Budayawan asal Blitar, Jawa Timur, Andreas Edison,
membenarkan jika Presiden pertama RI, Soekarno, memang lahir di
Surabaya, bukan di Blitar.
"Kalau merunut sejarah, memang beliau lahir di Surabaya. Kalau di Blitar, itu karena memang mengikuti orangtua dan untuk menempuh pendidikan," katanya di Blitar, Rabu (1/6/2011).
Ia mengemukakan hal itu dalam menanggapi rencana pemasangan prasasti di rumah kelahiran Soekarno di Jalan Pandean IV/40 Surabaya, Jawa Timur, pada 6 Juni mendatang.
Menurut Andreas, sekolah Bung Karno juga bukan hanya di Blitar, melainkan pernah juga di Tulungagung. Saat itu, usianya baru enam tahun.
Ditanya mengapa Bung Karno sampai sekolah di Tulungagung, Andreas yang juga anggota KPU Kota Blitar selama dua periode itu mengatakan, jika saat kecil Bung Karno sering sakit, maka ia dibawa ke kakeknya. Kakeknya yang bernama Hardjodikrama dan tinggal di Tulungagung dikenal mempunyai ilmu kebatinan.
"Setelah dibawa ke rumah kakeknya, dia sempat sembuh, lalu dibawa pulang ke Blitar, lalu sakit lagi. Namun setelah dibawa ke Tulungaung, ia kembali sembuh hingga akhirnya sekolah di tempat itu," katanya.
Ia juga menyebut bahwa umur 12 tahun, Bung Karno juga pindah ke Mojokerto untuk sekolah di lembaga pendidikan milik orang-orang Belanda, setelah lulus angka I (semacam pendidikan dasar), hingga kembali melanjutkan sekolah di Hoogere Burger School (HBS) yang didirikan HOS Tjokroaminoto.
"Bung Karno juga pernah sekolah di Surabaya saat menempuh pendidikan semacam sekolah menengah atas (SMA) dan kontrak di rumah HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh, Surabaya," katanya.
Oleh karena itu, ia mendukung rencana Peter A Rohi, Ketua Umum Soekarno Institute, yang akan memasang prasasti di rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean IV/40 Surabaya.
"Soekarno itu dibuatkan patung di mana saja tetap layak karena memang bumi Bung Karno itu milik Indonesia. Di Bengkulu juga punya, apalagi di Surabaya," katanya.
Pihaknya tidak khawatir jika rencana pembuatan prasasti itu berpengaruh pada turunnya jumlah wisatawan di Blitar. Ia menyebut, Blitar tetap akan menjadi bagian dari Bung Karno karena makamnya ada di Blitar.
Sebuah prasasti akan dipasang di rumah kelahiran Presiden pertama Indonesia tersebut pada 6 Juni mendatang. Jalan yang sekarang berubah menjadi Jalan Pandean IV/40, Surabaya, tersebut semula merupakan rumah kontrakan keluarga Bung Karno dengan nama Jalan Lawang Seketeng.
Rencana pemasangan prasasti oleh Soekarno Institute sengaja digelar pada 6 Juni 2011 karena disamakan dengan tanggal kelahiran Soekarno, yakni 6 Juni 1901.
"Kalau merunut sejarah, memang beliau lahir di Surabaya. Kalau di Blitar, itu karena memang mengikuti orangtua dan untuk menempuh pendidikan," katanya di Blitar, Rabu (1/6/2011).
Ia mengemukakan hal itu dalam menanggapi rencana pemasangan prasasti di rumah kelahiran Soekarno di Jalan Pandean IV/40 Surabaya, Jawa Timur, pada 6 Juni mendatang.
Menurut Andreas, sekolah Bung Karno juga bukan hanya di Blitar, melainkan pernah juga di Tulungagung. Saat itu, usianya baru enam tahun.
Ditanya mengapa Bung Karno sampai sekolah di Tulungagung, Andreas yang juga anggota KPU Kota Blitar selama dua periode itu mengatakan, jika saat kecil Bung Karno sering sakit, maka ia dibawa ke kakeknya. Kakeknya yang bernama Hardjodikrama dan tinggal di Tulungagung dikenal mempunyai ilmu kebatinan.
"Setelah dibawa ke rumah kakeknya, dia sempat sembuh, lalu dibawa pulang ke Blitar, lalu sakit lagi. Namun setelah dibawa ke Tulungaung, ia kembali sembuh hingga akhirnya sekolah di tempat itu," katanya.
Ia juga menyebut bahwa umur 12 tahun, Bung Karno juga pindah ke Mojokerto untuk sekolah di lembaga pendidikan milik orang-orang Belanda, setelah lulus angka I (semacam pendidikan dasar), hingga kembali melanjutkan sekolah di Hoogere Burger School (HBS) yang didirikan HOS Tjokroaminoto.
"Bung Karno juga pernah sekolah di Surabaya saat menempuh pendidikan semacam sekolah menengah atas (SMA) dan kontrak di rumah HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh, Surabaya," katanya.
Oleh karena itu, ia mendukung rencana Peter A Rohi, Ketua Umum Soekarno Institute, yang akan memasang prasasti di rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean IV/40 Surabaya.
"Soekarno itu dibuatkan patung di mana saja tetap layak karena memang bumi Bung Karno itu milik Indonesia. Di Bengkulu juga punya, apalagi di Surabaya," katanya.
Pihaknya tidak khawatir jika rencana pembuatan prasasti itu berpengaruh pada turunnya jumlah wisatawan di Blitar. Ia menyebut, Blitar tetap akan menjadi bagian dari Bung Karno karena makamnya ada di Blitar.
Sebuah prasasti akan dipasang di rumah kelahiran Presiden pertama Indonesia tersebut pada 6 Juni mendatang. Jalan yang sekarang berubah menjadi Jalan Pandean IV/40, Surabaya, tersebut semula merupakan rumah kontrakan keluarga Bung Karno dengan nama Jalan Lawang Seketeng.
Rencana pemasangan prasasti oleh Soekarno Institute sengaja digelar pada 6 Juni 2011 karena disamakan dengan tanggal kelahiran Soekarno, yakni 6 Juni 1901.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan