din, berbagai kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang
atau alkohol, kehamilan dini, melacur, seks di luar nikah, atau kelakuan
seksual lain yang tak biasa.
Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain sangat takut kepada
siapa saja atau pada tempat tertentu atau orang tertentu, perubahan
kelakuan yang tiba-tiba, gangguan tidur (susah tidur, mimpi buruk, dan
ngompol), menarik diri atau depresi, serta perkembangan terhambat. Anak
usia prasekolah Gejalanya sama ditambah tanda-tanda berikut: Tanda
fisik: antara lain perilaku regresif, seperti mengisap jempol,
hiperaktif, keluhan somatik seperti sakit kepala yang terus-menerus,
sakit perut, sembelit. Tanda pada perilaku emosional dan sosial:
kelakuan yang tiba-tiba berubah, anak mengeluh sakit karena perlakuan
seksual. Tanda pada perilaku seksual: masturbasi berlebihan, mencium
secara seksual, mendesakkan tubuh, melakukan aktivitas seksual
terang-terangan pada saudara atau teman sebaya, tahu banyak tentang
aktivitas seksual, dan rasa ingin tahu berlebihan tentang masalah
seksual. Anak usia sekolah Memperlihatkan tanda-tanda di atas serta
perubahan kemampuan belajar, seperti susah konsentrasi, nilai turun,
telat atau bolos, hubungan dengan teman terganggu, tidak percaya kepada
orang dewasa, depresi, menarik diri, sedih, lesu, gangguan tidur, mimpi
buruk, tak suka disentuh, serta menghindari hal-hal sekitar buka
pakaian.
Perlihatkan kepada anak bahwa menceritakan hal itu adalah perbuatan benar. Jangan desak anak untuk menceritakan detail pengalamannya. Anak harus diyakinkan bahwa dia tak bersalah. Hal ini dalam kenyataan tak mudah melakukannya karena anak kerap menganggap dirinyalah penyebabnya.
Perlihatkan kepada anak bahwa menceritakan hal itu adalah perbuatan benar. Jangan desak anak untuk menceritakan detail pengalamannya. Anak harus diyakinkan bahwa dia tak bersalah. Hal ini dalam kenyataan tak mudah melakukannya karena anak kerap menganggap dirinyalah penyebabnya.
Bagaimana jika anak buka rahasia?
Jagalah, jangan sampai anak terkejut oleh respons orang tua. Jika anak
membuka rahasia, penting menyadari reaksi orang tua dan anak itu
sendiri. Orang tua perlu tahu apa yang mesti dilakukan. Mendengar apa
yang dialami anak mungkin kita merasa marah, terkejut, dan bingung.
Semua itu adalah reaksi yang normal untuk .orang tua Tetapi, orang tua
harus menjaga jangan sampai anak terkejut oleh respons kuatnayya.
Jikaorang tua dikuasai perasaan, bicaralah kepada rekan yang
dipercayai. Kalau orang tua merasa tak mampu berbicara dengan si anak,
minta tolong ahli untuk mengolah perasaan sendiri dan memintanya
berbicara dengan si anak.
Orang tuaharus belajar percaya apa yang
dikatakan anak. Ketika anak-anak membuka rahasia pelecehan yang
dialami, hampir semua dipastikan mengandung kebenaran. Mereka kadang
mengatakan sedikit apa yang terjadi untuk melihat bagaimana reaksi kita.
Kalau anak tampak kacau dan ceritanya tak logis, itu wajar.
Persepsi orang tua kerap berbeda dengan anak. Ketika mengatakan ujuang
jari, yang dimaksudkannya adalah vaginanya. Anak bicara tentang boneka
kura-kura yang dimainkannya di kamar mandi, padahal yang mau
dikatakannya adalah penis tetangganya.
Perlihatkan kepada anak
kesungguhan orang tua untuk mendukungnya dan pastikan anak dalam keadaan
aman dan terlindungi. Pelecehan seksual anak adalah tindak kriminal. Di
sini tidak berlaku hukum kerahasiaan. Katakan kepada anak bahwa orang
tuaakan menyampaikan cerita itu kepada orang lain demi keselamatan anak.
Jangan buat janji untuk merahasiakannya.
Dampak pelecehan seksual pada anak yang
sering terjadi adalah mengganggu kehidupan psikososial dan tumbuh
berkembangnya. Kepekaan orang tua atas tanda-tanda pelecehan seksual dan
tahu bagaimana meresponsnya kiranya akan sangat membantu ke arah
berhentinya pelecehan seksual terhadap anak.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan